Sunday, 1 January 2017

Dolan-Dolan Ka Bandung

Liburan akhir tahun 2016 ini kami bersaudara (Baca: Yuli Yuni dan Fida) memutuskan pergi ke Bandung, bahasa sundanya Dolan-Dolan Ka Bandung. Sebelumya Mbak Yuli dan Dek Fidah berangkat dari Surabaya menuju Jakarta. Dari Jakarta barulah kami bertiga menuju Bandung menggunakan kereta Api.


Kami berangkat Hari Jumat 29 Desember 2017 Pukul 15.30 WIB menggunakan kereta api Argo Parahyangan, kereta Ekonomi AC tujuan Stasiun Gambir-Stasiun Bandung. Harga tiketnya cukup murah Rp. 90 ribu. Kenapa kita memilih menggunakan kereta, pertama akhir tahun dan long weekend jika kami menggunakan bus atau mobil pasti terjebak macet, dan pasti cukup melelahkan. Kedua, harga kereta juga ekonomis tidak jauh berbeda dengan menggunakan bus atau travel. Ketiga, karena kita suka mabok darat. Kereta api adalah pilihan yang paling tepat membawa kami bertiga ke Paris Van Java nya Indonesia.

Perjalanan menggunakan kereta sangat nyaman. Selain armada Argo Parahyangan bisa dibilang armada baru KAI diresmikan tahun 2010, 6 tahun beroperasi kondisi fisiknya masih bagus dan bersih. Menggunakan kereta api, perjalanan ditempuh selama 3 jam, dengan pemberhentian Stasiun Cimahi dan Stasiun Bandung. Selama perjalanan kita akan disajikan pemandangan di luar jendela yang cukup indah. Hamparan sawah, gunung akan menemani kita selama perjalanan, jika kalian pergi sendiri pasti tidak akan jenuh. Waktu tempuh juga tidak begitu lama.

Gambar 1. Suasana di dalam Argo Parahayangan
Gambar 2. Yuli Yuni Fida siap melancong

Pukul 18.30 tepat kami tiba di Stasiun Bandung. Jika kalian ada yang menjemput pastikan kalian memberikan info pintu keluar yang jelas, karena stasiun Bandung ada dua pintu, utara dan selatan. Ini pengalaman kami, kami berada di Pintu Selatan sedangkan kenalan yang menjemput kami menunggu di utara, sehingga sedikit miss komunikasi.

Gambar 3. Stasiun Bandung in the night


Tidak jauh dari Stasiun Bandung ada pasar kuliner bernama Paskal Food Market. Bisa dibilang tempat ini tempat nongkrong mojang dan jajaka Bandang. Tempatnya dikemas outdoor tidak terlalu luas dan dikelilingi stand-stand makanan, ada sekitar 40 stand makanan dan minuman di sini dengan berbagai macam makanan tidak hanya khas Bandung saja. Untuk harga tidak jauh berbeda dengan di Jakarta. Contohnya, menu ayam penyet, tahu tempe dan nasi dipatok harga antara 28-35 ribu rupiah.

Gambar 4. Suasana Paskal yang ramai sangat
Setelah perut kenyang, kami kemudian cepat beranjak untuk menuju penginapan dan beristirahat. Waktu tempuh dari Paskal Food Market menuju Penginapan yang ada di Jalan Gatot Subroto sekitar 40 menit, ternyata di hari kerja Bandung juga macet tidak jauh berbeda dengan Jakarta.

Jika kita menuju Jalan Gatot Subroto Bandung, pasti orang sudah pada tahu, karena di sini ada satu tempat hiburan yang menjadi jujukan wisatawan yaitu Trans Studio Bandung disampingnya ada hotel mewah The Trans Luxury Hotel Bandung. Tapi, kami bertiga tidak menginap disana.hehe.Cukup menguras kantong. Kami menginap  di seberang jalan tempat ini yaitu di Balai Latihan Kerja (BLK) Bandung milik Kementerian Ketenagakerjaan RI. Di sini pun tidak kalah enak dengan tidur di The Trans Hotel, kenalan kami membawa kami menginap di sini. BLK ini biasanya digunakan untuk pelatihan kerja tidak hanya warga Bandung, warga luar Bandung pun bisa mendaftar. Pelatihan dilakukan selama 2-3 bulan dengan jurusan atau bidang yang berbeda ada yang garmen, komputer, elektro, tata boga semuanya kejuruan, dan mereka tidak dipungut biasa alias gratis, asrama pun disediakan.

