Friday, 22 May 2015

Sosok Lisa Namuri




Lisa Namuri


Beberapa waktu lalu, saya pun berkesempatan untuk wawancara Lisa Namuri, seorang instruktur senam yoga dan pilates. Saya pun datang ke rumahnya, di Jalan H. Sa'aba Komplek KPAD. Lisa orangnya sangat ramah kepada wartawannya, maklum saja dulunya dia juga pernah menjadi seorang reporter di salah satu stasiun televisi swasta, sebelum dirinya dikenal dengan seorang ini instrukturr yoga yang energik dan gayanya dengan jilbab yang khas.  Liputan kali ini saya hanya seputar gerakan yoga untuk mengencangkan perut. Tapi tulisan kali ini tidak seputar yoga, tapi tentang hijab story Lisa Namuri. Semoga kisahnya menginspirasi perempuan-perempuan muslimah yang membacanya. Amin.

Hijab Tak Menghalangiku
Bergerak


Sebagai seorang yang concern di bidang physical improvement, hijab tak menghalangi Lisa Namuri dalam berkarir. MEskipun di awal ia mengalami kesulitan berkarir karena berhijab. Sekarang ia membuktikan, bahwa berhijab tidak menghalangi seorang perempuan beraktivitas dan berkarir.

Ditemui di rumahnya, Lisa menceritakan bahwa Sejak kecil, ia sudah menyukai kegiatan yang berbau olahraga dan kegiatan yang menggunakan fisik. Sampai duduk di bangku SMA, ia pun menjadi salah satu atlet softball di sekolahnya. "Aku dari dulu udah suka banget yang namanya aktivitas fisik, olahraga seperti basket, lari, sampai aku pernah jadi atlet sofball waktu SMA," jelasnya.

Passion ibu dua anak ini dalam bidang physical improvement pada manusia terus meningkat. Keinginan terbesarnya adalah dapat berbagi pengetahuan agar setiap orang bisa memaksimalkan kualitas hidupnya dengan mengembangkan kemampuan tubuh serta merasa nyaman pada dirinya, karena itu usai lulus SMA, dan saat duduk dibangku kuliah dan lulus, ia terus mengasah bakatnya dibidang olahraga senam, seperti mengikuti pendidikan di Fitness Institute Australia tahun 2003."Saya senang membantu seseorang yang ingin meringankan, menyehatkan tubuhnya. terutama di bidang Physical activity," ujarnya.

Bagi perempuan kelahiran 26 Juli 1980 ini, bergerak dan bergerak adalah kenyaman dan aktivitasnya sehari-hari. Lisa yang sedari kecil suka dengan kegiatan fisik seperti memanjat pohon, berlari dan kegiatan yang membutuhkan fisik lainnya. ini merupakan passion yang ada dalam dirinya, "Sejak dulu aktivitas fisik ini membantu saya berkonsentrasi saat di sekolah. Namun jika saya dikatakan tomboy tidak juga, saya pun tetap bermain boneka," katanya.

Gaya Lisa Namuri Saat Melakukan Senam/Yoga



Berjilbab, Ingin Menjaga diri
Wanita yang memutuskan berhijab waktu usia 17 tahun ini mengaku, jilbab tidak pernah menghalanginya untuk bergerak, karena bergerak adalah salah satu hobinya. ia pun tidak pernah mencampur adukkan jilbab dengan urusan lain. ia pun merasa dari dulu ia selalu aneh. BErjilbab tapi kegemarannya selalu menggunakan fisik, menyukai dunia olahraga. "Saya tidak pernah ikut campurkan urusan jilbab dengan kegiatan saya. saberfikir, jilbab adalah suatu kewajiban dan olagraga adalah kegemaran saya," ujarnya.
Memutuskan berjilab saat umur 17 tahun, Lisa pun memaparkan bahwa saat itu memang dirinya harus ia lakukan.Dengan berjilbab di usia remaja, ia berfikir bahwa dengan berjilbab bisa menjaga dirinya. "Waktu itu saya berfikri ingin menjaga diri saya. Saya rasa hal itu tepat saya lakukan yaitu dengan berjilbab. Saya tidak berfikir apakah nantinya menganggu aktivitas saya atau tidak, karena saya berjilbab tidak saya ikut campuradukan kegitana dan gaya berjilbab saya" tegasnya.

