Monday, 20 April 2020

Perjalanan Menjadi Seorang Ibu (Part 4 - Selesai)

Terdengar suara tangis bayi dari ruangan dingin penuh peralatan medis membuat ketegangan itu berakhir. Kalimat hamdala dan syukur tak henti-hentinya aku ucapkan ditengah kesadaran akibat obat bius. Suami dan keluarga pastinya sedang menunggu dengan cemas dan haru. Keluarga baru yang telah 9 bulan lamanya dinanti kini mewarnai keluarga kami tepat Pukul 23.10 Tanggal 5 Januari 2020 melalui operasi caesar.

Hari itu menjadi hari paling bahagia bagi kami, anak pertama yang kami nanti, cucu pertama yang dinanti oleh keduaorangtuaku, dan cucu perempuan yang dinanti oleh ibu bapak mertuaku. Lengkap sudah kebahagiaan ini, meskipun rasa sakit pasca operasi caesar masih sangat nyeri terasa. 

Si bayi munggil itu ternyata mengerti dan melengkapi kebahagiaan kami di hari itu, pasalnya tanggal 5 Januari 2020 merupakan hari jadi pernikahan kami yang pertama. Tidak ada perayaan karena disibukkan dengan proses melahirkan, hanya saling mengucapkan selamat anniversary dan doa agar keluarga kami kedepan selalu diliputi kebahagiaan dan keberkahan. Setahun pertama ini kami saling belajar, belajar sabar, belajar ikhlas, belajar saling memaafkan, belajar saling melengkapi satu sama lain. Kamu menerima kekuranganku, begitupula sebaliknya. Kado terindah sudah Tuhan berikan dan titipkan kepada kami untuk kami jaga dan rawat hingga akhir hayat kami. Putri Cantik dengan berat 3.040 kg dan panjang 51 cm kami ber nama Syahda Naisadhira Zuhri.


MengASIhi

Pasca melahirkan banyak hal yang harus aku pelajari, mulai dari menyusui, mengendong, menidurkan anak, belajar mengerti dan mendefinisikan kemauan bayi, serta merawatnya dari dia bangun tidur hingga tidur lagi. 

Teori-teori tentang merawat bayi yang selama ini aku pelajari tidak ada apa-apanya ketika menghadapinya sendiri. Sungguh luar biasa. Dari Menyusui, dari awal kehamilan aku selalu mengkonsumsi vitamin menyusui, ikhtiarnya agar kelak ASI ku muda dan melimpah. Diawal jujur saja aku merasa kesulitan untuk menyusui, karena saat itu ASI ku belum lancar hanya tetesan kecil dan si bayi menanggis tidak sabaran. Namun aku terus berusaha untuk menyusui, aku ingin merasakan mengAsihi anakku secara langsung. 

Untuk memperlancar ASI, aku mulai melakukan pumping. Sebelum melahirkan, alat ini memang sengaja aku siapkan entah bagaimana kondisinya ASi ku kelak, terpakai atau tidak alat ini, aku sudah mempersiapkannya sedari awal. 

Proses menyusui bagiku adalah ilmu baru yang luar biasa menyenangkan, meskipun diawal kesulitan aku sangat menikmatinya. Setelah aku mulai pumping 3-4 kali dalam sehari, membuat otot-otot payudaraku mulai melemas dan dapat mengeluarkan ASI dengan lancar. Asi Perah atau Asip pun mulai aku stock sedini mungkin, hal ini aku antisipasi ketika nanti aku mulai bekerja kembali. Menyusui langsung atau Direct Breastfreeding (DBF) membuat anak lebih dekat dengan ibunya, dan aku merasakan betul bagaimana interaksi aku dan bayiku meskipun tidak secara langsung memahami, melihatnya meminum langsung ASI ku dengan lahap memberi kebahagiaan dan kebanggan tersendiri bagiku. Cerita mengASIhi akan aku ceritakan tersendiri ditulisan berikutnya ya..)

Syahda Naishadira Z Umur 3 hari


Stress dan Begadang

Bagi seorang New Parents pasti akan merasakan 'begadang' di awal-awal kelahiran si bayi. Kenapa demikian? Pertama, karena kita sama sekali belum mempunyai pengalaman merawat bayi, ilmu dan pengalaman orangtua, teman kita yang sudah punya anaklah yang kita iikuti, namun lagi-lagi praktek tidaklah semudah teori. Diawal kelahiran anak kami, begadang adalah hal wajib yang harus kami lakukan. Saat itu suami harus kembali bekerja di Jakarta, seminggu setelah kelahiran aku yang merawat sendiri dibantu oleh keduaorangtuaku. Setiap malam hampir begadang, entah anak menangis, tidak bisa tidur, harus gendong dan tidak mau dibaringkan di tempat tidur. Tidak ada waktu berdandan, tidak ada waktu untuk makan dengan enak, tidak ada waktu untuk mengurus diri sendiri. Merawat luka pasca operasipun aku lupa. Kosentrasi hanya kepada anak, ya anak, bagaimana aku belajar merawatnya dengan baik.

Hal ini berangsur hampir 1 bulan. Keadaan demikian membuat sedikit stres dan kelelahan bagi orangtua baru seperti kami, khususnya seorang ibu. Penyebab stres tersebut tidak hanya rasa bingung dan khawatir bagaimana merawat si anak, namun kehidupan yang tiba-tiba berubah begitu drastis. Kehidupanku kini tidak hanya untuk aku dan suamiku saja namun ada anak yang harus kami jaga, kami rawat dan menyeimbangakan peranku di ranah publik dan domestik kelak. 

Perjalanan menjadi ibu memang tidak cukup sampai disini. Perjalanan seorang ibu adalah perjalanan sepanjang masa, tak terhingga. Merawat, mengasihi dengan cinta dan memberikan pendidikan yang baik untuk anaknya. Buatku, aku masih harus banyak belajar, terutama belajar sabar, karena jika tidak ada kesabaran, maka semua akan berjalan tidak baik. 

Tulisan ini aku buat ketika Si Bayi berumur 3 Bulan, Syahda, kami memanggilnya demikian. Setelah 40 hari kelahiran, aku dan suami kembali ke Jakarta, membawa anak, kami rawat berdua jauh dari kedua orangtua. Tidak ada yang mudah diawal, namun setelah sama-sama kita nikmati perjalanan baru ini, kami pun banyak belajar menjadi orangtua yang baik untuk putri kecil kami.
Syahda dan Mama Saat Acara Aqiqoh saat usia 4 hari



Jakarta 20 April 2020

Note : *Tulisan ini terselaikan disaat Si kecil tidur pulas* hehehe

No comments:

Post a Comment