Kisah inspiratif kali ini datang dari sosok laki-laki 54 tahun bernama Suharto. Namanya mulai dikenal oleh masyarakat luas karena ia menemukan uang jutaan dolar di dalam taksinya. Saya pun sebagai seorang pemburu berita, langsung mendatangi rumahnya untuk wawancara secara ekslusif.
Meskipun untuk sampai ke rumah Pak Suharto yang berada di Ciganjur harus nyasar dulu. Alhamdulilah liputan kali ini tidak sia-sia. Keramahan Pak Suharto ternyata membuat lelah di jalan saya hilang. Proses wawancara pun berjalan dengan lancar. Saya berasama dua rekan saya Amrik wartawan Dream.co.id dan Uwi Wartawan Tabloid Nyata mengorek kisah kehidupan Pak Suharto. Berikut ceritanya.
"Kunci hidup saya ada tiga. Pertama, Puasa Senin Kamis. Kedua, Salat Dhuha, dan ketiga adalah Jujur," kata Suharto
Kisah inspiratif ini
datang dari seorang sopir taksi bernama Suharto, 54 tahun. Dua kali menemukan barang ketinggalan
(barket) di dalam taksi yang berisi uang jutaan dolar ia tidak pernah
mengambilnya sekalipun. Kejujuran Suharto bisa menjadi teladan bagi kita semua.
Hampir
25 tahun Soeharto berprofesi sebagai seorang sopir taksi. Selama itu pula
kejujuran selalu ia kedepankan dalam bekerja. Untuk kedua kalinya, Suharto menemukan barang
yang berada di taksinya. Barang
tertinggal tersebut bernilai jutaan rupiah. Kendati barang itu bukan miliknya,
ia pun selalu mengembalikan barang yang memang bukan miliknya tersebut.
Hidup Sederhana
Sebuah
rumah kontrakan berukuran 3 meter kali
12 berada di Gang pisang Pasir, Ciganjur Jagakarsa, Suharto beserta istri dan ketiga anaknya
hidup sederhana. Hampir 7 tahun sudah ia dan keluarga tinggal di rumah kontrakan
ini.
Kehidupan
Suharto memang sangat sederhana. Sebagai seorang sopir taksi dan tulang
punggung keluarga, ia pun mampu menyekolahkan ketiga anaknya hingga ke
perguruan tinggi.
Anak
pertamanya, M.Fahri Mahdi (21 tahun) Mahasiswa semester 4 Bina Sarana
Informatika (BSI) Jakarta. Arief Lutfi (19 tahun) baru saya menamatkan
sekolahnya di SMK AL HIdayah, saat ini ia sedang mencari pekerjaan, dan yang
terakhir, M. Anwar Salim (13 tahun) masih duduk di bangku sekolah menengah
pertama (SMP) kelas 1.
Cita-cita
suami dari Sri Mulyati ini memang bukanlah seorang upir taksi. Saat masih
remaja, Suharto bercita-cita sebagai seorang dokter. Namun, cita-cita itu pun
kandas. Lulus SMA, berbagai pekerjaan telah ia lakukan mulai berdagang,
karyawan ebuha perusahaan hingga akhirnya sebagai sopir taksi. "Sebelum
menjadi sopir taksi, saya sempat berdagang. Jadi karywan peruahaan Perancis.
AKirnya pindah menjadi sopir taksi," jelas Suharto saat ditemui di rumahnya.
Menjadi
sopir taksi bukanlah sebuah cita-cita yang
besar bagi Suharto. Kenapa
ia menjadi sopir taksi bukan secara tib-tiba ia lakoni, semua berkat ide gila temannya bernama Mulus. "Waktu itu saya diajak teman
namanya Mulus,
eh lu mau belajar gila nggak? nyetir mobil. Saat itu saya ikut aja, bareng dia
belajar pakai ilustrasi, gak da mobil pura-pura aja kayak bawa mobil beneran,
belok kanan-belok kiri, khirnya hmpir tiga jam belajar kelar uda bisa.
