Saturday 26 April 2014

SDN Plumbon 1 Porong Sekolah Terpencil di Kota Delta


Tetap Semangat Belajar Walau Empat Siswa


Tidak banyak yang mengetahui keberadaan sekolah yang terletak di ujung timur kecamatan Porong ini. Maklum saja daerah ini dikelilingi oleh tambak dan jalan setapak. Menuju ke sana pun kita harus melewati jalur laut dengan perahu di Desa Penatarsewu.

Kebetulan pagi itu saya diajak oleh Kabid Pengembangan Dinas Pendidikan Sidoarjo Sri Sutarsih bersama kepala Dinas Pendidikan Mustain Baladan untuk ikut berkunjung ke SDN Plumbon. Ini baru pertama kali saya datang ke tempat ini.

Menggunakan perahu warga sekitar 45 menit kita akan dimanjakan dengan pemandangan yang berupa petak tambak,pepohonan, dan beberapa burung angsa putih bertebrangan. Beberapa angon kambing berkeliaran di sepanjang tambak yang sedang mencari makan. Sayangnya, air tidak bersahabat, akibat luapan lumpur lapindo, sungai tercemar dan menimbulkan bau yang tidak sedap.

SD Plumbon 1 terletak di Desa Plumbon. Sekolah yang hanya beberapa petak dengan alas dan dinding kayu. Dikelilingi tambak serta pohon dan rerumputan liar ini hanya memiliki empat orang siswa. Satu siswa duduk di kelas 2 dan 4, 2 siswa di kelas 5.


 Kepala Dinas Pendidikan Sidoarjo Mustain Balada (dua dari kiri) Berfoto bersama siswa Plumbon
Semangat ya adik-adik, jangan patah semangat belajar walau hanya empat orang



Dengan fasilitas yang sederhana, seperti papan tulis yang masih menggunakan kapur. Perpustakaan yang bersatu dengan ruang kelas. Tidak ada kantin sekolah maupun tempat bermain. Meskipun hanya segelintir siswa yang belajar di sana. Semangat belajar keempat siswa ini sungguh luar biasa. “Seneng meskipun temennya sedikit, pak gurunya enak dan tidak jahat-jahat,” ungkap Lailatul Safitri, siswi kelas IV.

Siswa ini kebanyakan dari dukuh Kalikendil. Berjarak dua kilo dari rumah. Setiap hari dengan menggendarai sepeda pemberian Pemkab Sidoarjo sebagai sarana transportasi untuk mempermudah akses ke sekolah. Keempat siswa ini bersama-sama menuju ke sekolah. ”Biar rame kita berangkatnya susul-susulan, kecuali Reihan yang masih kecil,” imbuh Agung Prasetyo, siswa kelas 5 yang bercita-cita sebagai ustad ini.

Tempat pendidikan ini memang jauh dari hiruk pikuk aktivitas masyarakat. Di tengah-tengah tambak bangunan sekolah ini didirikan sejak tahun 1981 sebagai sarana pendidikan bagi warga setempat. Akan tetapi sejak adanya luapan lumpur lapindo jumlah siswa semakin menurun.

“Produksi udang windu nelayan tambak anjlok, mendapatkan air bersih juga susah. Beberapa warga memilih pindah ke tempat lain. Secara otomatis siswa ikut berkurang,” jelas Ma’shum kepala SD Plumbon 1.

Meskipun hanya empat orang minat belajar anak-anak ini perlu dicontoh. Musim penghujan mereka tetep sekolah meskipun harus berjalan kaki.”Anak-anak ini dididik oleh tiga pengajar. Sehingga pendampingan belajar bisa dibilang seperti private,” imbuhnya.

SEMANGAT seperti ini harus dicontoh oleh siswa di perkotaan. Kemudahan transportasi dan komunikasi membuat siswa terlena. Malas pergi ke sekolah lebih asyik bolos dan bermain game online dan shopping di mall. 

*Semoga pendidikan anak bangsa terus maju!

No comments:

Post a Comment