Modifikasi
Pembelajaran Olahraga dengan Seni
Dug,plak,dug,dung,plak, suara ini yang
terdengar ketika melewati kerajaan kesenian SD Negeri Kebaron Kecamatan
Tulangan,Sidoarjo. Kerajaan kesenian ini adalah sebuah ruangan kelas yang
digunakan untuk berlatih musik dan teater.
Sederhana saja ruangan ini, beberapa alat
musik seperti gendang, gong berada di sana. Meskipun begitu siswa SDN Kebaron menikmati
sekali pelajaran olahraga yang dikemas menarik oleh Hery Adriyanto. Guru ini begitu santai. Saat saya temui lagaknya pun tak mencerminkan seorang guru. Berpakaian kasual dan menggunakan tudung batik.
Dengan gaya bak pendongeng hebat, guru
olahraga yang belum genap setahun mengajar di SD Kembaron memberikan evaluasi
kepada anak-anak mengenai penampilan gerak olahraga dengan hitungan.
Yah, Hery biola sapaan akrab Hery Adriyanto
ini memang memiliki ciri khas mengajar yang berbeda dengan pengajar lain. Darah
seni yang sudah mendarah daging sejak kecil, membawa pria ini memberikan pembaruan
pada pembelajaran olahraga.
Memodifikasi teknik olahraga dengan unsur
alam, air,udara, tanah seperti di teater.”Sebelum olahraga kita lakukan
mediasi, mediasi ini anak-anak lakukan secara mandiri, membiasakan diri untuk
bisa merasakan kondisi disekitar mereka,” jelas pria yang mahir memainkan biola
ini.
Menurut Hery, dia mengajarkan anak-anak untuk
menggunakan segala yang ada di alam untuk dimanfaatkan sebagai media
pembelajaran. “Anak-anak pernah saya suruh membuat bola dari klaras (daun pisang yang kering), bola
tersebut bisa digunakan untuk bermain sepak bola, tongkat kasti dari batang
pohon yang tidak terpakai. Mereka sekaligus belajar seni kriya.”imbuh alumnus
Sekolah Tinggi Kesenian (STK)Wilwatikta.
NYENTRIK: Gaya Bung Hery saat memberikan pembelajaran
untuk siswa kelas 5 SD negeri Kebaron, Kecamatan Tulangan.
Tidak hanya itu, dalam pembelajaran olahraga,pria
yang sudah menciptakan tiga lagu yang berjudul Ayo (dolanan anak),bangun (alam)
dan nasionalisme ini, di setiap akhir pembelajaran olahraga, siswa diajarkan
bermain musik.Walhasil, setiap hari pukul 09.30 sekolah ini
disuguhi penampilan musik dari tradional sampai modern oleh siswa kelas 1-6.
“Awalnya saya hanya mengajarkan dasarnya saja,
kemudian anak-anak ini belajar sendiri. Karena setiap usai pembelajaran
anak-anak berkelompok dan bebas
berkreasi untuk menampilkan musik mereka di hari berikutnya,” jelasnya.
Gaya santainya saat mengajar,memberikan
kebebasan kepada siswa. Hal ini ternyata memberikan dampak yang positif bagi
perkembangan karakter siswa. “Sekarang anak-anak tidak pernah kelotekan di kelas, kalau ingin mereka
langsung pergi kerajaan kesenian bermain disana,” ucap pria yang juga hobi
mendaki gunung ini.
Satrio, siswa kelas 5 ini mengaku, sangat
senang ketika mendapat pelajaran olahraga yang berbeda dengan biasanya.
Meskipun baru sebentar dia dengan teman-temannya mampu memainkan lagu
tradisional maupun modern dengan alat-alat musik milik bung Hery.”Bung Hery
kalau mengajar tidak membosankan,kita diajari main musik meskipun pelajaran
olahraga,”akunya.
Pria yang mengidolakan Iwan Fals ini berharap
pembelajaran yang dia lakukan bisa dicontoh oleh pengajar lainnya.Tidak hanya
mengajarkan bidang studi yang paten seperti kurikulum. Tetapi juga ada nilai
keahlian (skill)dan metal (spiritual)yang membentuk siswa.
*tulisan ini juga bisa dibaca di koran harian Radar Sidoarjo Edisi 5 Maret 2014
Wahh... tulisannya rekk.. dua jempol buat Izna.. :)
ReplyDeleteSesekali mampir d blogku jga ya.. hehehe... www.lelakipilihan.blogspot.com
makasih.. :)
thanks
ReplyDeleteDia guru yg istimewah
ReplyDelete