Bener-bener jadi orang gila waktu itu," cerita Bapak tiga anak ini.
Setelah
belajar dengan temannya tersebut,
laki-laki
kelahiran Cirebon, 9 Desember 1961 ini pun mulai bekerja sebagai sopir taksi. pertama kali ia
bekerja di Gemini Taksi. "Saya langsung bawa penumpang sendiri, awal kali
bawa mobil grogi bnaget saya inget wktu itu di Tomang ada tnjakan, itu selalu
saya ingat pertama kali bawa penumpang," kenang Suharto.
Berawal
dari sanalah Suharto terus menekuni pekerjaannya sebagai sopir taksi. Dari satu
pool ke pool taksi lain SUharto berpindah-pindah hampir 25 tahun ini. Ia pun
sempat membeli bajaj, kemudian di jual lagi kemudian kredit lagi. MEskipun
sebagai sopir taksi, Suharto mempunyai keinginan yang besar yaitu jangan sampai
menjadi sopir taksi yang tidak mempunyai armada sendiri. "Meskipun gajinya
pas-pasan, saya hrus tetap menyisahkan sebagaian penghasilan untuk ambil kredit
taksi, karena saya tidak ingin selamanya nguli mulu setor ke orang, kalau punya
taksi sendiri maka lebih enak," terangnya.
Jujur Dalam Bekerja
Selama
hidupnya, alumnus SMA 32 Cidodol ini selalu mengedepankan kejujuran. Karena
darisanalah rejeki dan kemudahan Allah berikan kepad dirinya dan
keluarganya. "Yang penting kita berlaku jujur biar berkah. Ucapan dan
pekerjaan harus sama, jangan ngomong A, htinya B," kata Suharto.
Laki-laki
yang selalu mengenakan peci saat bekerja ini pun juga selalu berusaha jujur
dalam setiap pekerjaan yang ia lakukan.
Ia tidak mu rejeki yang
dibawa untuk keluarga adalah barang yang haram.
Menjadi
sopir taksi yang membawa penumpang dari satu tempat ke tempat lain Suharto
selalu bersikap ramah, ia pun selalu memepringatkan penumpangnya untuk
berhtai-hati dan mengecek apakah barang-barangnya tidak tertinggal, karena
selama ini banyak kejadian barang tertinggal di taksi. Hal ini yang selalu
menjadi cobaan kejujuran bagi Suharto sebagai sopir taksi.
"Senyum sapa harus selalu diutamakan. Kadang dijalan saya juga selalu ngajak bicara penumpang biar suasananya gak canggung. Saat turun saya juga selalu peringatkan agar barangnya dicek kembali. Karena sering kali banyak barang ynag tertinggal (barket). Dan Alhamdulilah selama ini saya pun tidak pernah mengambil barang-barang tersebut, selalu saya kembalikan kepada yang punya, karena itu bukan hak milik kita," paparnya.
"Senyum sapa harus selalu diutamakan. Kadang dijalan saya juga selalu ngajak bicara penumpang biar suasananya gak canggung. Saat turun saya juga selalu peringatkan agar barangnya dicek kembali. Karena sering kali banyak barang ynag tertinggal (barket). Dan Alhamdulilah selama ini saya pun tidak pernah mengambil barang-barang tersebut, selalu saya kembalikan kepada yang punya, karena itu bukan hak milik kita," paparnya.
Menemukan Uang Jutaan
Dolar
Mengembalikan
barang yang bukan hak miliknya akhir-akhir ini pun Suharto lakukan. Untuk kedua
kalinya Allah Swt menguji dirinya dan keluarganya.
