Cerita Syahda 1
Halo Bunda Hebat di seluruh Negeri, Salam Bahagia!
Pada rubrik Cerita Syahda, saya akan menuliskan beberapa aktivitas anak kami Syahda Naishadira Zuhri yang saat ini usianya memasuki 2,5 tahun. Memang betul, mengasuh anak secara langsung meskipun terkadang lelah, tak terasa anak begitu cepat mereka tumbuh. Si mamak pun mulai melow memikirkan anaknya sudah besar dan sebentar lagi akan memasuki dunia pendidikan (sekolah).
Dibeberapa kesempatan cerita sebelumnya, bahwa anak kami terlahir dan tumbuh dimasa pandemi. Bunda hebat sekalian pasti faham kan, dimasa-masa sulit tersebut interikasi dengan orang lain dan semua aktivitas dibatasi bahkan hampir tidak bisa bersilaturahim dengan orang lain, hanya keluarga inti di rumah.
Kondisi tersebut membuat anak kurang mengeksplorasi lingkungan luar dan interaksi dengan orang lain berkurang, sekolah saja online ya bund, apalagi yang namanya arisan, nongki-nongki sudah tidak ada lagi 2 tahun terakhir.huhuu, mama hebat sekalian pasti jenuh di rumah, yaa kan? samalah dengan mama syahda.hehe
Disaat anak tidak bisa berinteraksi dengan orang lain hanya dengan orantua, dan keluarga inti di rumah, Anak Syahda yang baru berusia 2 tahun tentu rasa takut dengan orang lain cukup tinggi, hanya ingin bersama mama, kakek, nenek dan orang yang kenal saja. Ada rasa khawatir sebagai orangtua anak tidak bisa bersosialisasi dengan orang lain.
Dari kondisi tersebut, sebagai orangtua terus mengupayakan anak bisa memupuk rasa percaya dirinya, dimulai dari hal-hal terkecil. Dan kesempatan itu akhirnya datang, ketika anak Syahda sebagai perwakilan Balita Sidoarjo dalam program peluncuran pita Lila keluarga yang diselenggarakan oleh UNICEF, TP PKK Kabupaten Sidoarjo dan Dinas Kesehatan Kab Sidoarjo.
Apa itu Pita LiLa Keluarga?
Lingkar Lengan Atas (LiLa) adalah bagian dari pemantauan dini status gizi anak. Program ini diharapkan akan menurunkan kasus Malnutrisi Energi Protein (MEP) atau yang disebut kurang gizi dan gizi buruk. Pengukuran menggunakan Pita Lila merupakan strategi pemberdayaan masyarakat, dimana keluarga dapat menjadi detektor pertama kejadian kasus kurang gizi akut balita di dalam keluarga. Sehingga jika keluarga bisa mendeteksi dini, konsekuensi serius akibat kekurangan gizi akut dapat dicegah.
Foto bersama Ibu Bupati Sa'adah Ahmad Muhdlor, Ibu Wakil Bupati Sriatun Subandi, UNICEF dan Dinas Kesehatan Kab.Sidoarjo |
Bersama empat perwakilan Balita, kami orangtua diminta kedepan sebagai contoh bagaimana teknis pengukuran Pita Lila yang benar, serta bagaimana cara menghitung angka yang tertera pada Pita Lila menunjukkan status gizi pada anak kita. Pengukuran LiLA dilakukan dengan menggunakan pita dengan indikator warna merah, kuning, dan hijau—warna-warna ini menandakan risiko kurang gizi yang dialami anak. Warna merah menandai kondisi anak parah dan membutuhkan perawatan segera. Warna kuning berarti anak mengalami kurus akut, sementara warna hijau menandakan anak sehat.
Awalnya anak Syahda sangat antusias ketika menunggu dipanggil kedepan panggung. Aku sangat antusias didepan banyak orang meskipun tidak mau bersalaman dengan ibu-ibu pengurus PKK yang sedang hadir di acara peluncuran Pita Lila. Pada saat Ibu Bupati Sidoarjo Sa'adah Ahmad Muhdlor dan tim UNICEF mendatangi anak Syahda dengan membawa pita Lila, Syahda malu dan menangis ketika lengannya dipegang orang lain, serta melihat puluhan mata menyaksikan dia berdiri di depan panggung.
Setelah melihat banyak orang, dan sesi pengukuran lila selesai meskipun begitu hectic dan si anak syahda nempol 'ngandol" mamanya, status gizi Syahda baik dan tidak menunjukkan stunting dan gizi buruk. Alhamdulilah.
Demikian cerita Syahda perdana tampil di depan umum dengan disaksikan puluhan pasang mata. Sebagai orangtua, kami tidak pernah memaksakan anak, hanya memberikan pengalaman yang sekiranya nanti bisa membuat dia tampil percaya diri dan bisa mengekplorasi kemampuannya dengan baik.
Sekian,
kiss buat dedek Syahda yang sudah berani tampi hari ini... Love Mama
No comments:
Post a Comment