Saturday, 28 August 2021

Sambang Daerah Terpencil Kecamatan Sidoarjo, Desa Pucukan Kelurahan Gebang

Tidak banyak masyarakat Sidoarjo mengetahui keberadaan Desa Pucukan Kecamatan Gebang, siapa juga yang ingin tinggal disana dengan segala keterbatasan akses dan fasilitas umum.

Yah, Desa Pucukan adalah salah satu desa yang terletak di Kelurahan Gebang, Kecamatan Sidoarjo. Daerah ini termasuk kategori wilayah terpencil di Sidoarjo karena letakknya yang cukup suliy dijangkau melalui jalur darat.

Beberapa waktu lalu, tepatnya tanggal 19 Agustus 2021, aku berkesempatan berkunjung ke Desa Pucukan lagi bersama Pengurus TP PKK Kabupaten Sidoarjo dan Dinas Kesehatan Sidoarjo dengan agenda Germas, Vaksinasi dan Bansos di daerah terpencil.

Sebelumnya, mendengar rencana kunjungan ke daerah terpencil ini, aku langsung excited karena selain sudah penasaran bagaimana kondisi dan masyaraat daerah tersebut setelah 2014 lalu aku berkunjung ke daerah ini untuk liputan, ketika itu statusku adalah wartawan media swasta di Sidoarjo.

Keberangkatan kali ini berbeda dengan 7 tahun lalu, dengan perencanaan yang matang membawa ibu-ibu hebat pengurus TP PKK kabupaten dan Dinkes, rombongan kami berangkat dari Tempat Pelelangan Ikan di Lingkar Timur. Menggunakan empat perahu kayu sekitar 1,5 jam perjalanan kami diatas air menuju Desa Pucukan.

Bersama Rombongan TP PKK Kabupaten Sidoarjo


Sepanjang perjalanan tidak banyak aktifitas yang kami lakukan, hanya melihat kanan kiri rawa-rawa dan hamparan hutan mangrove. Selain itu aku melihat kondisi sungai saat ini terlihat kurang bersih, masih banyak sampah dan tanaman ganggang yang sedikit menyulitkan kami. Mungkin kondisi ini dikarenakan Pandemi Covid-19 tidak banyak nelayan yang bekerja maupun Dinas terkait yang melakukan pekerjaan pembersihan sungai di Sidoarjo. Kondisi ini membuat salah satu perahu kayu rombongan kami terhenti karena baling-baling perahu tersangkut sampah plastik yang cukup besar sehingga membuat perahu terhenti dan harus menunggu perahu yang lain untuk membantu.

Ajakan Germas dan Vasinasi

Kultur sosial masyarakat Desa Pucukan lebih ditekankan kepada iklim kekerabatan dan kekeluargaan, terlihat saat rombongan kami datang, masyarakat cenderung acuh dan takut. Mungkin juga karena kedatangan kami dengan rombongan besar dan kondisi pandemi covid-19 mereka lebih apatis dan tertutup.

Saat ini, jumlah penduduk Desa Pucukan sekitar 147 jiwa dengan 54 Kepala Keluarga, sebagian besar mata pencaharian sebagai nelayan.Namun,pandemi covid-19 mengakibatkan menurunya pengasilan sebagian besar para nalayan dan bekerja serabutan.

Aku melihat masyarakat Desa Pucukan sangat introvert karena mendengar penolakan mereka akan vaksinasi covid-19 sangat tegas. Mungkin mereka melihat satu sisi, hidup di daerah terpencil tidak akan tertular virus covid-19.Selain itu, ajakan untuk hidup sehat masih kurang antusias. Lebih cenderung meyakini kehidupan mereka tidak terikat dengan kondisi di luar lingkungan mereka.

Foto Situasi Kegiatan Germas Di Desa Pucukan

Kondisi Rumah Warga

Mengkutip sebuah jurnal terkait adopsi sistem among bagi komunitas adat terpencil, mungkin nanti bisa dipraktekkan oleh pemangku adat atau lembaga sosial lainnya yaitu ketika Ki Hajar Dewantara membangun Taman Siswa, berkembang sesuai dengan minat dan bersumber dari adat istiadat dan budaya.

Sistem among punya prinsip yang sejalan dengan karakter komunitas adat terpencil. Sebab pola pendidikannya dibangun tanpa sebuah paksaan dengan pendekatan yang lebih humanis dan berbasis kultur. Sehingga sistem yang demikian lebih mudah diterima komunitas adat terpencil. Suatu komunitas yang memiliki latar belakang budaya kuat, dan entitas yang tidak bisa dipisahkan dengan alam dan hutan. Ajakan Germas (Gerakan Masyarakat Hidup Sehat) semoga nanti bisa dilakukan oleh warga Desa Pucukan, karena masih belum banyak rumah warga yang mempunyai sanitasi pembuangan air yang bersih dan layak.

Sekolah Tak Terawat

Desa Pucukan memiliki sekolah Dasar Negeri Gebang, namun kondisi Pandemi Covid 19 kegiatan belajar mengajar terhenti, dan terlihat proyek pembangunan renovasi sekolahpun masih belum berjalan lagi, jadi ketika aku datang kesana kondisi masih 'mangkrak', saat itu saya teringat artikel yang pernah saya tulis ketika datang ke Desa Pucukan,"Belum Sebulan Di Renovasi, Atap Sekolah Sudah Ambruk" . Saat itu, saya bertemu dengan kepala SDN Gebang dan ingin menunjukkan atap sekolah yang baru direnovasi oleh Pemerintah Sudah ambruk. Hal ini menjadi Pekerjaan Rumah yang  cukup besar bagi pemangku kebijakan agar lebih memperhatikan kualitas daripada hanya sebatas formalitas pekerjaan saja.

Dari hasil kunjunganku ke Desa Pucukan untuk kedua kalinya, aku menyimpulkan bahwa kultur masyarakat masih sama setelah 7 tahun tidak menginjakkan kaki kesini. Terkait infratruktur juga tidak jauh berbeda, bahkan rumah warga pun masih sama, seperti merasakan ‘dejavu’ karena tidak banyak mengalami perubahan.


Waktu menuju siang, rombongan kami kemudian kembali pulang, karena jika terlalu malam air sungai surut maka kami harus tertahan di Desa Pucukan. Salut dan cukup bangga kepada masarakat setempat, dengan semua keterbatasan mereka bisa survive menjalani kehidupan.


Bersama Ibu drg.Adity Syaf Ketua Bidang IV TP PKK

Bersama Bapak drg. Syaf Satriawarman (Kadinkes Sidoarjo)

Bersama Ibu Bupati Sa'adah Ahmad Muhdlor dan Ibu Wabup Sriatun Subandi