Kota
Pontianak memiliki daya tarik sendiri bagi wisatawan karena terdapat Tugu
Katulistiwa yang memang tidak banyak daerah dilintasi Garis Katulistiwa. Selain
itu, heritage Istana Kadriah menambah nuansa sejarah yang kental di Kota
Pontianak.
Kota Pontianak, sedari duduk di bangku sekolah
dasar aku penasaran dengan kota ini. Kota yang mendapatkan julukan Kota
Katulistiwa. Ketika kita belajar Geografi kata 'katulistiwa' ini pastilah kita
sering dengar. Kota Pontianak menjadi salah satu kota yang dilalui garis
katulistiwa, garis lintang nol derajat atau yang disebut sebagai equator.
Mudahnya transportasi online yang sudah masuk di
Kota Pontianak tidak membuat perjalanan saya terhambat meskipun sendirian.
Dengan waktu yang cukup singkat, mengobati rasa dahaga keingintahuan yang sudah
lama terpendam dengan Kota Pontianak ini, saya menggunakan ojek online menuju
destinasi icon Kota Equator ini.
Keraton
Kadariah "Warna Kuning Keemasan yang melekat pada bangunan ini melambangkan masa
kejayaan"
Dari Hotel Mercure yang terletak di Jalan A.Yani
menggunakan ojek online, destinasi pertama yang saya kunjungi adalah Keraton
Kadariah Kota Pontianak. Hanya dengan Rp. 9 ribu perak, abang ojek membawa saya
menuju Istana Kesultanan Pontianak. Jika Pontianak dikenal dengan having
mangrove forests as along the Kapuas estury.Saat itu entah kenapa Kota
Pontianak sangat panas, dan ada beberapa pembangunan infrastruktur yang sedang
berjalan.
Menuju Keraton Kadriah diperlukan kurang lebih 45
menit. Memasuki area Keraton sudah terlihat pagar-pagar warna kuning
keemasan.Di area keraton juga sedang dalam tahap renovasi, jadi mungkin saat
kita memasuki wilayah keraton terlihat seperti perkampungan warga dengan segala
aktifitasnya. Memasuki area Keraton dari jauh terlihat rumah kayu bewarna
kuning. Disekitarnya dikeliling tembok-tembok kuning dan tepat didepan halaman
terdapat sebuah meriam kuno. Masuk ke pelataran keraton, pengunjung harus
melepas alas kaki yang digunakan, seperti masjid, tempat ini suci dan sangat
dijaga kebersihannya.
Foto 1. Suasana pelataran Istana |
Saat aku datang kesana belum banyak pengunjung. Kedatanganku disambut hangat oleh seorang Bapak-Bapak berwajah keAraban, aku lupa namanya karena tidak mencatat kala itu, beliau adalah keturunan Kesultanan, yang saat ini diberikan amanah untuk mengurus Keraton Kadriah.
Singkat sejarah Kesultanan Kadriah, keraton ini
merupakan tempat tinggal Sultan Syarif Abdurrahman Alkadrie. Tokoh yang ikut
berperan dalam Kemerdekaan Indonesia. Dari tahun 1771 hingga 2016, Bangunan ini
selalu digunakan keluarga kesultanan secara turun menurun. Selain itu, tempat
ini digunakan masyarakat untuk berkumpul dan menggadakan kegiatan. Hingga
akhirnya pada tahun 2016, bangunan bersejarah ini akhirnya dinobatkan sebagai
Cagar Budaya oleh Pemerintah Kota Pontianak, dan keturunan Sultan Alkadri
berpindah. Interior Istana Kesultanan Alkadri tidak pernah
berubah, bangunan serba kayu dua lantai berwarna kuning keemasan, konon warna
kuning Keemasan ini digunakan untuk melambangkan kejayaan pada masa Kemerdekaan
sultan Alkadri.
