Tiada Hari Tanpa HP atau
Gadget
Kecangihan
teknologi membuat orang acuh tak acuh dengan keberadaan orang lain. Hal ini
bisa dilihat ketika sedang berjalan, menaiki kendaraan, bahkan saat berkumpul
dengan keluarga. Mereka tidak lepas dengan benda kecil yang bisa berkomunikasi
dengan banyak orang ini.
Yah,
saat ini handphone sudah menjadi kebutuhan masyarakat. Baik dari anak-anak
hingga remaja pasti memiliki ponsel pribadi. Dimana-mana bermain handphone, gadget sepertinya lebih asik dibanding
berbicara secara langsung dengan orang lain. Atau hanya sekedar tegur sapa
secara langsung. Saat berkumpul dengan teman, keluarga, pasti ada moment dimana satu persatu orang sibuk
dengan gadget masing-masing.
Kecenderungan
untuk menggunakan ponsel saat dimana pun kita berada, ternyta bisa menyebabkan
kecanduan. Bisa-bisa kita terserang virus nomophobia (no
mobile phobia). Istilah ini diberikan kepada pengguna ponsel atau gadget
yang berlebihan. Ia takut jika jauh dari alat komunikasi tersebut. Setiap menit
bahkan setiap detik ia selalu mengecek aktivasi yang ada di handphone.
Nomophobia
semakin ditunjang dengan kemajuan teknologi yang ada. Untuk mendapat gadget
yang memuat aplikasi media sosial,kita tidak perlu membeli dengan harga murah.
Bahkan, anak taman kanak-kanak (TK) sudah mahir bermain gadget.
Menurut
Nur Habibah Msi Mpsi Psi, Kasie Layanan Psikologi Universitas Muhammadyah
Sidoarjo dari kacamata psikologis fenomena ini bukanlah faktor dari kecangihan
teknologi saja, melainkan dari diri manusia sendiri. Ada rasa tidak aman ketika
tidak ada teman disekitarnya. Dengan mengupdate status di jejaring sosial, ia
akan diakui oleh masyarakat. Apalagi banyak yang memberikan komentar,semakin
diakui diri kita di dalam masyarakat. “Kalau sudah begitu, orang akan terus
menerus mencari apa yang harus dilihatkan di jejaring sosial,” jelasnya.
Habibah
menambahkan, menunggu orang lain mengomentari statusnya ini yang menyebabkan
setiap detik harus melihat alat komunikasi tersebut. Jika orang sudah merasa
nyaman ketika orang sudah melihat dan mengupdate apa yang dia lakukan akan merasa tenang. “Setelah kebiasaan dan menjadi
kecanduan, ketika sudah diam, dia ingin terus mengutak-atik isi gadgetnya.
Tidak hanya update status,” imbuh wanita 39 tahun ini.
Dampak
personal yang diakibatkan oleh virus nomophobia
menurut Habibah, bisa menganggu konsentrasi kerja otak. Selain itu
sosialisasi dengan orang sekitar akan berkurang. Karena lebih sering berkutat
pada ponsel yang dipegang. “Kalau pelajar tidak bisa disiplin dan fokus.
Sedangkan jika pekerja, konsentrasi bisa terganggu.” Jelasnya.
Ayu
Andalia,20,Mahasiswa Universitas Airlangga ini mengaku, dia mempunyai tiga
jenis handphone. Dua diantaranya bisa digunakan untuk jejaring sosial. Setiap
hari tiga alat komunikasi tersebut wajib
ia bawa saat pergi kemana pun.Tanpa hp berasa sepi, tidak ada yang bisa
dibuat mainan. “Galau mbak kalau gak bawa hp, apalagi baterainya habis,”
ungkapnya.
Punya
Gadget bagus boleh biar Gag dibilang gaptek (gagap teknologi) sih boleh-boleh
ajah. Tapi jangan berlebihan .okey
No comments:
Post a Comment