Aku Tak Ingin Memilikimu,
Karna Itu Hanya Khayal Semata
Hanya Ingin Mengukir Kisah
Denganmu,
Sebelum Aku Jauh Dari Pandangan
Matamu,
Sebelum Aku Hilang,
Karena Waktu, Kenangan Tentangku
Akan Terkikis Oleh Kenangan Barumu.
Setidaknya Aku Cukup Senang,
Aku Senang,
Kau Telah Masuk Dalam Coretanku,
Coretan Tentang Kehidupanku,
Bayangan
surga itu tampak lagi di depan mata, lama aku tak memikirkan hal ini karena aku
tahu kisah yang lali tentang surge dan bidadarinya telah aku kubur dalam-dalam,
akupun punya kisah sendiri dengan lelaki itu, lelaki yang aku pilih dari sekian
laki-laki yang mendekatiku, lelaki yang aku pilih tanpa bisa dirasionalkan
dengan akal pikiran. Surga itupun berlalu lalang, kadang datang kadang
pergi.Keberadaannya sungguh tlah kulupakan waktu itu.
Beberapa
bulan ini dengan kesendiriannku, tentang kisahku dengan lelaki itu kandas di
tengah jalan. Ketika itu aku sendiri, mencoba menjauh dari kisah kelam dan
kesakitannku bersama lelaki itu, Aku mulai beranjak berjalan meninggalkan masa
lalu dengan lelaki itu, dengan dorongan dan motivasi dari Sahabat karibku, aku mulai
move on (kata anak-anak muda jaman
sekarang) tanpa adanya certia tentang aku dan lelaki itu, sempat aku menjalin
hubungan dengan laki-laki yang baru aku kenal, tpi pada akhirnya kandas juga
ditengah jalan, semua karena kebodohan diriku sendiri yang mencintai seseorang
yang memang tak pantas buat aku. Pergi dari kehidupan lelaki sekampusku itu
benar-benar aku merasa senang, bahagia, tanpa beban meski kertas putih yang
sudah ternoda oleh tinta hitam, tidak akan bisa kembali menjadi kertas putih
lagi, membekas bercak-bercak hitam noda, ibarat kertas itulah kehidupanku
setelah berpisah dari laki-laki itu. Aku tetap mencoba untuk tegar, dengan
nafas doa yang tiap lima waktu aku latunkan kepada Sang Pencipta membuat diriku
semakin tegar.
Surga,
tulisan kali ini tentang dia, tentang kerinduan wangi surga tentang surga yang
menghiasi kehidupanku lagi. Surga datang membawa segala cerita tentang dirinya,
tentang kehidupannya, tentang bidadarinya tentnag malaikat-malaikatnya. Entah
apa yang membawamu hadir kembali ke kehidupanku,kau datang membawa sejuta
cerita.
Yah
inilah aku, aku yang bagaikan ombak, pasang surut tiap harinya dilautan. Cinta
anak mudah yang mencari kenyamanan dan sosok yang kelak akan menjadi pemimpin
dikehidupannya. Aku yang tidak bisa menahan perasaan, perasaan yang cepat larut
dalam perhatian dan kharismamu. Surga yang dulu tak sempat kumasuki
kehidupannya, tentang aku yang sempat bermimpi menjadi bidadari surgamu, dan
tentang aku dengan segala ketakutan dan kebimbangan akan dirimu. Dan kini aku
terhanyut kembali akan indahnya angan tentang surga.
Seperti
dua tahun yang lalu aku yang memberanikan diri untuk mengajakmu jalan, sama
halnya dengan kemarin, aku memberanikan dirimu untuk mengajakmu jalan. Aku gak
pernah berharap kau mengajakku, bagiku itu memang mustahil, aku berfikir apa
salahanya cewek mengajak jalan cwok duluan,sah-sah saja kan?. Kedekatanku
beberapa tahun lalu bermula dari tugas kelompok, yah dari sini obrolan kita
mulai, hingga aku dekat denganmu, meski tak banyak yang aku tahu, dan berbagai
macam pertanyaan tentang kamu yang pernah aku dengar dari beberapa temanku, tak
mengurungkan niatku untuk dekat dan berharap nantinya kamu kan jadi
kekasihku. Harapan hanyalah sebuah
harapan. Kamupun menemukan bidadarimu dan segala kabar tentangmu, tentang
kedekatanmu dengan berbagai wanita terkadang ingin memnbuat aku ingin pergi
menjauh, apa ini sosok laki-laki yang aku inginkan? Serasa karma, laki-laki
pilihanku selalu tak tepat. Kepintaranmu, kedewasaanmu, kharismamu membuatku
luluh, dan menepis segala kabar buruk yang datang darimu. Mungkin sosok kakak
laki-laki yang selama ini aku idam-idamkan dalam sebuah keluarga kecilku
membuatku merasa senang dan bahagia ketika aku bersama denganmu.