Saat
itu 25 Mei 2015, laki-laki 54 tahun ini bekerja sepert biasanya. Ia berangkat
pukul 10 siang. Untuk menuju ke pool taksi Express tempatnya ia bekerja
sekrang, ia memerlukan waktu kurang lebih 10 menit dengan menggunakan angkot
yang berhenti di depan gang rumahnya. "Saya waktu itu berangkat pukul 10,
saya ambil siang karena memang kalau pagi masih sepi itu waktnya anak-anak yang
masih muda, saya ambil siangan karena jam segitu lebih banyak
penumpangnya," kata Suharto.
Hari
itu tidak banyak penghasilan yang SUharto dapatkan. PUkul 02.00 dini hari, 26
Mei 2015 ia pun tidak bernit untuk pulang karena setorang yang akan ia berikan
masih kurang banyak. "MAunya lembur karena penghasilan waktu itu masih
kurang banyak," katanya.
Membawa
taksi dengan nomor lambung SA 4012, SUharto melewati gedung AXA Tower. WAktu
itu ada tiga orang penumpang menyetop, dua pria dan seorang wanita. Namun hanya
dua orang pria berdarah China Australia dan Wanita berdarah China Indonesia
yang menumpang taksinya. "yang naik cuman dua orang saja suami istri," kata SUharto.
Dua
penumpang ini meminta diantar ke Sudirman PArk. Dengan sedikit kemampuannya
berbahasa Inggris, Suharto menyapa dua kliennya tersebut. Saat di Sudirman
Park, mobil Suharta kehalangan mobil penghuni yang akan parkir. Di saat itulah,
nomor lambung terekam oleh CCTV. Dua penumpang tersebutpun turun dari taksi dan
buru-buru ke hotel. "Mereka berdua turun, tarif taksinya RP.19.900, klu
muter dikit lgi masuk ke dalem mungkin Rp 20.200 lebih, mereka ngasih asya Rp. 20.000 Saat mereka turun,
saya pun mengingatkan kembali agar barang-barangnya tidak ada yang
tertinggal," terangnya.
Usai
mengatar dua bule tersebut. Suharto pun berhenti sejenak untuk mencari
penumpang lainnya di depan Ambasador. Tapi tidak seperti biasanya, kawasan
tersebut asepi
penumpang. "Biasanya di sna banyak orang lembur, tapi waktu itu tidak ada
sama sekali, saya pun memutuskan pulang," jelasnya.
Laki-laki
berkacamata ini pun melanjutkan perjalanannya. Saat diperjalanan perutnya
terasa sakit, ia pun berhenti di Plasa FEstival untuk pergi ke kamar mandi.
"DAri berhenti untuk ke kamar mandi, ada sorang pemuda yang usianya mirip
dengan anak saya, saya sempat antar dia ke JAlan Warung Buncit, tidak perlu
menggunakan argo. Dia hanya memberikan ongkos 10.000 kepada saya, kemudian saya
pulang," terangnya.
Sesampai di rumah, Suharto pun bergegas ke kamar mandi. Taksi ia parkir di depan gang rumahnya, saat itu waktu menunjukkan pukul 03.00 dini hari. Sakit perut yang dialami oleh Suharto ternyata berkelnjutan. Sampai di rumah ia pun mandi. Saat itu juga dering telpon berdering. Ternyata dari pihak kantor pusat Taksi tempat miliknya bekerja.
"Saya langsung di telepon, ada barket nggak ditaksi. Saya bilang iya nanti saya cek. Tapi bos saya tidak sabaran suruh saya cek segera ktanya penting. Tapi tidak saya hirukan saat itu perut saya mules. Sampai telpon berkali-kali dan akhirnya saya cek ke dalam taxi bareng istri saya." jelasnya.
Sesampai di rumah, Suharto pun bergegas ke kamar mandi. Taksi ia parkir di depan gang rumahnya, saat itu waktu menunjukkan pukul 03.00 dini hari. Sakit perut yang dialami oleh Suharto ternyata berkelnjutan. Sampai di rumah ia pun mandi. Saat itu juga dering telpon berdering. Ternyata dari pihak kantor pusat Taksi tempat miliknya bekerja.