Kamar kami ada tiga tempat tidur, lengkap dengan selimut, bantal almari, kamar mandi dalam, tv dan juga AC. Jadi selain fasilitas gratis yang kami terima, nyamanlah untuk beristirahat dua hari di Bandung.
Gambar 6. Penginapan kami di BLK Bandung

Hari Jumat 30 Desember 2017 pukul 08.30 WIB kami berangkat dari BLK Bandung menuju Kawah Putih Ciwidey. Perjalanan yang kami tempuh kira-kira 3 jam hal ini dikarenakan di daerah kota masih padat dan macet, ketika sudah memasuki daerah wisata Ciwidey perjalanan lancar. Pukul 11.00 tepat kami tiba di Kawah Putih, Ciwidey.

Mobil kami parkirkan di area parkir mobil kami memutuskan untuk tidak membawa mobil ke dalam kawasan wisata Kawah Putih karena biaya terlalu mahal Rp 250 ribu/mobil. Maka kami menuju loket masuk dan memilih menggunakan ontang anting Kawah Putih, ontang anting ini sejenis mikrolet yang sedikit dimodifikasi tanpa jendela. Menggunakan transportasi ini pengunjung bisa ber 12 menunju kawah satu kali angkut. Tiket masuk kawah putih 20 ribu dan 15 ribu untuk ontang anting PP (pintu masuk-kawah putih). Jadi satu orang 35 ribu.

Gambar 7. Loket Pintu Masuk


Gambar 8. Ontang Anting

Gambar 9. Ontang Anting siap membawa pengunjung

Perjalanan dari pintu masuk sampai dengan kawah putih kira-kira 20 menit, medannya berkelok-kelok dan tentu saja hawanya dingin sekali. Sampailah kita di kawah putih. Sebelum memasuki area wisata bacalah baik-baik petunjuk pengunjung salah satunya adalah menggunakan masker demi kesehatan, tidak boleh membuang sampah sembarangan, dan banyak lagi.
Gambar 10. Baca dulu tata tertib pengunjung

Gambar 11. Pintu masuk kawah

Dengan berjalan kaki melewati tangga menuju kawah putih, tidak begitu jauh. Sampai sana siapkan kamera anda, karena banyak pemandangan indah Kawah Putih yang tidak boleh satupun terlewatkan. Petugas wisata setempat selalu memberikan peringatan kepada pengunjung bahwa batas waktu berada di area Kawah Putih adalah 15 menit, jika mengalami mual, batuk-batuk segera meninggalkan area wisata. Bau Belarang yang ada di kawasan ini bisa membuat orang sakit, karena itu petugas selalu memberikan peringatan. Berikut sedikit sejarah tentang kawagh putih Ciwidey.

Letusan hebat oleh Gunung Patuha pada abad ke 10 membuat banyak orang beranggapan bahwa lokasi ini adalah kawasan angker karena setiap burung yang terbang melewati kawasan tersebut akan mati. Karena kepercayaan tersebut, tidak ada orang yang berani mendekati kawasan ini sampai akhirnya pada tahun 1837 ada seorang ahli bernama Dr. Franz Wilhelm Junghuhn yang memutuskan untuk pergi ke puncak Gunung Patuha demi ilmu pengetahuan. Dr. Franz Wilhelm Junghuhn berhasil mencapai puncak Gunung Patuha dan dari sana ia melihat ada sebuah danau berwarna putih dengan bau belerang yang menyegat. Sejak itu, keberadaan Kawah Putih menjadi terkenal dan pada tahun 1987 pemerintah mulai mengembangkan Kawah Putih sebagai tempat wisata. (https://id.wikipedia.org/wiki/Kawah_Putih).







Usai dari Kawah Putih, perjalanan kami berlanjut menuju Situ Patenggang. jaraknya tidak begitu jauh dari Kawah Putih, kita pun tidak akan bosan karena menuju Situ Patengan mata kita akan dimanjakan dengan hamparan perkebunan teh yang sangat amat luas. Sungguh cantik dengan tatanan terasering bertingkat. Perkebunan teh Ranca Bali.