Kali
inipun sebuah kata ‘skripsi’ yang menjembatani hubungan kita lagi, karena kita
sama-sama dalam proses yang sama untuk mencapai kata ‘lulus’ komunikasi antara
kamu dan aku mulai berlangsung kembali, saling memotivasi satu sama lain untuk
tetap semangat menjalani proses ini. Komunikasi diantara kita lumayan intens
disbanding dengan beberapa waktu yang lalu, meski obrolan kita hanya seputar
skripsi aku merasa senang, dengan menahan perasaan ini dan menutupi secara
rapat agar kamu juga merasa biasa-biasa saja. Semua berjalan apa adanya.
Lagi-lagi kekhawatiran selalu muncul ketika aku dekat denganmu. Bagaimana tidak
Ibaratkan lagu Irwansya “pecinta wanita” aku selalu menganggap hal itu ada pada
dirimu, aku takut menjadi wanita terGe-Er sedunia. Ketika apa yang kau lakukan
kepadaku hanya sebuah obrolan dan hal-hal yang biasa yang sering kau lakukan
kepada wanita-wanita lainnya.
Sebuah
obrolan tentang kehidupanmu mulai muncul, kamu mulai menceritakan
kegelisahanmu, akan kehidupanmu kepadaku, tentang keinginan wisuda Maret 2013
besok, tentang kejenuhan menyelesaikan skripsi, tentang keluargamu yang
menginginkan kamu cepat lulus karena memang sudah semester akhir teman-temanmu
yang telah banyak menjadi wisudawan, juga tentang bidadari yang meninggalkan
kamu. Tentang cerita bidadarimu, asal kamu tahu segala cerita itu telah aku
dengar dari teman-temanku, aku hanya berpura-pura tak tahu, aku ingin mendengar
kisah itu dari dirimu sendiri. Aku ingin cari kebenaran itu semua, tapi
lagi-lagi kegelisahan dan kebingungan selalu menyelimuti hati ini.
Aku
tlah sendiri sekarang, tidak ada satu ikatanpun diriku dengan seorang
laki-laki dan mendengar ceritamu, kaupun
juga begitu bidadarimu pergi meninggalkan kehidupanmu. Lagi-lagi akupun
beranikan diri untuk mengajakmu jalan. Dan wal-hasil dengan segala keberanian
dan rasa malu ku utarakan ajakanku kepadamu. Dan kamupun dengan senang hati
menerima ajakanku. Meski yang aku lakukan ini tidak mendapatkan dukungan dari
sahabat-sahabatku, mereka selalu berkata “hati-hati
dengan dia karena dia playboy, jangan kau suka lagi dengan dia, masih banyak
laki-laki yang menantimu kelak”. Ibarat angin malam, ketika berhembus
terasa dingin, ketika hilang tak terasa apa-apa, aku hiraukan semua perkataan
sahabat-sahabatku. Aku tak pernah peduli hati nuraniku berkata itu semua jujur,
meski ada sedikit kegelisahan.
