David
Ricardo, 29, Surabaya, Mantan Pemeluk Protestan
Memeluk
Islam
Sembunyi-Sembunyi
Meskipun sampai
saat ini ibuku tidak mengetahui bahwa anaknya telah menjadi seorang muslim. Dukungan
secara sembunyi-sembunyi dari ayah dan sahabat memberikan semangat dan
kemantaban hatiku untuk terus beribadah di jalan agama Allah Swt.
Pembaca
yang dirahmati oleh Allah Swt, perkenalkan nama saya David Ricardo, biasa
disapa dengan David, umur 29 tahun. Dulu saya seorang penganut Kristen
Protestan, bulan Juli 2014 menjadi peristiwa terpenting bagi hidup saja.
Tepatnya, H-1 sebelum perayaan Hari Raya Idul Fitri saya berikrar, menjadi
seorang muallaf.
Proses
perpindahan keyakinan saya membutuhkan proses yang panjang. Sebelumnya saya
ragu dengan pilihan yang saya ambil ini. Sempat beberapa kali saya datang ke
masjid Al Falah, Surabaya untuk bertanya tentang Islam. Namun hidayah tersbut
nampaknya belum datang. Saya masih tetap menjadi umat nasrani. Hingga akhrinya,
keputusan dan keyakinan itu benar-benar mantab ketika seluruh umat muslim di
seluruh dunia menjalankan ibadah puasa beberapa waktu lalu.
Berbeda
dengan kisah spiritual yang dialami oleh beberapa muallaf lainnya, yang diberi
hidayah melalui mimpi atau hal-hal yang tidak bisa dirasionalkan dengan akal
fikiran. Bagi saya, hidayah dan kemantaban batin itu datang dari lingkungan dan
orang-orang terdekat saya.
Foto: David Ricardo |
Dukungan Orang
Terdekat
Kehidupan
saya dikelilingi dengan orang-orang muslim. Saya hidup dengan kluarga yang
plural. Ayah saya adalah seorang muslim, sedangkan ibu dan adik saya seorang
nasrani. Sejauh saya hidup di keluarga ini, toleransi tinggi selalu mereka
junjung. Ketika perayaan Idul Fitri kami pun merayakan, begitu sebaliknya saat
perayaan Natal, kami pun merayakannya bersama-sama.
Sejauh
itu, sejak kecil sampai dewasa, ayah yang notabene seorang muslim tidak pernah
memberikan ajaran tentang Islam kepadaku. Entah perjanjian apa yang sudah
orangtuaku buat dulu, aku dan adikku sama-sama menganut agama ibu. Tak satupun
dari kami yang ikut agama ayah.
Namun,
suatu ketika saat aku berbincang santai dengan ayah. Ia sempat berkata
kepadaku. Ia ingin anaknya masuk Islam, memeluk agama Ayah. Karena jika suatu
saat nanti ia meninggal, ia ingin putra-putrinya mendoakannya. Hatiku tersentuh
mendengar ucapan ayah, selama ini berpuluh-puluh tahun, ia tidak pernah
mengutarakan keinginannya, bahwa ia menghendaki anaknya memeluk agama Allah
Swt.
Selain
ayah yang menjadi motivasiku berpindah keyakinan. Saya mempunyai seorang
sahabat muslim. Saat kami bermain bersama ia selalu mengatakan kapan kamu
menjadi orang Islam?. Sebelum saya berikrar, ajaran agama Islam banyak saya
dapat darinya. Ayah tidak pernah memberikanku pengetahuan tentang Islam, karena
ibuku adalah seorang nasrani yang taat. Ia tidak ingin anaknya berpindah dari
agamanya. Ayah lebih baik memilih dan terus menghormati keputusan ini.
Aku
melihat, Islam itu unik dan begitu detait. Diawal aku merasa tidak sanggup
menjalaninya. Islam dengan berbagai rutinitas ibadah yang tidak pernah
terhenti. Sempat terbesit dalam hati, aku saya seorang nasrani jarang
beribadah, padahal itu hanya seminggu sekali. Di agama Islam hampir tiap hari melakukan
ibadah sholat apakah aku sanggup?.
Saya
pun mulai mencari tahu tentang ibadah-ibadah agama Islam melalui internet. Aku
melihat beberapa video seperti Hj. Irene Handoyo, seorang biarawati. Beliau
juga memberikan inspirasi bagi saya.
Sembunyi-sembunyi
Menjadi
seorang muslim sejati tidaklah mudah, saya mulai belajar agama Allah Swt. Sehari
setelah berikrar, esoknya saya langsung membeli perlengkapan untuk sholat idul
fitri. Layaknya seorang anak kecil, perasaan tiada tara aku rasakan saat
mengenakan pakaian serba baru cirri khas umat Islam ini seperti sarung, baju
kokoh dan peci. Aku pun segera berzakat.
Orang
yang pertama kali mendengar bahwa aku resmi menjadi muslim adalah temanku, ia
berucap syukur, akhirnya sahabatnya perpindah kejalan Allah Swt. Kemudian,
kabar ini kusampaikan kepada Ayah. Namun, sampai saat ini ibu dan adikku tidak
pernah mengetahuinya. Kami tidak ingin ada kesalah pahaman yang terjadi pada
keluarga kami. Kuserahkan segalanya kepada Allah Swt. Yang harus saya lakukan
saat ini adalah berusaha menjadi seorang muslim yang baik. Selama masih hidup,
saya ingin terus beribadah dan belajar tentang Islam yang sebenarnya. (Tulisan ini juga bisa dibaca di Tabloid NURANi)