Sebuah gudang besar terlihat beberapa ibu-ibu sedang duduk lihai mengopeasikan sebuah mesin dan membawa bongkahan aluminium. Dengan cekatan ditambah dengan latarbelakang bunyi khas prang-prang-prang, tak memperdulikan kami yang datang bergerombol untuk melihat proses pembuatan panci dandang serta ingin berbelanja perabot rumah tangga.
Beberapa waktu lalu, tepatnya 25 September 2021, saya berkesempatan berkunjung ke daerah sentra pembuatan Panci, Dandang dan perabot lainnya yang terbuat dari aluminium di Kecamatan Porong.
Mungkin tidak banyak orang lain tahu, bahwa Kecamatan yang lebih dikenal dengan wisata Lumpur Lapindo ini banyak warganya memproduksi panci, atau pengrajin panci. Salah satunya adalah Desa Kebakalan.
Saat itu, saya gowes dari alun-alun Sidoarjo menuju Sentra Pengrajin Panci Di Desa Kebakalan. Tentunya saya tidak sendiri, bersama Ibu Bupati Sidoarjo Sa'adah Ahmad Muhdlor dan Pegurus TP PKK Kabupaten dan Kecamatan. Istimewa sekali gowes kali ini karena kita juga melipir ke Sentra Pembuatan perabot rumah tangga, ibu-ibu newbie seperti saya yang gemar mengumpulkan perabot rumah tangga padahal belum tahu kapan dan memasak apa adalah kegiatan yang menyenangkan.Hehehe
Bergerak dari Pendopo Alun-alun melawati jalan utama Sidoarjo-Porong Desa Kebakalan, total kurang lebih 17 kilometer kami gowes, lumayan membakar kalori meskipun sedikit ngos-ngosan tapi tetap terlihat tegar takut malu dengan ibu-ibu yang lain..Hihi
Dirintis 20 Tahun Lalu, Pasang Surut Usaha
Kali kedua menginjakkan kaki di Desa Kebakalan, sebelumnya saya dan ibu pengurus TP PKK Kabupaten Sidoarjo memberikan bantuan sosial ke daerah ini, namun tidak berkesempatan untuk melihat produksi panci saat itu.
Salah satu pengrajin panci dandang yang kami datangi adalah Ibu Khalimatus Sa'diyah, ia memulai bisnisnya kurang lebih 20 tahun. Saat datang ke pabrik pembuatan panci dandang milikya terus terang saya takjub karena di daerah ini benar-benar tidak terjangkau, masuk gang kecil dan ternyata da 3 bangunan besar dengan berbagai macam bahan dan mesin-mesin pembuat panci dan dandang.
Ibu Khalimatus Sa'diyah bercerita bahwa usaha yang ia mulai 20 tahun lalu merupakan usaha keluarga, belum lama suaminya meninggal sehingga sekarang ia dan anak pertama mulai mengurus usaha ini. Pasang surut bisnis telah ia rasakan selama ini, dan yang paling terasa adalah saat pandemi Covid- 19. Tidak hanya merosotnya omzet yang ia dapat namun juga harus kehilangan partner hidup, yaitu suaminya.
Usaha milik Ibu Sa'daiyah ini salah satu terbesar di Kecamatan Porong, beberapa Desa juga memproduksi barang serupa. Dalam bisnisnya perempuan yang akrab disapa Bu diyah ini memperdayakan warga sekitar terutama ibu- ibu hampir 80 persen. Bisnis yang ia bangun dengan keluarga tidak hanya bertujuan untuk keuntungan semata namun bisa bermanfaat untuk orang lain, khususnya tetangga mereka.
Didalam teori sosial, bisa dikatakan sebagai sosiopleneur, kegiatan berwirausaha berbasis bisnis dengan misi utama menciptakan Social Impact, yang meningkatkan harkat dan taraf hidup masyarakat kelas bawah. Misi sociopreneur adalah memandirikan masyarakat kelas bawah. Bisnis dalam sociopreneur bukan untuk profit semata. Kebermanfaatan bagi masyarakat atau pelaku usaha lain dalam rantai nilai / lingkungan sekitar adalah prioritasnya.
Pandemi Covid-19 berdampak buruk diberbagai sektor terutama Ekonomi, hal ini juga dirasakan oleh usaha panci milik Ibu Sa'diyah. Sebelum pandemi ia bisa memproduksi panci dan dandang dengan berbagai ukuran sampai 5.000 pcs, namun saat pandemi permintaan menurun menjadi 1.500 pcs per hari. Tidak hanya itu, Sa'diyah juga harus megurangi jumlah karyawannya dari 60 menjadi 30 orang dan tentunya ibu-ibu masih mendominasi.
Dukungan Pemerintah dan Masyarakat
Semangat berbisnis dan memberdayakan masyarakat yang diakukan Ibu Sa'diyah dan keluarga harus diapresiasi, dikondisi sulit karena dampak pandemi covid-19 bisnisnya masih tetap eksis dan produktif. Panci dan dandang milik Ibu Sa'diyah lebih banyak dikirim di luar kota ketimbang masyarakat lokal seperti Kediri, Jombang, Madiun dan luar jawa seperti Lombok dan Kalimatan.
Hal ini menjadi catatan bagi saya dan masyarakat lokal. Seharusnya kita dukung, kita beli dan kita cintai produksi barang lokal bukan malah membeli produk milik daerah lain. Denagan bangga dan memakai barang lokal memberikan kotribusi perekonomian dan semangat kepada pelaku usaha untuk terus berinovasi dalam usahanya.
Selain itu dipihak pemilik kebijakan, Ibu Sa'diyah juga menjelaskan bahwa sempat Kecamatan Porong khususnya Desa Kebakalan dinobatkan menjadi Sentra UMKM Pengrajin Panci, namun sudah beberapa tahun kebalang, sama sekali tidak ada pembinaan maupun kunjungan ke desa atau usaha mereka.
Kedatangan Ibu Bupati Sa'adah Ahmad Muhdlor waktu itu menjadi angin segar bagi para pengrajin Panci. Pasalnya, pihak pemerintah kKabupaten akan menggalakkan geliat UMKM dan pembuatan sentra umkm lagi. Kita akan tunggu dan semoga akan segera terealisasi. Amin
No comments:
Post a Comment