Nina Nurlina Pramono
Sekolahkan Anak
Tidak Mampu dan Kembangkan Potensi Pemuda Maritim
Karir Nina Nurlina Pramono
sebagai Dirut Eksekutif Pertamina Foundation tidak begitu saja ia dapat.
Memulai segala sesuatu dari bawah. Puncak dari kesuksesannya ini, ia bersama
sang suami Hardy Pramono,ia gunakan untuk mendirikan sebuah yayasan peduli anak
tidak mampu agar bisa memperoleh pendidikan.
Sebelum menjadi Dirut, alumnus
Pasca Sarjana Universitas Gajah Mada ini memaparkan, bahwa segala sesuatu yang
terjadi dalam hidupnya bukanlah sebuah kesengajaan dan begitu saja ia raih.
Wanita ini mengawali karirnya sebagai karyawati di Industri Pesawat Terbang
Nurtanio Bandung yang saat ini menjad di PT Dirgantara Indonesia.
Setelah menjadi karyawati di PT
DI, tahun 1984 ia pindah ke Balik Papan untuk mengikuti suaminya. Di sana
karirnya mulai diintis. Sejak tahun 1985 NIna mulai bekerja di PT Pertamina
sebagai editor keuangan. "Hampir 21 tahun saya dibagian editor, karena
background pendidikan saya memang akutansi.Mengaudit keuangan, selamaitu hampir
semua operasi perusahaan saja tahu." kata Nina. Setelah menjadi karyawan
di bagian audit, wanita kelahiran 17 Agustus1958 ini menduduki posisi kepala
Devisi Investigation. "Boleh dikata itu jabatan seperti KPK," tegas
Nina.
Tahun 2006,perusahaan tempat ia
bekerja melakukan tranformasi, Nina pun ditugaskan untuk membangun pusat
pendidikan untuk seluruh pekerja Pertamina. "Waktu itu lembaganya masih
kecil, setelah ditugaskan saya diperbolehkan untuk membesarkan lembaga ini.
Saya pun memberikan nama baru Pertamina Learning Center, yang mungkin saat
inibanyak orang tahu," paparnya.
Selamatiga tahun membuat sebuah
lembaga Learning center,khususnya dibidang leadership, tahun 2006 perusahaannya
pun kembali membawa visi yang baru, untuk bisa menjalankan kedepan sebagai
coorporasi baru yang orientasinya profit oriented, tetapi juga harus
mengedepankan integritas, clean, dan juga kita bisa memberikan pelayanan
terbaik untuk stakeholdernya. "membuat pertaminalearning center sebagai
tempat untuk menyiapkan future leaders, dikatakan sebagai future leaders karena
kita punya visi yang baru. Setalah tiga
tahun disana, saya di pindah ke Human Resource, bagian kepala divisi people
management," ungkapnya.
Tahun 2010, menjadi tahun yang
dilematis bagi Nina, di puncak karirnya tersebut, ia harus mengundurkan diri
karena karus mendampingi sang suami, Hardy Pramono bertugas. "Saya meminta
mengundurkan diri, di tahun 2010 ada tugas lain yaitu mendampingi bapak. Suami
saya dipercayai memegang jabatan yang 47 tahun perusahaan tersebut dipegang
oleh orang asing.Di situ banyak keluarga yang datang dari berbagai negara. Saya
tidak ingin org indonesia tidak bisa mengayomi orang-orang luar negeri untuk
hidup di Indonesia,"jelasnya.
