Sempat Diragukan, Bambang Yang Masih Kelas 1 SMP Menjadi Pemenang
Kacang lupa dengan
kulitnya. Mungkin perumpamaan ini yang menggambarkan tokoh sejarawan pembuat
lambang Sidoarjo. drg Bambang Widiono pemenang lomba pembuat logo lambang
Sidoarjo pada tahun 1963, sedikit masyarakat Sidoarjo yang mengenalnya.
Profesinya sebagai dokter gigi membuat laki-laki 63 tahun ini enggan untuk
membicarakan dirinya sebagai tokoh yang
berjasa.
Bambang kecil yang
pada saat itu duduk di kelas satu sekolah menengah pertama (SMP) mengikuti
lomba pembuatan lambang Kabupaten Sidoarjo. Tidak dikira keahliannya
menggambar, menorehkan prestasi yang mengagumkan, membuat namanya dikenang oleh
masyarakat Sidoarjo pada saat itu.
Dokter gigi ini
menceritakan pengalamannya saat dia menerima penghargaan dari Bupati Sidoarjo
Soedarsono (alm). Saat itu bambang yang masih bau kencur diragukan kemampuannya
dalam membuat logo lambang Sidoarjo. Dia mengalahkan ribuan orang dewasa dari
Sidoarjo maupun daerah lain. “Banyak yang curiga kalau gambar tersebut bukan
buatan saya sendiri, sampai-sampai saya di suruh menggambar ulang dan menulis
arti-arti logo tersebut,”akunya.
dr. Bambang kala menerima penghargaan dari Bupati Soedarsono (1965-1975)
Keahliannya dalam
mengambar logo saat SMP menjadi unggulan sekolahnya. Semasa
kecil bambang sering mewakili sekolah untuk mengikuti lomba dan selalu mendapat
juara. Keikutsertaannya dalam lomba pembuatan logo
Sidoarjo juga atas dorongan guru kesenian yang mengajarinya. “Pak Siswoyo yang
menyuruh saya ikut lomba karena memang untuk umum, tidak ada batasan usia.
Jadi, dengan serius saya memikirkan konsep apa yang akan saya buat,” jelas
pengagas Persatuan Dokter Gigi Indonesia
(PDGI) Kawasan Sidoarjo ini.
Sering mengikuti lomba
logo. Ayah dari dua anak ini tidak merasa kesulitan untuk membuat gambarnya.
Tetapi dia harus mencari tahu apa ciri khas, sumber daya, dan potensi Kabupaten
Sidoarjo. Sebagai anak SMP yang masih belum begitu faham dengan urusan
pemerintahan. Bambang kecil mencari tahu wawasan tersebut dari orang-orang
terdekatnya.
“Saya tanya tentang
berapa pabrik gula yang ada di Sidoarjo, masyarakat yang mata pencahariannya
sebagai petani, unsur Ketuhanan yang melambangkan warga kota Delta ini adalah
para santri, semua informasi tersebut saya himpun dari guru, saudara dan
orang-orang terdekat saya,” imbuhnya.
Saat menyerahkan desain
tersebut semua peserta menggunakan nama samaran. Agar dalam proses penjurian
dilakukan secara objektif. Pada waktu itu Bambang yang suka mobil-mobilan menggunakan nama
Mercedes dalam lembaran desainnya disertai dengan alamat, “Ketika mengetahui
juaranya adalah anak kecil yang masih kelas 1 SMP, pejabat dinas pada
tercengang,” jelasnya sambil ketawa.
Menurut alumnus
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga, kemenangan yang dia dapat bukan
semata-mata karena keberuntungan. Logo yang dia buat merupakan usaha kerasnya
dalam memikirkan konsep yang bagus serta makna logo yang mencakup keseluruhan
yang berada di Kabupaten Sidaorjo. “Masih tidak menyangka waktu itu saya
menjadi pemenang. Mungkin detail dari gambar yang saya pikirkan secara serius,
di sekolah bahkan saat tidur membawa hasil gambar saya menjadi juara.”
Jelasnya.
Tidak ada yang menarik
setelah menerima penghargaan dari bupati pada saat itu. Menjalani kehidupan
layaknya masyarakat lainnya. Pernah sekali mendapatkan beasiswa sebagai putra
daerah yang berprestasi pemenang lomba logo Sidoarjo.
“Saat saya kuliah di
semester dua, saya mendapat tawaran beasiswa dari bejabat daerah, cukup
membantu karena pada saat itu saya adalah tulang punggung karena ditinggal ayah
saya meninggal,” imbuh mantan Ketua Dewan Forum Komunikasi Putra Putri Purawirawan Indonesia (FKKPI)
ini.
Mantan pejabat dinas
kesehatan yang sempat ditawari untuk menjadi anggota dewan ini disibukkan
dengan aktivitasnya sebagai dokter gigi. Berpuluh-puluh tahun cerita
membanggakan yang terjadi pada dirinya dimasa lalu sebagai pemenang gambar lambang Sidoarjo terkubur dalam
sejarah. Dokter gigi yang enggan untuk berada di posisi struktural dinas ini
menambahkan, dirinya sama sekali tidak pernah di undang di moment penting kota
Sidoarjo.
“Saya anggap semua itu
adalah pengalaman yang berharga buat saja, tidak perlu pengakuan orang lain,
karena profesi sebagai dokter gigi sudah cukup menyita waktu saya. Kalaupun
diundang diacara dinas belum tentu juga saya bisa hadir,” jelasnya.
hebat dok ...saya pernah jadi pasien dokter Bambang
ReplyDelete