"Saya langsung di telepon, ada barket nggak ditaksi. Saya bilang iya nanti saya cek. Tapi bos saya tidak sabaran suruh saya cek segera ktanya penting. Tapi tidak saya hirukan saat itu perut saya mules. Sampai telpon berkali-kali dan akhirnya saya cek ke dalam taxi bareng istri saya." jelasnya.
Setelah
dicek, ternyata ada satu tas kecil yang berisikan lembaran uang dolar Australi yang
jumlahnya cukup banyak. Suharto pun lekas memberikan barket tersebut ke pool
taksi. "Saya gk hitung berapa jumlahnya, lngsung saya bawa ke pool.
Setelah di hitung jumlahnya ada 100 lembar dolar Australi peahan 100, ada power
bank, parfum. Kemudian saya bikin berita
acara. Kemudian pagi itu juga saya antarkan ke tempat pemilik uang
tersebut." jelasnya.
Menurut
Suharto, saat itu dirinya di dihubungi via sms oleh pemilik tas tersebut. pesan
singkaat itu berisikan bahwa brang tersebut adalah hidup mtinya, ia ingin
Suharto mengembaliknnya. "Saya kembalikan uang tersebut. Ternyta uang itu
akn digunaakan untuk berobat ibunya," kata Suharto.
Setelah
mengemblikan uang tersebut, tidak hanya ungkapan terimaksih atas kejujurn yng
dilakukan oleh Suharto. Ia diberikan imbalan kurang lebih Rp. 2 Juta rupiah.
"Saya diberikn 2 lembar dolar yang nilainya RP 2 Jut 30 ribu,"
katanya.
Kejujuran
yang dilakukan oleh Suharto saat menemukan uang jutaan dolar bukan pertama
kalinya. Iaa pun menceritakan pada tahun 1989, ia pun pernah menemukan barket
di taksinya. "Tahun 1989 saya menemukan uang sebesar 2 ribu dolar saat
mengantarkan seorang bule dari Pondok Indah ke Gereja Melawai." jelasnya.
Berbeda dengan kejadian
tempo hari sang pemilik sudah jelas mengetahui nomor lambung taksi. saat
kejadian wktu itu, sang pemilik dompet tidk mengethui keberadaan taksi. Karena
kejujuran yang dimiliki oleh laki-laki penyuka masakan pedass ini ia mencari
alamat pemilik dompet. "Saya mencari alamat sampai 3 hri muter-muter, di
dompet itu ada bon toko bunga dan nomer teleponnya. Akhirnya ketemu saya
diberikan imbalan 90 ribu, di tahun segitu jumlahnya udah bnyk bnget,"
paparnya.
Berkat
kejujuran yang selama ini menjadi prinsip hidup Suharto, kemudahan dan rejeki
selalu menghampiri dirinya ditengah-tengah kesederhanaan hidup.
"Alhamdulilah, berkah itu selalu ada. Kemarin saya dan istri kebingungan
cari duit untuk biaya kuliah dan sekolah. Eh Allah memberikan rejeki dengan
cara seperti ini," tutunya.
Kejujuran
yang dilakukan oleh Suharto telah memberikan inspirasi dan teladan bagi semua
orang. Suharto pun kini dikenal oleh orng bnyk atas kejujuranya tersebut. Ia
berharap
dia dan
keluarganya
tetap menjadi pribadi yaang baik dan tidak sombong. "Banyak yang bilang
sekarang
saya jadi artis atas kejadian kemarin, tapi ini buat intropeksi diri saya
jangan mapai riya, saya bilng ke anak-anak dan istri. Semua rejeki ini akan
habis jika menjadi ujub," pungkasnya.
Pak Suharto bersama istri Sri Mulyati
Keluarga besar Pak Suharto
Usai wawancara tidak lupa saya berfoto dengan Pak Suharto
No comments:
Post a Comment