Hari
ini 01012013 aku pergi jalan bersamanya. Serasa dejavu janjian denganmu,
teringat cerita konyol yang dulu pernah terjadi saat pertama kita keluar kamu
takut naek motor di jalan raya lagi-lagi dengan menbonceng orang, selama
bertahun-tahun di Surabaya gag pernah membonceng orang selalu dibonceng saat
berpergian. Waktu itu bener-bener was-was takut jatuh dengan gaya nyetirmu yang
kaku dan serempetan kagok banget
ketemu dengamu, karena memang kita jarang ketemu, ketemu dikampuspun terasa beribu-ribu
mata melototin kita berdua, dan rute jalan kali inipun sama seperti dua tahun
yang lalu pergi kesalah satu mall di Surabaya, ke toko buku dan makan. Hari
inipun aku mendengar kisahmu lagi. Kisahmu tentang bidadari yang sempat
bersamamu, cerita tentang keluargamu, cerita tentang rindumu akan saudaramu
yang telah meninggal, tentang Ibumu yang telah lama meninggal ketika kamu TK
dan kamu hampir tak mengingat wajahnya lagi, tentang ayahmu yang juga telah
lamameninggal ketika kamu SD menyusul kepergian Ibumu, saat itu kamupun berkata
hanya aku teman di Surabaya yang tau bahwa orangtua kamu telah meninggal
lamanya, tanpa ragu kau ceritakan semua itu kepadaku. Mendengar hal itu aku
merasa senang sekaligus takut. Takut itu semua adalah bualanmu yang membuat aku
melambung kea wan karena rasa senang, dan kemudian jatuh.
Beberapa
jam kita duduk sambil makan, tak terasa banyak cerita yang telah kamu lontarkan
begitu pula denganku, ku ceritakan tentang laki-laki yang dekat dengaku,
tentang keluargaku, saat itupun aku tak ingin banyak cerita, yang aku ingin
adalah menjadi pendengarmu, mendengar semua tentang dirimu. Dinginya ruangan
membuat tubuhmu mengigil, karena itu aku putuskan untuk pulang saja, karena
hari juga semakin malam. Kita berjalan kembali pulang, saat itu aku merasa
waktu berputar sangat cepat, baru saja sejam bisa duduk dan bercerita, kenapa
sekarang sudah pulang?. Karena kamu gak kuat ma suhu yang dingin aku sedikit
merasa bersalah, gag menyadari hal itu. Aku terlalu asyik mendengarkan ceritamu
juga terlalu asyik aku berdongeng. Tubuhmu mengigil akupun tak tau. Keluar adri
pertokoan, ternyata di luar ruangan hujan deras, jadi kita memutuskan untuk
berteduh di laur ruangan yang memang suhunya tidak sedingin yang di dalam.
Hujan begitu deras aku berfikir antara Tuhan tidak merestui kepergianku dengan
dia sedari berangkat sampai pulang hujan tak henti-henti atau Tuhan memberikan
waktu yang cukup panjang buat kita dengan menurunkan hujan, sehingga kita bisa
berlama-lama untuk bersama. Entahla…………
Sembari
menunggu hujan kau dan aku saling bertukar cerita lagi, saat itu di samping
kanan ku ada nenek kakek duduk berdua kau sempat bilang “ seneng lihat mereka,
seusia mereka masih bisa jalan berdua, yang nenek masih modis dan cantik, dan
si kakek memakai batik yang kau bilang batiknya bagus”. Dalam hati sempat
berfikir, seperti di film-film kayak orang ge pacaran terus ngelihat nenek
kakek jalan berdua terus si cowok bilang
ke ceweknya semoga cinta kita seperti mereka, sampai kakek nenek
selamanya..hihiihi menghayal tingkat badai waktun itu. Aku senyum senyum
sendiri dalam hati.
Hari
semakin larut hujan tak berhenti jua, akhirnya kamu mengajakku menerobos hujan
dan pulang, karena jas hujan hanya membawa satu kamu pulang dengan
hujan-hujanan, aku gak tau bagaimana keadaan kamu, dan sakit apa yang kamu
derita seakan hipotermia di gunung tubuhmu mengigil luar biasa, aku takut
sekali. Namanya juga cowok rasa gengsinya tinggi, walau tubuh mengigil dan
bagaimanapun keadaannya tetap saja selalu ingin terlihat kuat di hadapan cewek.
Di tengah-tengah dinginnya hujan saat perjalanan pulang dengan keadaan mengigil
kamu berucap, “ kali ini gak akan kakak lupakan dek.”, aku hanya diam dan
tersenyum dan berbica pada diri sendiri “ apa semua wanita kau berucap seperti
ini?” Aku tak tau, dan terimakasih untuk hari ini.
Surabaya,
01 Januari 2013
Teruntuk
Surga Di Sana
Dari Penggagum
Wangi Surgamu
No comments:
Post a Comment