Wednesday 9 April 2014

Awas Gejala Nomophobia


Tiada Hari Tanpa HP atau Gadget

Kecangihan teknologi membuat orang acuh tak acuh dengan keberadaan orang lain. Hal ini bisa dilihat ketika sedang berjalan, menaiki kendaraan, bahkan saat berkumpul dengan keluarga. Mereka tidak lepas dengan benda kecil yang bisa berkomunikasi dengan banyak orang ini.

Yah, saat ini handphone sudah menjadi kebutuhan masyarakat. Baik dari anak-anak hingga remaja pasti memiliki ponsel pribadi. Dimana-mana bermain handphone, gadget sepertinya lebih asik dibanding berbicara secara langsung dengan orang lain. Atau hanya sekedar tegur sapa secara langsung. Saat berkumpul dengan teman, keluarga, pasti ada moment dimana satu persatu orang sibuk dengan gadget masing-masing.

Kecenderungan untuk menggunakan ponsel saat dimana pun kita berada, ternyta bisa menyebabkan kecanduan. Bisa-bisa kita terserang virus nomophobia  (no mobile phobia). Istilah ini diberikan kepada pengguna ponsel atau gadget yang berlebihan. Ia takut jika jauh dari alat komunikasi tersebut. Setiap menit bahkan setiap detik ia selalu mengecek aktivasi yang ada di handphone.

Nomophobia semakin ditunjang dengan kemajuan teknologi yang ada. Untuk mendapat gadget yang memuat aplikasi media sosial,kita tidak perlu membeli dengan harga murah. Bahkan, anak taman kanak-kanak (TK) sudah mahir bermain gadget.

Menurut Nur Habibah Msi Mpsi Psi, Kasie Layanan Psikologi Universitas Muhammadyah Sidoarjo dari kacamata psikologis fenomena ini bukanlah faktor dari kecangihan teknologi saja, melainkan dari diri manusia sendiri. Ada rasa tidak aman ketika tidak ada teman disekitarnya. Dengan mengupdate status di jejaring sosial, ia akan diakui oleh masyarakat. Apalagi banyak yang memberikan komentar,semakin diakui diri kita di dalam masyarakat. “Kalau sudah begitu, orang akan terus menerus mencari apa yang harus dilihatkan di jejaring sosial,” jelasnya.

Habibah menambahkan, menunggu orang lain mengomentari statusnya ini yang menyebabkan setiap detik harus melihat alat komunikasi tersebut. Jika orang sudah merasa nyaman ketika orang sudah melihat dan mengupdate apa yang dia lakukan akan  merasa tenang. “Setelah kebiasaan dan menjadi kecanduan, ketika sudah diam, dia ingin terus mengutak-atik isi gadgetnya. Tidak hanya update status,” imbuh wanita 39 tahun ini.

Dampak personal yang diakibatkan oleh virus nomophobia  menurut Habibah, bisa menganggu konsentrasi kerja otak. Selain itu sosialisasi dengan orang sekitar akan berkurang. Karena lebih sering berkutat pada ponsel yang dipegang. “Kalau pelajar tidak bisa disiplin dan fokus. Sedangkan jika pekerja, konsentrasi bisa terganggu.” Jelasnya.

Ayu Andalia,20,Mahasiswa Universitas Airlangga ini mengaku, dia mempunyai tiga jenis handphone. Dua diantaranya bisa digunakan untuk jejaring sosial. Setiap hari tiga alat komunikasi tersebut wajib  ia bawa saat pergi kemana pun.Tanpa hp berasa sepi, tidak ada yang bisa dibuat mainan. “Galau mbak kalau gak bawa hp, apalagi baterainya habis,” ungkapnya.

Punya Gadget bagus boleh biar Gag dibilang gaptek (gagap teknologi) sih boleh-boleh ajah. Tapi jangan berlebihan .okey



No comments:

Post a Comment