Derita Piluh
Anak Penderita Cerebal Palcy
Soni, 13 Tahun
Soni, 13 Tahun
Ditinggalkan
Orangtua,
Harus Lakukan
Operasi dan Terapi
Soni,
13, usianya yang masih muda harus menanggung piluhnya kehidupan. Selain
ditinggalkan orangtuanya pergi, seumur hidup ia harus terbaring di atas
ranjang, akibat penyakit Cerebal Palcy yang dideritanya.
Manusia selalu
ingin dilahirkan sempurna tampa cacat sedikitpun. Mempunyai fisik yang kuat,
wajah yang ganteng dan cantik, mampu tertawa dan tersenyum serta bebas
mengerakkan kaki dan tangannya kemanapun ia pergi. Hal ini menjadi impian
seumur hidup Soni, 13 tahun, anak laki-laki ini harus menanggunng deritanya
sebagai penyandang cerebal palcy atau yang di kenal dengan penyakit lemah otak.
Menggunakan kaos
merah dan celana pendek, tubuh Soni tergolek lemas tak berdaya. DI usianya yang
menginjak remaja ini, seharusnya ia bisa tertawa riang bermain, belajar dan
berlarian bersama teman-temannya. Namun, hal ini tidak bisa dilakukannya,
sejauh ini aktivitas yang ia lakukan hanyalah di atas ranjang.
Penyakit cerebal
palcy atau CP adalah jenis suatu kondisi dimana terganggungya funsi otak dan
jaringan syaraf yang mengendalikan gerakan, laju belajar, pendengaran,
penglihatan dan kemampuan berfikir. Meskipun usianya sudah dewasa, karena
penyakit CP, tubuh Soni tetap kecil, bahkan penyakit ini mengerogoti dagingnya,
sehingga terlihat kurus dan lemah.
Operasi
Hydrocepalus
Tidak hanya
tubuhnya yang cacat karena penyakit lumpuh otak yang dideritanya. Sejak kecil
pun ia telah divonis anak dengan hydrocepalus. Saat ini Soni tinggal di Yayasan
Sayap Ibu Bintaro, Jakarta. Satu tahun sudah anak laki-laki ini berada dalam
perawatan yayasan Sayap ibu. Sebelumnya, Soni tinggal di sebuah rumah sakit di
daerah Jakarta, saat pengobatan, ia ditinggal oleh orangtuanya.
Kemudian dari
pihak rumah sakit diserahkan kepada Dinas Sosial dan diserahkan kepada yayasan Sayap
ibu sebagai Dinas rehabilitai penyandang cacat dan anak terlantar. Selama dalam
perawatan di Sayap ibu, sudah satu kali Soni melakukan operasi hydrosipalus.
Kerena selangnya berfungsi dengan bagus, hydrocepalus yang dideritaya tidak
begitu parah. Jika kita lihat, kondisi fisik (kepala.red) Soni sedikit
membesar, ini karena penyakit cairan otak yang dideritanya sejak lahir.
Pengobatan
Dengan Terapi
Kondisi Soni
menang sungguh memprihatinkan. Tanpa orang tua, tanpa seseorang yang ia
sayangi. Sejauh ini pun orangtua Soni entah dimana keberadaanya, ia harus
berjuang sendiri melawat penyakit, melawan takdir yang Tuhan berikan kepadanya.
Seperti anak normal
lainnya, Soni juga merasakan sakit dan terkadang isak tangis pun sering kali
terdengar saat ia tidak bisa melakukan apa yang ia inginkan. “Terkadang Soni
ini menangis, karena dia tidak bisa menggerakkan badannya sendiri. Barulah kita
bantu,” kata Mila, salah satu perawat Yayasan Sayap Ibu.
Sejauh ini,
memang belum ada obat yg dapat mengobati penyakit cerebral palsy. Tetapi terus
ada harapan utk mengoptimalkan kekuatan anak penderita penyakit cerebral palsy
serta membuatnya mandiri yaitu dengan cara terapi.
Terapi ini
dilakukan sesuai dengan umur sang anak, berat mudah penyakit, dan bergantung pd
area otak mana yg rusak. Meskipun ada sisi otak yg rusak, tetapi beberapa sel
yg bagus dapat menggantikan beberapa sel yg rusak. Untuk mengoptimalkan sisi
otak yg sehat tersebut, butuh diberikan stimulasi supaya otak anak berkembang
baik. Seperti proses terapi yang dilakukan oleh Soni, menurut Mila, dalam dua
hari sekali, ia harus dijemur dan diterapi. “Kalau tidak diterapi badannya akan
kaku semua tidak bisa digerakkan sama sekali. Seperti adik Soni ini, kalau
sudah badanya kaku dia pasti nangis terus, karena dia tidak bisa bergerak,”
katanya.
Kehidupan Soni saat
ini memang jauh berbeda dengan anak normal lainnya. Ia harus terus berada di
atas ranjang seumur hidupnya. Memang
sudah tidak ada lagi harapan untuk
bisa kembali normal, namun dengan terapi yang diberikan, ia berharap
bisa mengurangi rasa sakitnya.*Tulisan ini bisa dibaca di Tabloid NURANi Edisi 730
No comments:
Post a Comment