Tanaman teh milik Perkebunan Teh Ranca Bali berada di tanah yang bergelombang indah di pinggiran jalan antara Kawah Putih dan Situ Patengan.Perkebunan Teh Ranca Bali berada dibawah naungan PT Perkebunan Nusantara VIII, sebuah BUMN dengan kegiatan usaha meliputi pembudidayaan tanaman di 41 kebun yang berada di 11 kabupaten / kota di Jawa Barat, termasuk pengolahan dan produksinya, serta penjualan produk komoditinya mulai dari teh, karet, kelapa sawit, kina, dan kakao.  Berada diketinggian 1.628 dpl. Suhu di kawasan ini sekitar 20° C. Cocok bagi wisatwan yang ingin menghirup udara segar dengan pemandangan hijau yang terhampar luas.

Setelah melewati hamparan kebun teh, sampailah kita ke kawasan wisata Situ Patengan. Konsep wisata ini adalah danau dan taman bermain. Tempat ini juga digunakan dalam Film My Heart.


Sejarah dari Situ Patengan ini adalah berdasarkan bahasa Sunda pateangan teangan (saling mencari). Mengisahkan cinta Putra Prabu dan Putri Titisan Dewi yang besar bersama alam. Kisantang dan Dewi Rengganis, mereka berpisah untuk sekian lama, karena cinta mereka yang egitu dalam mereka saling mencari. Dan pada akhirnya di pertemukan kembali di sebuah tempay tang sampai sekarang dinamakan "Batu Cinta". Dewi Rengganis pun meminta dibuatkan danau dan sebuah perahu untuk berlayar. Perahu inilah yang sampai sekarang menjadi sebuah pulau yang berbentuk hati (Pulau asmara/pulau sasaka). Menurut cerita ini yang singgah di batu cinta dan mengelilingi pulau Asmara senantiasa mendapatkan cinta yang abadai seperti mereka.







Puas berkeliling di kawasan Situ Patengan, kami beranjak pulang sekitar pukul 16.30. Perjalanan pulang cukup lama, karena Bandung sudah mulai ramai dan macet total. Sampai di Penginapan pukul 21.00 WIB. Kami menyarankan jangan pernah pergi ke Bandung saat Weekend

Setelah istirahat sebentar, malam terahir kami memutuskan untuk jalan-jalan sendiri tanpa sopir. Kami menggunakan angkutan umum yang lewat depan penginapan. Tujuan kami adalah Alun-Alun Bandung. Dengan ongkos Rp 4.000 ribu rupiah angkot membawa kami menuju Alun-Alun Bandung kira-kira 45 menit. Alun-Alun Bandung tidak berbeda jauh dengan alun-alun di beberapa daerah. Alun-Alun yang bersanding dengan Masjid dan taman bermain. Di sini juga banyak bangunan kuno, kalau di Jakarta seperti Kota Tua. Yang unik dari alun-alun Bandung adalah lapangan yang ditempati nongkrong masyarakat terbuat dari rumput sintesis. Jadi pengunjung hukumnya Wajib melepas alas kakinya.



Udara sejuk BLK Bandung terasa sekali pagi hari Pukul 06.00 WIB. Kami sengaja mengawali hari terakhir di Kota Kembang ini dengan bangun pagi. Karena sebelum pulang menggunakan kereta pukul 11.40 WIB kami ingin berbelanja di Pasar Baru Bandung yang letaknya tidak jauh dari Stasiun Bandung. Kami berbelanja untuk keperluan dagangan. Ternyata ekspektasi kami salah, ternyata harga lebih murah di tanah abang Jakarta. Mungkin kami tidak tahu tempat mana yang murah untuk 'kulakan' atau memang range harga pasar di sini cukup mahal. Kami berbelanja beberapa baju saja.


Usai berbelanja di Pasar Baru kami bergegas menuju Stasiun Bandung. Dan perjalanan kami selama tiga hari dua malam di Bandung pun berakhir. See You Again Bandung.


Destinasi Bandung
1. Kawah Putih
2. Perkebunan Teh Rancabali
3. Situ Patenggang
4. Alun-Alun Bandung
5. Trans Studio Bandung (Numpang foto doank.hehe)
6. Pasar Baru Bandung

*Special Thanks kepada Bapak Edi Kepala Balai Latihan Kerja Bandung yang sudah memfasilitasi penginapan dan kendaraan untuk kami. Dan Pak Andre yang sudah jadi guide dan mengantar kami keliling Bandung.


#Liburan #YYF #YuliYuniFidah #Bandung #Ciwidey

1 comment:

  1. mbak, kalau mau nginap di BLK nya, siapa ya kontak personnya, dan berapa utk satu malamnya? kapasitas kamar bisa untuk berapa orang? terimakasih

    ReplyDelete