Wednesday 15 January 2020

Perjalanan Menjadi Seorang Ibu! (Part 3)

*Menikmati Masa-Masa Kehamilan*

Sebenarnya cukup lama menyelesaikan tulisan ini hingga akhirnya terselesaikan pasca melahirkan. Menjalani masa kehamilan 9 bulan lamanya hingga proses lahiran membuat aku semakin mengerti bagaimana perjuangan seorang ibu sungguh luar biasa tak terungkapkan.

Ngidam Apa? Gak ada Kata Ngidam

Selama kehamilan Alhamdulilah aku jalani tanpa drama. Pada Trimester pertama tidak banyak keluhan yang aku alami, yang aku rasakan hanya sakit pinggang yang luar biasa. Mual pun aku terkadang merasakan namun masih bisa memakan apapun bisa masuk ke mulut hingga trimester akhir. Jika ada yang bertanya Ngidam Apa? Aku selalu jawab tidak ada ngidam yang aneh-aneh. Tidak ada permintaan khusus, hal ini juga membuat suami lebih santai dalam mendampingi proses kehamilan. Kalau kata orang kehamilanku ini dinamakan "hamil kebo" semua makanan apapun masuk perut.

Sejak awal kehamilan aku dan suami membiasakan untuk mengajak ngobrol si jabang bayi, hal ini aku lakukan untuk menstimulus peri dalam perut sejak dini untuk mengenali suara dan harapan kedua orangtuanya. Surat Maryam dan Surat Yusuf kami baca setiap hari sebagai ikhtiar kami mendapatkan keturunan yang saleh saleha.

Aku bersyukur, kehamilanku yang pertama cukup lancar dan tidak ada kendala. Pasalnya aku masih bisa beraktifitas seperti biasa, pergi ke kantor, mengikuti acara, bahkan masih bisa pergi ke luar kota. Hanya saya kegiatan tersebut aku batasi. Sepertinya si jabang bayi di dalam perut suka sekali beraktifitas, sehingga ketika aku berada di rumah lebih sering mengalami keluhan seperti mual dan pusing. Namun ketika berinteraksi dengan orang tidak ada keluhan sama sekali sehingga aku sangat bersyukur si jabang bayi sangat koorperatif bersamaku.

Memasuki Trimester ke 2 dan ke 3 kondisi kehamilanku semakin baik, tidak seperi di Trimester pertama badanku sering sekali lemah dan sakit pinggang, di Trimester ini kondisiku semakin baik. AKu terus berusaha menjaga asupan gizi si jabang bayi, mulai dari makanan, vitamin, dan olahraga. Pada tahapan ini emosiku mulai berubah. Perasaan sedih sering kali muncul dan sangat sensitif. Sedih yang tak terdefinisikan, moodku selalu berubah-rubah dan suamilah yang selalu menjadi tempat pelampiasan.Hehe.


Proses Melahirkan, Harus Operasi Caesar!

Memasuki Trimester terakhir fase dimana kekhawatiran mulai muncul terutama di minggu ke 38. Selama ini kehamilanku lancar tanpa keluhan. Sejak trimester 1 aku rutin melakukan USG setiap bulan untuk mengecek kondisi si jabang bayi. ALhamdulilah semua sehat dan tidak ada hal yang perlu dikhawatirkan. Memasuki Minggu ke 37 aku putuskan untuk pulang kampung ke Sidoarjo, memilih untuk bersama orangtua khususnya ibu membuat hatiku lebih tenang menghadapi proses kehamilan. Fase ini cukup berat aku dan si jabang bayi harus jauh dari ayahnya untuk sementara waktu. Memasuki minggu-minggu akhir kehamilan kondisiku sangat sehat meskipun badan sudah mulai sangat berat untuk digunakan beraktifitas. Setiap pagi aku berjalan kaki dan berolahraga sebagai ikhtiar melahirkan dengan normal.

Mendengar cerita dari berbagai orang pengalaman melahirkan baik Normal dan Caesar aku berharap kelahiranku akan berjalan normal melihat di trimester ini si jabang bayi sudah masuk panggul, tinggal menunggu waktunya untuk lahir. Normal atau Caesar, ikhtiarku untuk lahiran normal sangat tinggi. Memasuki hari perkiraan lahir (HPL) antara 31 Desember 2019 sampai 2 Januari 2020, ternyata tak kunjung juga ada tanda- tanda kelahiran. Semua perasaan bercampur aduk, sedih, khawatir, senang. Di detik-detik ini  suamiku harus bolak balik Jakarta Sidoarjo disaat kondisi cuaca yang ekstream dan Banjir ibu kota Jakarta.

Melewati HPL, akhirnya aku putuskan untuk meminum obat perangsang yang diberikan oleh bidan, namun tidak ada reaksi di hari pertama, hanya kontraksi palsu, tanggal 4 mulailah aku merasakan kontraksi lebih sering dari sebelumnya, mungkin pengaruh obat perangsang, obat yang sudah 6x aku minum baru bereaksi. Kecemasan mulai datang, aku memeriksakan diri ke dokter di RS dekat rumah, aku takut jika air ketubanku habis, karena di USG bulans sebelumnya, volume ketubanku cukup dan mulai menipis. Pada saat menunggu pemeriksaan, ternyata tanda-tanda kontraksi asli muncul yaitu keluar darah, senang akhirnya ada tanda-tanda melahirkan. Setelah dicek oleh dokter ternyata aku sudah mengalami pembukaan satu. Dalam hati aku berkata ALhamdulilah meskipun sakitnya luar biasa sebentar lagi aku akan bertemu dengan jabang bayi yang selama 9 bulan bersamaku.