Mengalami Penolakan
Niat Lisa untuk tidak mencampuradukkan persoalan pekerjaan dan hijab dalam kehidupannya ternyata tidak disambut baik dengan lingkungannya tinggal. Ia pun sempat menuai kesulitan saat karirnya menjadi seorang instruktur senam mulai ia rintis. Saat itu tidak banyak perempuan yang menggunakan jilbab, berbeda dengan kondisi saat ini, jilbab sudah tidak dianggap tabu lagi, lebih demokratis. "Dengan jilbab saya sempat menemui kesulitan, saat saya menjadi instruktur senam berhijab. Banyak studi di Jakarta tidak menerima saya sebagai instruktur berhijab," jelasnya.
Tahun 1997 menurut Lisa, di awal karirnya sebagai seorang instruktur merasa sedih dan miris melihat negaranya sendiri yang mayoritas muslim malah membatasi seorang perempuan berhijab untuk berkarir. Ia pun di tolak memasuki studio-studi senam, ia dirasa tidak mempunyai kapabilitas yang tinggi sebagai serorang isntryktur senam karena persoalan dirinya menggunakan jilbab.
"Mereka berfikir saya bukan instruktur yang baik karena saya menggunakan jilbab, padahal ndonesia adalah negara mayoritas muslim. Negara berpenduduk muslim terbesar di dunia, saya sendiri tidak diterima di negara saya sendiri, hal ini yang aneh. Justru di Australi, Sydney tidak masalah, saya mengajar dengan berjilbab, yang penting secara profesional saya mengajar dengan baik. Karena tidak ada hubungan anatar profesional dengan berhijab," paparnya.


Tak Mati Gaya Dengan Jilbab
Lambat laun, seiring dengan perkembangan zaman dan teknologi, Pperempuan berjilbab pun semakin banyak. Bagi Lisa yang sudah sejak awal menggunakan jilbab dan tidak ikut-ikutan tren menggunakan jilbab hanya untuk meningkatkan karir dan pmoritas. Lisa pun merasa lega, paradigma masyarakat tentang perempuan behijab kini berubah. Semua semakin terbuka, dan perempuan muslimah pun bisa berkarir dan berkarya.
"Alhamdulilah kalau sekarng Indonesia sudah mulai terbuka dengan perempuan berjilbab. AKibatknya pun sekrang berbondong-bondong permepuan menggunakan jilbab. Saya ikut senang, dan saat ini pun saya tetap beraktivitas seperti dulu. Jilbab tetap tidak menghalangi saya," katanya.
Passionnya dibidang physical improvement mengantarkan dirinya di puncak kesuksesan sebagai seorang isntruktur senam instruktur pilates dan instruktur yoga enambelas tahun terakhir ini. Namanya pun tidak hanya dikenal sebagai seorang news anker salah satu televisi swasta. Lisa pun kini dikenal sebagai seorang permpuan berhijab yang memiliki banyak talenta. Gayanya yang unik dengan menggunakan jilbab saat berlatih Yoga menjadi panutan bagi perempuan lainnya. Lisa pu baru saja meluncurkan buku keduanya yang berjudul "Lisa's Movement."Jangan pernah mencampur adaukkan jilbab dengan kegiatan yang lain. JIka kita berjilbab, kita hobi olahraga, jangan dijadikan halangan. Jilbab itu tidak menghalangi, dengan jilbab kita bebasa bergerak," ungkapnya.


 Lisa Juga Seorang Penulis Buku, Salah Satunya berjudul "Lisa's Movement"

Saya Usai Wawancara Lisa Namuri :)


*Tulisan ini juga bisa dibawa di Tabloid MODIS


No comments:

Post a Comment