Friday 12 June 2015

Kisah Sopir Taksi Jujur

Kisah inspiratif kali ini datang dari sosok laki-laki 54 tahun bernama Suharto. Namanya mulai dikenal oleh masyarakat luas karena ia menemukan uang jutaan dolar di dalam taksinya. Saya pun sebagai seorang pemburu berita, langsung mendatangi rumahnya untuk wawancara secara ekslusif.
Meskipun untuk sampai ke rumah Pak Suharto yang berada di Ciganjur harus nyasar dulu. Alhamdulilah liputan kali ini tidak sia-sia. Keramahan Pak Suharto ternyata membuat lelah di jalan saya hilang. Proses wawancara pun berjalan dengan lancar. Saya berasama dua rekan saya Amrik wartawan Dream.co.id dan Uwi Wartawan Tabloid Nyata mengorek kisah kehidupan Pak Suharto. Berikut ceritanya.
 

"Kunci hidup saya ada tiga. Pertama, Puasa Senin Kamis. Kedua, Salat Dhuha, dan ketiga adalah Jujur," kata Suharto

Kisah inspiratif ini datang dari seorang sopir taksi bernama Suharto, 54 tahun. Dua kali menemukan barang ketinggalan (barket) di dalam taksi yang berisi uang jutaan dolar ia tidak pernah mengambilnya sekalipun. Kejujuran Suharto bisa menjadi teladan bagi kita semua.

Hampir 25 tahun Soeharto berprofesi sebagai seorang sopir taksi. Selama itu pula kejujuran selalu ia kedepankan dalam bekerja. Untuk kedua kalinya, Suharto menemukan barang yang berada di taksinya. Barang tertinggal tersebut bernilai jutaan rupiah. Kendati barang itu bukan miliknya, ia pun selalu mengembalikan barang yang memang bukan miliknya tersebut.

Hidup Sederhana
Sebuah rumah kontrakan berukuran 3 meter kali  12 berada di Gang pisang Pasir, Ciganjur Jagakarsa,  Suharto beserta istri dan ketiga anaknya hidup sederhana. Hampir 7 tahun sudah ia dan keluarga tinggal di rumah kontrakan ini.
Kehidupan Suharto memang sangat sederhana. Sebagai seorang sopir taksi dan tulang punggung keluarga, ia pun mampu menyekolahkan ketiga anaknya hingga ke perguruan tinggi.

Anak pertamanya, M.Fahri Mahdi (21 tahun) Mahasiswa semester 4 Bina Sarana Informatika (BSI) Jakarta. Arief Lutfi (19 tahun) baru saya menamatkan sekolahnya di SMK AL HIdayah, saat ini ia sedang mencari pekerjaan, dan yang terakhir, M. Anwar Salim (13 tahun) masih duduk di bangku sekolah menengah pertama (SMP) kelas 1.

Cita-cita suami dari Sri Mulyati ini memang bukanlah seorang upir taksi. Saat masih remaja, Suharto bercita-cita sebagai seorang dokter. Namun, cita-cita itu pun kandas. Lulus SMA, berbagai pekerjaan telah ia lakukan mulai berdagang, karyawan ebuha perusahaan hingga akhirnya sebagai sopir taksi. "Sebelum menjadi sopir taksi, saya sempat berdagang. Jadi karywan peruahaan Perancis. AKirnya pindah menjadi sopir taksi," jelas Suharto saat ditemui di rumahnya.

Menjadi sopir taksi bukanlah sebuah cita-cita yang besar bagi Suharto. Kenapa ia menjadi sopir taksi bukan secara tib-tiba ia lakoni, semua berkat ide gila temannya bernama Mulus. "Waktu itu saya diajak teman namanya Mulus, eh lu mau belajar gila nggak? nyetir mobil. Saat itu saya ikut aja, bareng dia belajar pakai ilustrasi, gak da mobil pura-pura aja kayak bawa mobil beneran, belok kanan-belok kiri, khirnya hmpir tiga jam belajar kelar uda bisa. Bener-bener jadi orang gila waktu itu," cerita Bapak tiga anak ini.

Setelah belajar dengan temannya tersebut, laki-laki kelahiran Cirebon, 9 Desember 1961 ini pun mulai bekerja sebagai sopir taksi. pertama kali ia bekerja di Gemini Taksi. "Saya langsung bawa penumpang sendiri, awal kali bawa mobil grogi bnaget saya inget wktu itu di Tomang ada tnjakan, itu selalu saya ingat pertama kali bawa penumpang," kenang Suharto.