Menunggu pembukaan, dini hari pukul 01.00 kontraksi semakin sering, dan sakitnya luar biasa, tak terdefinisikan, tulang punggung rasanya ditusuk-tusuk, tidak bisa bernafas, untuk tersenyumpun sulit. Disaat seperti ini suamiku selalu mendampingiku, dan juga keduaorangtuaku.

Lagi-lagi cita cita untuk lahiran secara normal masih juga tertanam dalam pikiranku, suamiku dan keluargaku. Bidan mengecek kondisiku ternyata meskipun kontraksi berkali-kali ternayata masih pembukaan 1 belum bertambah, kami putuskan aku menginap di rumah bidan desa untuk mempermudah mengecek kondisiku tidak mungkin bolak balik pulang ke rumah, karena untuk berjalan saja aku tidak sanggup. Malam itu menjadi malam yang sangat panjang aku rasakan. Sakitnya kontraksi sangat luar biasa, ada ungkapan "Seribu sakit yang dialami seseoarang, lebih sakit ketika perempuang melahirkan" sungguh betul aku tidak bisa berfikir apa-apa, hanya sakit-sakit-dan sakit aku rasakan. Aku menangis semalaman, mengingat bagaimana sikapku terhadap ibuku selama ini, masih sering aku mengecewakan, membuat sedih, tidak menuruti perintah beliau. Sungguh perjuangannya sungguh luar biasa menjagaku dari awal kehamilan sampai saat ini aku bisa sekolah, bekerja, dan menikah. Bahkan disaat melahirkan beliau masih menjagaku.

Waktu beranjak sangat pelan, semalaman aku sama sekali tak bisa tidur, dan waktu menunjukkan pukul 06.00 pagi tanggal 5 Januari 2020. Bidan mengecek kondisiku, akupun tidak sabar, semoga ada hal baik. Namun, kondisiku tetap sama, tidak ada kemajuan meskipun aku merasakan sakit semalaman, masih pembukaan satu. Bidan pun heran tidak juga bertambah dan hal buruk lainnya air ketubanku sudah mulai rembes. Bidan pun mengatakan jika sampai jam 2 siang tidak juga bertambah harus di rujuk ke Rumah Sakit. Deg, mendengar hal tersebut semangatku sudah mulai menipis untuk bisa lahiran normal, rumah sakit saat ini tidak banyak yang pro lahiran normal. Aku sudah pasrah kondisiku saat itu. Dan benar saja meskipun aku minum obat perangsang hingga 10 tablet kontraksi semakin hilang dan durasi munculnya lebih lama. Keputusan pergi ke Rumah Sakit pun aku,suami dan keluarga ambil.

Pukul 14.30, aku langsung masuk ruang IGD dicek kembali ternyata masih tetap pembukaan satu. Suamiku masih optimis untuk bisa lahiran normal tapi aku tidak, melihat dokter piket saat itu adalah dokter yang biasa melakukan lahiran Caesar.

Setelah melewati prosedur pemeriksaan dan administrasi, aku dibawa ke ruang tindakan bersalin. Aku menunggu perkembangan kondisiku. Pilihan pemberian induksi pun kami ambil karena tak juga ada perubahan. Banyak yang mengatakan induksi rasanya sakit sekali tapi berbeda denganku, tidak ada rasa sakit, sakit kontraksi semakin hilang.

Jam menunjukkan pukul 20.00, dokter dan perawat mengecek kondisiku, ternyata tidak ada perkembangan masih juga pembukaan satu dan air ketubanku semakin keruh. AKu sudah pasrah, takut sedari awal masuk ke rumah sakit, ini adalah kali keduaku diumur 29 tahun dirawat di rumah sakit. KOndisi yang tidak memungkinkan untuk lahiran normal, detak jatung jabang bayi pun sudah semakin tinggi. Akhirnya aku dan suami mengambil keputusan untuk lahiran secara Caesar. Pukul 22.30 aku masuk ke ruang operasi dalam keadaan sadar dan sangat takut, kali pertama masuk Ruang Operasi yang biasa aku liat di Drama/Sinetron, sekarang aku didalamnya, menjalani operasi. 

Alhamdulilah, pukul 23.10 WIB buah lahir dengan be, suara tangisnya mengetarkan jiwaku, kalimat hamdalah berkali-kali aku ucapkan dalam hati. Dalam keadaan setengah sadar, dokter menunjukkan bayiku, jenis kelamin perempuan, setelah itu aku tidak sadarkan diri, saat proses operasi berlansung aku sedikit merasakan sesak dan ingin batuk, mungkin obat bius dosisnya ditambah sehingga aku semakin tak sadarkan diri, hingga akhirnya aku dipindahkan ke ruang rawat inap. Mata masih terpejam, hanya mendengar sayup-sayup obrolan keluarga yang menjagaku. 

Perempuan, BB 3.040 kg, Panjang 51 cm


Proses melahirkan adalah pengalaman yang luar biasa bagi seorang ibu. Bagaimana rasanya? hanya seorang ibu yang bisa menjawabnya. Baik itu secara caesar atau normal semua perjuangan, tidak ada bedanya.

Dan bagaimana setelah ini? merawat bayi? memberikan ASI? perjalanan seorang ibu selanjutnya..

*Bersambung Part 4*
Merawat Buah Hati

No comments:

Post a Comment