Thursday, 9 April 2015

Kisah Muallaf

Kam Long Kim (Abdullah), Mantan Pemeluk Tionghoa

Hati Bergetar Saat Membaca Yasin
Kuputuskan Masuk Islam

Setelah berpindah-pindah agama ternyata Islam agama yang paling mengetarkan jiwa dan raga Kam Long Kim atau yang saat ini bernama Abdullah. Laki-laki asli warga Tionghoa ini pun akhirnya memutuskan masuk Islam usai membaca surat yasin tahun 2001 lalu. Berikut kisahnya.

Pembaca yang dirahmati oleh Allah, perkenalkan namaku Abdullah, sebelum masuk Islam aku akrab disapa dengan Kim Long Kim. Aku keturunan Tionghoa. Nama itu terus tersemat dalam diriku ketika ibuku masih ada. Ketika mamaku meninggal,pada saat itu bukan Islam yang aku pilih sebagai pondasi agamaku, saat itu aku ingin memperdalam agama Budha. Namun, seirning perjalananku memperdalam Agama Budha ada, ada peristiwa yang unik yang aku alamai. Dan hal itu membawaku untuk memilih Islam sebagai agamaku.

Sebelum masuk Islam, banyak agama yang aku pelajari, mulai agama budha, kristen, semua aku ikuti. Tapi sejak mengenal Islam akupun tak pernag berpaling lagi. Saat itu, aku berkunjung ke rumah temangku yang muslim. Di sana aku temukan buku Tahlilan yang berisi surat yasin dan aku baca arti kadnungan dari surat tersebut. saat itu memang aku tidak tahu apa-apa, hanya sebuah keinginan untuk membaca aku buka buku itu, aku pun masih ingat dulu sewaktu SD aku pun sempat mempelajari agama Islam dari teman-temanku.

Foto: Bapak Abdullah

Panggilan Islam
Saat membaca buku yasin tersebut tiba-tiba hati aku pun bergetar beda ketika dulu aku mempelajari kitab yang sebelumnya. Subhanallah aku benar merasa terharu akan arti dan kandungan dari setiap ayatnya. Aku bertanya dalam hati aku sendiri, apakah agama ini yang akhirnya akan aku anut? agama yang kitabnya dapat membuat hati aku bergetar dan air mata yang keluar membasahi wajahku. Tahun 2001, tahun dimana aku benar-benar menjatuhkan pilihan aku dalam menganut agama.
Akhirnya dengan keyakinan yang sangat mantab aku memutuskan ingin masuk agama Islam, agama yang bener-bener pantas untuk aku yakini. Sedikit-sedikit aku pun telah mencari  dan mempelajari islam dari teman-teman aku. Tekat dan semangat untuk memeluk islam itu benar-benar sangat hebat sekali.
Memang semua nya sangat tidak mudah untukku memeluk keyakinan menjadi seorang muslim. Pertentangan dari keluarga pun terjadi. Memang bukanlah sebuah pertentangan yang sangat hebat hanya melainkan larangan saja. Sampai salah satu saudara berkata kepadauk "Diantara kami bersepuluh tidak ada yang masuk islam kecuali kamu" katanya. Aku memang sepuluh bersaudara ya hanya akulah yang memeluk islam mereka semua kebanyakan masih agama asli orang tua aku yaitu Budha. Itu semua tidak membuat tekat dan semangatku patah dalam memeluk agama Islam.
sebagai seorang yang baru mengerti Islam, aku pun tidak mengerti Al-Quran, tetapi aku berfikir aku harus bisa mencari orang yang dapat mengajarkan aku mengaji. Aku pun pergi kerumah pak RT untuk bertanya siapakah orang yang bisa mengajarkan aku mengaji karena aku ingin menjadi seorang mualaf.
Akhirya pak RT mengantarkan aku kerumah pak Haji Mukhsin. Di sana aku mendapatkan keluarga baru. Pak Mukhsin pun mengangkat aku menjadi anaknya. Aku pun disunat dan dibuatkan ktp dengan identitas agama aku Islam. Setiap ada pengajian pak mukhsin mengajak aku. Sisana lah aku diberikan banyak ilmu, bertemu dan berkumpul dipengajian bersama para Ustad mereka pun menasehati aku untuk membeli buku tentang agama Islam.
Seorang ustad bernama Sanusi, dialah orang yang selalu memberikan aku buku-buku islam tanpa mau dibayar, dan saudara sesama muslim juga ikut merangkul aku sehingga aku menjadi tambah semangat dan yakin dengan masuk agama Islam, walaupun saat itu aku sudah berkeluarga dan istri aku adalah orang Budha tetapi dia pun belum tah kalau aku memeluk agama Islam . Akhirnya istri aku pun tahu aku memeluk agama Islam dan aku mencoba membujuknya untuk menjadi Mualaf. Namun, dia pun tetap pada pendiriannya akhirnya kami pun pisah dan keempat anak aku ikut bersama istri.

Berkah Memeluk Islam
Setelah sabar, ikhlas dan istiqomah aku dalam mempelajari Islam. Akhirnya Allah memberikan aku berkah akan keputusan aku ini. Alhamdulillah bener-bener dengan kuasanya keluarga aku yang tadinya sempat melarang untuk masuk islam sekarang hubungan kami menjadi tambah baik. Tadinya bapak aku selalu bertentangan dengan aku tetapi sekarang jika ada masalah dan bapak membutukan solusi beliau selalu memanggilku, membutuhkanku untuk menjadi penasihat beliau.
Tapi berbeda dibandingkan adik yang lainnya. Aku merasakan nikmat yang luar biasa setelah menjadi seorang mualaf, nikmat sehat, nikmat iman, dan nikmat islam.
Tidak begitu lama setelah aku berpisah dengan sitriku, Aku menikah lagi dengan wanita muslim yang sangat saleha dari pernikahan ini aku mendapatkan 2 anak, aku benar-benar banyak bersyukur, Allah maha Esa, Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Aku yakin Allah enggak akan pernah tidur dia selalu melihat umatnya. Alhamdulillah ibadah aku kepada Allah semakin lancar. Lima waktu selalu jalan, ikut pengajian mingguan, puasa ramadhan, aku puasa. Insya Allah aku bisa menjadi mualaf yang selalu menjalankan perintahnya menjauhi larangannya.

Kabar mengejutkan lagi yang membuat aku banyak bersyukur kepada Allah, Akhir-akhir ini anak keduaku dari pernikahan sebelumnya telah masuk Islam karena mengikuti agama sang suami semoga dia juga bisa menjadi mualaf yang baik. Cita-cita aku aku ingin pergi ke Tanah Suci bersama keluarga aku. Ingin mencium ka’bah. Semoga Allah bisa memanggil aku untuk pergi kesana menuntaskan rukun Islam yang ke 5 . Harapan aku semoga teman-teman aku yang mualaf mari kita sama-sama untuk menjadi mualaf yang menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangannya serta kita meninggal nanti dalam keadaan yang sangat Islam. Tenang saja Allah tidak akan membuat hambanya menderita. Biar saja mereka melihat kita miskin harta yang penting dimata Allah kita enggak miskin amal ibadah. Perdalam ilmu agama kita Insyaallah kita selalu berada dijalannya. (Tulisan ini dimuat di Tabloid NURANi)