Berawal dari sanalah Suharto terus menekuni pekerjaannya sebagai sopir taksi. Dari satu pool ke pool taksi lain SUharto berpindah-pindah hampir 25 tahun ini. Ia pun sempat membeli bajaj, kemudian di jual lagi kemudian kredit lagi. MEskipun sebagai sopir taksi, Suharto mempunyai keinginan yang besar yaitu jangan sampai menjadi sopir taksi yang tidak mempunyai armada sendiri. "Meskipun gajinya pas-pasan, saya hrus tetap menyisahkan sebagaian penghasilan untuk ambil kredit taksi, karena saya tidak ingin selamanya nguli mulu setor ke orang, kalau punya taksi sendiri maka lebih enak," terangnya.
Pak Suharto berpose dengan Taksi Yang Ia Pakai Saat Menemukan Barket Jutaan Dolar

Jujur Dalam Bekerja
Selama hidupnya, alumnus SMA 32 Cidodol ini selalu mengedepankan kejujuran. Karena darisanalah rejeki dan kemudahan Allah berikan kepad dirinya dan keluarganya. "Yang penting kita berlaku jujur biar berkah. Ucapan dan pekerjaan harus sama, jangan ngomong A, htinya B," kata Suharto.

Laki-laki yang selalu mengenakan peci saat bekerja ini pun juga selalu berusaha jujur dalam setiap pekerjaan yang ia lakukan. Ia tidak mu rejeki yang dibawa untuk keluarga adalah barang yang haram.

Menjadi sopir taksi yang membawa penumpang dari satu tempat ke tempat lain Suharto selalu bersikap ramah, ia pun selalu memepringatkan penumpangnya untuk berhtai-hati dan mengecek apakah barang-barangnya tidak tertinggal, karena selama ini banyak kejadian barang tertinggal di taksi. Hal ini yang selalu menjadi cobaan kejujuran bagi Suharto sebagai sopir taksi.

"Senyum sapa harus selalu diutamakan. Kadang dijalan saya juga selalu ngajak bicara penumpang biar suasananya gak canggung. Saat turun saya juga selalu peringatkan agar barangnya dicek kembali. Karena sering kali banyak barang ynag tertinggal (barket). Dan Alhamdulilah selama ini saya pun tidak pernah mengambil barang-barang tersebut, selalu saya kembalikan kepada yang punya, karena itu bukan hak milik kita," paparnya.

Menemukan Uang Jutaan Dolar
Mengembalikan barang yang bukan hak miliknya akhir-akhir ini pun Suharto lakukan. Untuk kedua kalinya Allah Swt menguji dirinya dan keluarganya.

Saat itu 25 Mei 2015, laki-laki 54 tahun ini bekerja sepert biasanya. Ia berangkat pukul 10 siang. Untuk menuju ke pool taksi Express tempatnya ia bekerja sekrang, ia memerlukan waktu kurang lebih 10 menit dengan menggunakan angkot yang berhenti di depan gang rumahnya. "Saya waktu itu berangkat pukul 10, saya ambil siang karena memang kalau pagi masih sepi itu waktnya anak-anak yang masih muda, saya ambil siangan karena jam segitu lebih banyak penumpangnya," kata Suharto.

Hari itu tidak banyak penghasilan yang SUharto dapatkan. PUkul 02.00 dini hari, 26 Mei 2015 ia pun tidak bernit untuk pulang karena setorang yang akan ia berikan masih kurang banyak. "MAunya lembur karena penghasilan waktu itu masih kurang banyak," katanya.
Membawa taksi dengan nomor lambung SA 4012, SUharto melewati gedung AXA Tower. WAktu itu ada tiga orang penumpang menyetop, dua pria dan seorang wanita. Namun hanya dua orang pria berdarah China Australia dan Wanita berdarah China Indonesia yang menumpang taksinya. "yang naik cuman dua orang  saja suami istri," kata SUharto.

Dua penumpang ini meminta diantar ke Sudirman PArk. Dengan sedikit kemampuannya berbahasa Inggris, Suharto menyapa dua kliennya tersebut. Saat di Sudirman Park, mobil Suharta kehalangan mobil penghuni yang akan parkir. Di saat itulah, nomor lambung terekam oleh CCTV. Dua penumpang tersebutpun turun dari taksi dan buru-buru ke hotel. "Mereka berdua turun, tarif taksinya RP.19.900, klu muter dikit lgi masuk ke dalem mungkin Rp 20.200 lebih, mereka ngasih asya Rp. 20.000 Saat mereka turun, saya pun mengingatkan kembali agar barang-barangnya tidak ada yang tertinggal," terangnya.

Usai mengatar dua bule tersebut. Suharto pun berhenti sejenak untuk mencari penumpang lainnya di depan Ambasador. Tapi tidak seperti biasanya, kawasan tersebut asepi penumpang. "Biasanya di sna banyak orang lembur, tapi waktu itu tidak ada sama sekali, saya pun memutuskan pulang," jelasnya.