Mendampingi sang suami
danmengajukan resign dari perusahaan Nina lakukan semata-mata ingin
menyukseskan kinerja sang suami. Dan membuktikan padaperusahaan ditempat
suaminya bekerja,bahwa orang Indonesia bisa memimpin. "Kultur di perusahaan
suami,internalisasi harus sukses, jangan sampai orang ini pulang karena tidak
kerasan di Indonesia.Karyawan berasal dari Amerika, Perancis, Brazil Chili,dan
tidak semua orang itu adalah orang metriopolitan,ada yang datang dari desayang
tidak bisa bahasa inggris, dan mungkin pertama kalinya keluar negeri.Karena itu
saya memastikan, khususnya para istri yang mendampingi para suami bisa kerasan,
menemani mereka, berbincang tentang keIbuan danlainnya,niat saya ingin membuat
mereka senang," jelas Alumni Sekolah Tinggi Ekonomi Bandung ini.
Ternyata Nina tidak boleh
diijinkan untuk keluar, tapi diperbolehkan untuk cuti. selama 6 bulan Nina pun
menjalankan visinya untuk mengenalkan Indonesia dan mendampingi suami."
Hampir 150 keluarga yang ikut, saya juga harus mengenal keluarganya
total.Disamping itu saya juga harus menemani bapak untuk melakukan perjalanan
dinas.Dan tahun 2011, kembali Pertamina sebagai staf Ahli Human Resource dan
sebulan kemudian saya diberi tugas untuk membangun PErtamina Foundation
sekaligus saya menjadi dirut eksekutifnya," jelas wanita yang hobi berorganisasi ini.
Karir Dan Keluarga
Sebagai seorang wanita, berkarir
tidaklah haram hukumnya. Tapi harus memapu menyeimbangkan perannya di wilayah
domestik maupun publik. Begitu pun yang dilakukan oleh wanita yang sekaligus
menjabat sebagai Ketua Pengurus Besar Persatuan Senam Indonesia (PERSANI).
Dari awal,Nina pun melakukan
negosisasi dengan sang suami. saat dirinya sebagai wanita ingin terus
berkarir,tanpa melewatkan tugasnya sebagai istri, bahkan sebagai ibu.
"Bapak mengatakan niatnya harus lurus,sesuai dengan perintah Allah,"
kata Nina.
Kesempatan yang sama diberikan
oleh setiap laki-laki dan perempuan.Namun, tetap tidak menyampingkan tugas
dantanggungjawabnya. "PErtama ijin kepada bapak untuk beramal saleh. Suami
saya mengatakan, iya betul beramal saleh, lakukan di rumah. Tapi kan, jika
rumah bisa dikelola dengan baik, boleh berarti ibu keluar bekerja. Akhirnya
bapak mengijinkan, bahwa seorang wanita itu harus tahu fungsi utamanya apa.
saya bilang saya akan konsekuen, saat bergabung dengan pertamina anak baru
satu. Ibu bilang bapak. fungsi utama yang tidak bisa digantikan oleh orang
lain, saya adalah ibu dari anak-anak. Dan saya sebagai istri dari bapak. Dan
saya adalah pemimpin dalam karir," paparnya.
Sebagai seorang ibu rumah tangga
Nina pun selalu memprioritaskan sang anak.Ia pun sangat ingat betul pesan sang
suami,bahwa anak-anak itu tumbuh dan tidak bisa kecil lagi, jangan sampai ibu
kehilangan moment dari anak-anak."Kata-kata itu yang selalu saya
ingat.Meskipun saya ada meeting, jika ada panggilan dari sekolah atau ada acara
di sekolah, saya selalu hadir danmeninggalkan pekerjaan saya," tegasnya.
Berikan Beasiswa
Mengetahui kesuksesannya selama
ini ia raih dengan perjuangan. Dan pendidikan tinggi yang ia dapat berasaldari
satu beasiswa ke beasiswa lain, di saat karir dan kehidupannya dirasa cukup dan
bahagia, Nina pun mendirikan sebuah yayasan sejak tahun 2010 .Yayasan ini ia
dirikan untuk membantu dan membiayai anak-anak yang kurang mampu dan kurang
beruntung dalam memperoleh pendidikan.Ia ingin melalui yayasan ini, dia dan
suaminya bisa menyisihkan dana untuk dana abadi agartidak berpengaruh padaup
and down karirnya. Ia jadikan simpanan dana ini sebagai bentuk dedikasi kepada
anak-anak dan sebagai bentuk rasa syukur.
