Tuesday 16 July 2013

PANGGUNG DRAMATURGI PARTAI DEMOKRAT

PANGGUNG DRAMATURGI PARTAI DEMOKRAT
Oleh Isna Wahyuningsi F
E04209034


“Aktor-aktor politik Partai Demokrat  menjadi tokoh utama dalam perpolitikan di Indonesia akhir-akhir ini”
Pergolakan politik  semakin panas, dengan adanya kasus internal partai pemenang pemilu 2009 baru-baru ini yang sering muncul di media massa, dimana Muhammad Nazaruddin selaku mantan bendahara umum partai demokrat yang pada waktu itu masih menjabat sebagai bendahara partai Demokrat dilaporkan oleh Mahfud MD selaku ketua MK kepada Presiden SBY, bahwasannya Nazaruddin disinyalir melakukan suap terhadap  Djanedri M.Ghoffar  Sekjen MK tahun lalu sebesar 120 dolar singapura, namun dalam hal ini alasan kenapa Nazaruddin melakukan suap terhadap Sekjen MK  belum diketahui padahal Nazaruddin sendiri pada waktu itu tidak memiliki kasus yang sedang diperkarakan di MK.
 Akan tetapi dalam keterangan yang diperoleh dari Nazaruddin melalui tim investigasi atas pelaporan ketua MK tersebut dibantah oleh Nazaruddin bahkan MK dituding sebagai fitnah, bahkan Nazaruddin balik memberi tudingan yang pernah dilakukan oleh ketua MK, bahwasanya yang melakukan suap justru dari pihak MK kepada dirinya.
Saling menuding diantara keduanya merupakan ketidaksejalasan yang seakan-akan ini adalah skenario yang dibuat diantara mereka, entah siapa yang akan menjadi tokoh antagonis maupun protagonis. Di lain pihak munculnya Mr.A yang didengungkan oleh wakil sekjen partai Demokrat Ramadhan Pohan beberapa waktu yang lalu membuat pergolakan di kubu partai Demokrat semakin panas, dimana inisial Mr.A mempunyai banyak persepsi dikalangan politisi Negeri ini.
Satu persatu kader partai Demokrat bermunculan seiring kasus Nazaruddin ini, ketua umum  Partai Demokrat Anas Urbanigrum pun terkait dalam hal ini, apakah inisial Mr.A yang dilontarkan Ramadhan Pohan apakah Anas Urbanigrum, Andi Mallarangeng atau lawan politik mereka Akbar Tanjung.
Pentas Teater
   Dinamika yang terjadi dalam partai Demokrat, diawalinya dengan pelaporan ketua MK Mahfud MD terhadap tindakan suap kepada Djanedri M.Ghoffar  Sekjen MK, kemudian mencuat nama Mr.A yang dikumandangkan oleh Ramadhan Pohan menimbulkan banyak persepsi di antara para politisi. Kejadian ini layaknya sebuah pentas teater dimana para politisi memainkan lakon dan wataknya masing-masing. Seperti yang diungkapkan oleh Erving Goffman.
Pernyataan paling terkenal Goffman tentang teori dramaturgis berupa buku Presentation of Self in Everyday Life, diterbitkan tahun 1959. Secara ringkas dramaturgis merupakan pandangan tentang kehidupan sosial sebagai serentetan pertunjukan drama dalam sebuah pentas. Istilah Dramaturgi kental dengan pengaruh drama atau teater atau pertunjukan fiksi diatas panggung dimana seorang aktor memainkan karakter manusia-manusia yang lain sehingga penonton dapat memperoleh gambaran kehidupan dari tokoh tersebut dan mampu mengikuti alur cerita dari drama yang disajikan.

Aktor Partai Demokrat
            Serangkaian nama kader partai Demokrat yang muncul dalam kasus perpolitikan di Indonesia membuat banyak opini yang terbentuk di masyarakat. Nazaruddin yang jelas sekali telah mencoreng nama baik Partai Demokrat dengan melakukan kasus suap kepada sekjen MK. Kemudian munculnya Mr.A yang dilontarkan oleh Ramadhan Pohan yang telah memfitnah Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan ingin mengancurkan partai Demokrat.
Panggung teater dimainkan oleh para politisi Demokrat. Munculnya Mr.A seakan-akan menenggelamkan pemberitaan kasus Nazaruddin. Media massa tidak begitu intens menyoroti kasus Nazaruddin. Hal ini adalah scenario dari partai Demokrat sendiri, bagaimana di internal mereka memanage konflik yang ada. Dinamika ini bisa membuat partai Demokrat semakin kuat atau sebaliknya para kader mereka akan loncat ke partai lainnya. Membangun opini masyarakat bahwa internal partai Demokrat dalam keadaan baik-baik saja dengan dimunculkannya Mr. A oleh Ramadhan Pohan. Setelah itu dengan panggung belakang seperti uraian Goffman para aktor Demokrat akan membuka topengnya di internal mereka sendiri, tentunya masyarakat dan lawan politik mereka tidak akan pernah tahu.
Front stage