Wednesday, 9 April 2014

Sang Pembuat Logo Udang Bandeng Kabupaten Sidoarjo

Sempat Diragukan, Bambang Yang Masih Kelas 1 SMP Menjadi Pemenang


Kacang lupa dengan kulitnya. Mungkin perumpamaan ini yang menggambarkan tokoh sejarawan pembuat lambang Sidoarjo. drg Bambang Widiono pemenang lomba pembuat logo lambang Sidoarjo pada tahun 1963, sedikit masyarakat Sidoarjo yang mengenalnya. Profesinya sebagai dokter gigi membuat laki-laki 63 tahun ini enggan untuk membicarakan  dirinya sebagai tokoh yang berjasa.

Bambang kecil yang pada saat itu duduk di kelas satu sekolah menengah pertama (SMP) mengikuti lomba pembuatan lambang Kabupaten Sidoarjo. Tidak dikira keahliannya menggambar, menorehkan prestasi yang mengagumkan, membuat namanya dikenang oleh masyarakat Sidoarjo pada saat itu.

Dokter gigi ini menceritakan pengalamannya saat dia menerima penghargaan dari Bupati Sidoarjo Soedarsono (alm). Saat itu bambang yang masih bau kencur diragukan kemampuannya dalam membuat logo lambang Sidoarjo. Dia mengalahkan ribuan orang dewasa dari Sidoarjo maupun daerah lain. “Banyak yang curiga kalau gambar tersebut bukan buatan saya sendiri, sampai-sampai saya di suruh menggambar ulang dan menulis arti-arti logo tersebut,”akunya.
                    dr. Bambang kala menerima penghargaan dari Bupati Soedarsono (1965-1975)

Keahliannya dalam mengambar logo saat SMP menjadi unggulan sekolahnya. Semasa kecil bambang sering mewakili sekolah untuk mengikuti lomba dan selalu mendapat juara. Keikutsertaannya dalam lomba pembuatan logo Sidoarjo juga atas dorongan guru kesenian yang mengajarinya. “Pak Siswoyo yang menyuruh saya ikut lomba karena memang untuk umum, tidak ada batasan usia. Jadi, dengan serius saya memikirkan konsep apa yang akan saya buat,” jelas pengagas Persatuan Dokter Gigi  Indonesia (PDGI) Kawasan Sidoarjo ini.

Sering mengikuti lomba logo. Ayah dari dua anak ini tidak merasa kesulitan untuk membuat gambarnya. Tetapi dia harus mencari tahu apa ciri khas, sumber daya, dan potensi Kabupaten Sidoarjo. Sebagai anak SMP yang masih belum begitu faham dengan urusan pemerintahan. Bambang kecil mencari tahu wawasan tersebut dari orang-orang terdekatnya.

“Saya tanya tentang berapa pabrik gula yang ada di Sidoarjo, masyarakat yang mata pencahariannya sebagai petani, unsur Ketuhanan yang melambangkan warga kota Delta ini adalah para santri, semua informasi tersebut saya himpun dari guru, saudara dan orang-orang terdekat saya,” imbuhnya.

Saat menyerahkan desain tersebut semua peserta menggunakan nama samaran. Agar dalam proses penjurian dilakukan secara objektif. Pada waktu itu Bambang  yang suka mobil-mobilan menggunakan nama Mercedes dalam lembaran desainnya disertai dengan alamat, “Ketika mengetahui juaranya adalah anak kecil yang masih kelas 1 SMP, pejabat dinas pada tercengang,” jelasnya sambil ketawa.

Menurut alumnus Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga, kemenangan yang dia dapat bukan semata-mata karena keberuntungan. Logo yang dia buat merupakan usaha kerasnya dalam memikirkan konsep yang bagus serta makna logo yang mencakup keseluruhan yang berada di Kabupaten Sidaorjo. “Masih tidak menyangka waktu itu saya menjadi pemenang. Mungkin detail dari gambar yang saya pikirkan secara serius, di sekolah bahkan saat tidur membawa hasil gambar saya menjadi juara.” Jelasnya.

Tidak ada yang menarik setelah menerima penghargaan dari bupati pada saat itu. Menjalani kehidupan layaknya masyarakat lainnya. Pernah sekali mendapatkan beasiswa sebagai putra daerah yang berprestasi pemenang lomba logo Sidoarjo.

“Saat saya kuliah di semester dua, saya mendapat tawaran beasiswa dari bejabat daerah, cukup membantu karena pada saat itu saya adalah tulang punggung karena ditinggal ayah saya meninggal,” imbuh mantan Ketua Dewan Forum Komunikasi  Putra Putri Purawirawan Indonesia (FKKPI) ini.

Mantan pejabat dinas kesehatan yang sempat ditawari untuk menjadi anggota dewan ini disibukkan dengan aktivitasnya sebagai dokter gigi. Berpuluh-puluh tahun cerita membanggakan yang terjadi pada dirinya dimasa lalu sebagai pemenang  gambar lambang Sidoarjo terkubur dalam sejarah. Dokter gigi yang enggan untuk berada di posisi struktural dinas ini menambahkan, dirinya sama sekali tidak pernah di undang di moment penting kota Sidoarjo.

“Saya anggap semua itu adalah pengalaman yang berharga buat saja, tidak perlu pengakuan orang lain, karena profesi sebagai dokter gigi sudah cukup menyita waktu saya. Kalaupun diundang diacara dinas belum tentu juga saya bisa hadir,” jelasnya.


1 comment:

  1. hebat dok ...saya pernah jadi pasien dokter Bambang

    ReplyDelete