Laki-laki berkacamata ini pun melanjutkan perjalanannya. Saat diperjalanan perutnya terasa sakit, ia pun berhenti di Plasa FEstival untuk pergi ke kamar mandi. "DAri berhenti untuk ke kamar mandi, ada sorang pemuda yang usianya mirip dengan anak saya, saya sempat antar dia ke JAlan Warung Buncit, tidak perlu menggunakan argo. Dia hanya memberikan ongkos 10.000 kepada saya, kemudian saya pulang," terangnya.

Sesampai di rumah, Suharto pun bergegas ke kamar mandi. Taksi ia parkir di depan gang rumahnya, saat itu waktu menunjukkan pukul 03.00 dini hari. Sakit perut yang dialami oleh Suharto ternyata berkelnjutan. Sampai di rumah ia pun mandi. Saat itu juga dering telpon berdering. Ternyata dari pihak kantor pusat Taksi tempat miliknya bekerja.

"Saya langsung di telepon, ada barket nggak ditaksi. Saya bilang iya nanti saya cek. Tapi bos saya tidak sabaran suruh saya cek segera ktanya penting. Tapi tidak saya hirukan saat itu perut saya mules. Sampai telpon berkali-kali dan akhirnya saya cek ke dalam taxi bareng istri saya." jelasnya.

Setelah dicek, ternyata ada satu tas kecil yang berisikan lembaran uang dolar Australi yang jumlahnya cukup banyak. Suharto pun lekas memberikan barket tersebut ke pool taksi. "Saya gk hitung berapa jumlahnya, lngsung saya bawa ke pool. Setelah di hitung jumlahnya ada 100 lembar dolar Australi peahan 100, ada power bank, parfum. Kemudian saya bikin berita  acara. Kemudian pagi itu juga saya antarkan ke tempat pemilik uang tersebut." jelasnya.

Menurut Suharto, saat itu dirinya di dihubungi via sms oleh pemilik tas tersebut. pesan singkaat itu berisikan bahwa brang tersebut adalah hidup mtinya, ia ingin Suharto mengembaliknnya. "Saya kembalikan uang tersebut. Ternyta uang itu akn digunaakan untuk berobat ibunya," kata Suharto.

Setelah mengemblikan uang tersebut, tidak hanya ungkapan terimaksih atas kejujurn yng dilakukan oleh Suharto. Ia diberikan imbalan kurang lebih Rp. 2 Juta rupiah. "Saya diberikn 2 lembar dolar yang nilainya RP 2 Jut 30 ribu," katanya.

Kejujuran yang dilakukan oleh Suharto saat menemukan uang jutaan dolar bukan pertama kalinya. Iaa pun menceritakan pada tahun 1989, ia pun pernah menemukan barket di taksinya. "Tahun 1989 saya menemukan uang sebesar 2 ribu dolar saat mengantarkan seorang bule dari Pondok Indah ke Gereja Melawai." jelasnya.

Berbeda dengan kejadian tempo hari sang pemilik sudah jelas mengetahui nomor lambung taksi. saat kejadian wktu itu, sang pemilik dompet tidk mengethui keberadaan taksi. Karena kejujuran yang dimiliki oleh laki-laki penyuka masakan pedass ini ia mencari alamat pemilik dompet. "Saya mencari alamat sampai 3 hri muter-muter, di dompet itu ada bon toko bunga dan nomer teleponnya. Akhirnya ketemu saya diberikan imbalan 90 ribu, di tahun segitu jumlahnya udah bnyk bnget," paparnya.

Berkat kejujuran yang selama ini menjadi prinsip hidup Suharto, kemudahan dan rejeki selalu menghampiri dirinya ditengah-tengah kesederhanaan hidup. "Alhamdulilah, berkah itu selalu ada. Kemarin saya dan istri kebingungan cari duit untuk biaya kuliah dan sekolah. Eh Allah memberikan rejeki dengan cara seperti ini," tutunya.

Kejujuran yang dilakukan oleh Suharto telah memberikan inspirasi dan teladan bagi semua orang. Suharto pun kini dikenal oleh orng bnyk atas kejujuranya tersebut. Ia berharap dia dan keluarganya tetap menjadi pribadi yaang baik dan tidak sombong. "Banyak yang bilang sekarang saya jadi artis atas kejadian kemarin, tapi ini buat intropeksi diri saya jangan mapai riya, saya bilng ke anak-anak dan istri. Semua rejeki ini akan habis jika menjadi ujub," pungkasnya. 

Pak Suharto bersama istri Sri Mulyati

Keluarga besar Pak Suharto

Usai wawancara tidak lupa saya berfoto dengan Pak Suharto

No comments:

Post a Comment