Menurut Nina, Anak-anak itu
memerlukan uang, keluarganya juga,tapi itu bukan satu-satunya uang yang ia
butuhkan, tapi mereka perlu mendampingan.
"Kami tidak sekadar
memberikan beasiswa, Namun kita juga memberikan pendampingan kepada orang tua.
kadang-kadang kita menolong anak pandai, tapi ibu dan ayahnya itu visinya tidak
sampai. karena orangtuanya memiliki pendidikan terbatas," katanya
Ia pun memberikan salah satu
contoh, anak asuhnya yang belajr di Institut Teknologi Bandung, Nina membiayai anak yang pintar sekali di
ITB, Orangtuanya jangankan berani menginjak ITB, memikiirkan ITB itu saja ngeri, liat anaknya jadi mahasiswa
itu ngeri. "Nah itu saya menjembatani anak, bundanya agar mau menerima
anaknya sebagai insinyur dari ITB, itu tidak mudah menghadirkan ibunya, dan
ibunya pede menerima anak-anaknya. Anaknya juga menerima ibunya apa adanya,
tidak malu dengan teman-temannya. Ibunya hadir dengan segala macam keterbatasan
orangtuanya, secara pandang, tampilan,
terus melihat anaknya ibu pakai toga, sudah modern, wah itu bukan suatu yang
mudah," ungkap Nina.
Nina memberikan pendapmingan dan
mengertian kepada setiap orangtua saat ingin mendapatkan pendidikan dari
Yayasan milik pribadinya. Sudah puluhan anak sudah disekolahkan oleh Yayasan
tersebut, namun tidak semuanya menjadi orang sukses. "Ada yangg mulai dari
SD sampai selesai. Rejeki tergantung mereka, ada yang berhasil, tapi mereka
baik. punya rumahtangga, anaknya sekolah, dan kebanyakan anaknya pinter2,"
katanya.
Peduli Gerakan Pemuda Maritim
Sejak tahun 2013, wanita yang
tinggal di Jalan Aditiawarman,Kebayoran Baru Jakarta Selatan inipun di daulat
menjadi pembina Gerakan Pemuda Maritim Indonesia. Gerakan Pemuda Maritim
Indonesia didirikan di Jakarta pada 30 September 2013. Para pendiri organisasi
ini berasal dari berbagai daerah yang fokus di bidang kelautan dan memiliki
kesamaan cara pandang untuk memajukan Nusantara dengan visi maritim. Gagasan
terbentuknya ‘Gerakan Pemuda Maritim Indonesia’ untuk menjadi pelopor dalam
melahirkan karya bagi Nusantara dengan visi Maritim.
"Sebenarnya saya tidak ahli
dibidang hukum maritim, tapi ibu senang kepemudanya. Kumpulan anak-anak yang
punya visi dan misi ke depan. mereka datang melamar ibu untuk menjadi
pembina," jelasnya.
Nina pun bersedia untuk menjadi
pembina, menurutnya, kadang pemuda-pemuda itu perlu penguatan dari orangtua,
dan paling penting yang mereka butuhkan adalah nasehat."Nah ibu senang
karena mereka punya konsep yang bagus dan mengeksekusinya dengan baik sekali.
Bahkan melebihi dari ekspektasi ibu, Jadi mereka menjadikan pulau Tunda,
pulau Tunda ini, jika orang berbicara soal maritim, pasti tentang laut, ikan,perahu.Ibu bilang kepemuda maritim.
Dipantai tidak hanya ada nelayan, tapi pembuat perahu, penjaga pantai. ada juga
itu industri yang adadi situ.jika mau memilih, pilihlah manusianya," kata
Nina.
BEGITU DOANG KARIR NYA....MASA ORANG KPK GA NGERTI HUKUM?????CAPE DEH
ReplyDelete