Sunday, 8 March 2015

Sukarela Mengajar Para Tahanan


Hadi Wibowo M.PdI, Pengajar Ilmu Agama di Rutan Pondok Bamboo

Sukarela Mengajar
Para Tahanan

Berbekal keiklhasan, hampir satu tahun Hadi Wibowo tercatat sebagai guru agama islam di rumah tahanan pondok Bamboo.Meskipun tidak dibayar, dirinya senang dan bangga jika ilmu yang ia miliki bisa ia bagikan kepada orang lain, khususnya para narapidana di rutan.

Sebelumnya tidak pernah terlintas oleh Hadi Wibowo, bahwa dirinya akan menjadi bagian dari penghuni Rutan Pondok Bamboo. Bukan menjadi salah satu penghuni saja.Namun, hampir setahun ini, dirinya menjadi pengajar dan penceramah di rumah tahanan tersebut.

Berawal dari ajakan seorang teman untuk mengajar ilmu agama dirutan tanpadi bayar, membawa laki-laki ini pada sebuah rutinitas yang sedikit kontradiktif dan menakutkan. Banyak orang beranggapan bahwa, rutan atau rumah tahanan adalah tempat menyeramkan yang didalamnya terdapat sekawanan pelaku tindak kejahatan yang patut untuk di jauhi.

Namun, hal tersebut ternyata tidak membuat nyali Hadi ciut dan mengurungkan niat untuk berbagi ilmu dengan penghuni rutan tersebut. Semangat dan niat tulus Hadi untuk mengajar ilmu agama menepis ketakutan tersebut, ia ingin berbagi dengan teman-teman di penghuni lapas.

"Awalnya saya diajak oleh seorang teman untuk memberikan pelajaran agama atau ceramah di rutan pondok bamboo, awalanya masih ragu, dan sedikittakut juga,namanya juga penjara dengan penghuninya pasti banyak sekali kasu-kasus kriminal. Dan itupun tidak dibayar. Saya berfikir panjang, akhirnya saya putuskan untuk menerima ajakan tersebut.Niat saya awalnya hanya ingin berbgai ilmu yang saya punya saja," jelas Hadi.

Mengajar Tanpa Dibayar

Pertama kali Hadi datang untuk mengajar,perasaan takut sempat menghinggapi dirinya. Was-was bagaimana respon para napi ini padanya saat memebrikan ceramah. Memasuki pintu rutan, hadi pun menceritakan tak ada satupun polisi yang mengawal dirinya di dalamnya. Ia berjalan sendiri dengan temannya. Namun, rasa takut dan khawatir tersebut hanya sebuah perasaan, ketika berjumpa dengan para narapidana melihat wajah dan antusias merekamenyambut seorang guru yang akan mengajar. Perasaan dan hati Hadipun merasa tenang.

"Sempat takut ketika ingin memberikan ceramah di rutan, pintu gerbang di gembok dan tidak ada satupun polisi yang mengawal di dalam. Tetapi alhamdulilah yang saya lhiat, justru para napi merasa bahwa mereka telah kedatangan seorang guru dan kita begitu dihormati oleh mereka dan terdapat banyak harapan dari mereka utuk bisa menimba ilmu dari saya," Paparnya.

Mengajar di rutan, dan anak didiknya adalah seorang narapidana, adalah sesuatu yang luar biasa bagi alumnus Universitas Islam Jakarta ini. menurutnya,  menjadipengajar di rutan sangat dihormati, berbeda dengan espektasi di awal bahwa rutan adalah tempat yang menyeramkan. Mengajar di rutan tidak seperti mengajar anak sekolah atau mahasiswa yang sering kali tidak mendengarkan gurunya. Di rutan, penghuni lapas justru lebih memeperhatikan apa yang disampaikan oleh guru.

"Mereka menghargai kita yang di depan, saat menjelaskan mereka antusian mendeengarkan, jika ada yang tidak jelas mereka bertanya kepada saya. Saya sebagai guru merasa dihargai," imbuhnya.

Magister Pendidikan Islam ini memaparkan, tidak ada metode khusus saat mengajar dirutan. Selama ini setiap hari senin sampai kamis ia memberikan pelajaran dari jam 10 sampai dengan ba'da dzuhur. Kegiatan diawali dengan berdzikir, membaca alquran. Jika ada beberapa napi yang belum bisa membawa alquran bisa dengan membaca iqro'.

"Setelah baca alquran,saya memebrikan ceramah agama. Saya berfikir bahwa para penghuni rutan ini butuh namanya siraman rohani," kata Hadi.

Selama menjadi relawan pengajar ilmu agama di lapas,banyak sekali hal positif yang ia dapatkan. Salah satunya adalah keikhlasan. Hampir setahun ini,hanya bermodal ikhlas menolong dan berbagi ilmu dengan sesama.Ia pun tahu bagaimana kehidupan sebenarnya yang dialami oleh para napi selama ini.

"Tidak semua penghuni lapas adalah seorang penjahat atau pelaku criminal. Tapi ada juga dari mereka yang hanya menjadi korban fitnah dan masuk tahanan. Jikasaya memberikan ceramah di Rumah tahanan polres biasanya terpiadana merasakanan tekanan yang begitu kuat dan saya membatasi untuk memberikan ceramah. Lain dengan lapas yang rata2 sudah merasa biasa,"ungkapnya.

Menjadi pengajar dan penceramah di rutan,bagi laki-laki yang saat ini menjadi Dosen Agama di BSI ini juga mendapatkan dukungan dari keluarganya. Pernah sekali Hadi membawa orangtuanya untuk datang ke rutan, orangtuanya pun sangat kaget melihat para napi di rutan, mereka merasa dimuliakan.

"Kata orangtua saya, mengajar di rutan adalah hal yang mulia, ibu saya pun jadi ikut membagi-bagikan makanan kepada penghuni rutan pada saat beliau ikut saya," jelasnya.

Rutinitas Hadi saat ini tidak hanya sebagai pengajar di sebuah kampus, namun juga sebagai relawan guru agama islam pengajar di rutan. Menurutnya, ini merupakan bakti dirinya kepada sesama juga mencari ridha Allah Swt. Meskipun tanpa di bayar, ia ikhlas melaksanakannya. 

"Saya percaya bahwa balasan dan riski dari Allah bisa datang dari mana saja, karena itu saya selalu bersyukur dan menikmati apa yang saya lakukan saat ini," tegasnya.

*Tulisan ini bisa dibaca di Tabloid NURANi Edisi 723


No comments:

Post a Comment