Seperti interior rumah kebanyakan, istana
kesultanan memiliki 4 kamar depan, yang saat ini sudah ditutup dan tidak dibuka
untuk umum, hanya untuk keluarga kesultanan saja. Bangunan ini dihiasi oleh
berbagai macam peninggalan sejarah. Foto-foto zaman penjajahan, sederetan foto
garis Keturunan Kesultanan, barang-barang antik yang salah satunya adalah The
Thousand Mirror, cermin pemberian orang Perancis untuk Kesultanan pada tahun
1823. Cermin ini jika dihitung sudah berusia 192 tahun, Cermin ini memantulkan
seribu bayangan jika kita bercermin. Yang unik lagi altar tempat duduk Sultan
masih persis saat awal dibuat, semua bangunan dan isinya memang dibuat persis
menyerupai awal saat pembuatan, pemeliharaan cagar budaya ini hanya
memebrsihkan dan recolour saja.
The Thousand Mirror |
Ohya, dibagian belakang Istana Kesultanan ada lemari kaca yang berisikan baju-baju kuno Sultan yang masih terpajang, namun keadaanya kurang bagus karena usianya sudah ratusan tahun. Dibagian belakang terdapat beberapa gamelan, dan bagi saya ketika memasuki ruangan tersebut, entah ada apa, saya merasakan aura mistis yang sangat kuat, saya merasa agak takut sehingga tidak mengambil foto dan tidak berlama-lama dibagian belakang (note: mungkin ini perasaan takut saya saja, bisa diabaikan.hehe)
Tugu
Katulistiwa
Di Indonesia, Garis Khatulistiwa sangat identik
dengan kota Pontianak. Hal ini dikarenakan hanya di tempat ini lah garis
khatulistiwa tepat membelah pusat ibu kota provinsi. Sebagai ibu kota provinsi
Kalimantan Barat, sektor pembangunan tentu akan lebih baik dibandingkan daerah
lain. Disamping itu, Pontianak menjadikan garis khatulistiwa sebagai ikon dan
ciri khas kota sehingga semakin menguatkan imej Pontianak sebagai kota
khatulistiwa.
Garis khatulistiwa melintas tepat di jalan
Khatulistiwa, Siantan, Kecamatan Pontianak Utara. Perlintasan garis ditandai
dengan berdirinya sebuah tugu khatulistiwa dan taman kota yang bernama
khatulistiwa park. Tugu yang dibangun belanda pada tahun 1928 ini menjadi daya
tarik bagi setiap orang yang berkunjung ke Kalimantan barat.
Masih sama menggunakan ojek online, waktu tempuh
sedikit lama dari Keraton Kadriah kurang lebih 70 menit. Cuaca masih panas dan
berdebu, namun tidak mengurungkan niat saya untuk melihat bangunan bersejarah
yang namanya sudah saya hafal ketika duduk di bangku SD.
Akses menuju Wisata Tugu Katulistiwa memang mudah,
namun saat saya datang kesana, saya sedikit ekcewa akrena penataan tempat
parkir, kebersihan, tempat makan diluar ekspektasi saya, menurut saya kurang
terawat. Berkeliling di sekitar taman tugu Katulistiwa tidak banyak hal yang
menarik, karena saat itu tempat sangat sepi, pedagang tidak banyak yang
berjualan juga. Tidak perlu berlama-lama, saya memasuki sebuah bangunan
berbententuk setengah bulat dan ditengahnya terdapat tugu, yaitu monumen Tugu
Katulistiwa. Untuk masuk kesni wisatawan sama sekali tidak dipungut biaya alias
gratis. Tempat ini bisa menjadi wisata edukasi bagi masyarakat setempat maupun
wisatawan luar.
Di dalam area monument Tugu Khatulistiwa ini
terdapat catatan sejarah pembuatan Tugu khatulistiwa. Pengunjung akan melihat
foto-foto yang terpajang di dinding bangunan ini. Foto-foto ini berasal dari
era 1930an hingga saat ini. Selain itu ada juga foto kunjungan tokoh penting
dari dalam negeri dan mancanegara ke tugu ini. Tugu Khatulistiwa Pontianak
dibangun pada tanggal 31 Maret 1928 oleh Tim Ekspedisi Geografi Internasional
yang dipimpin oleh seorang ahli Geografi berkebangsaan Belanda, yang dilakukan
secara Astronomi, artinya bahwa pengukuran yang mereka lakukan tanpa
menggunakan alat yang canggih seperti Satelit atau GPS, mereka hanya berpatokan
pada garis yang tidak rata atau bergelombang, serta berpatokan pada benda-benda
alam seperti rasi bintang. Selain itu, ada juga penjelasan mengenai pengetahuan
dunia astronomi, seperti data bumi, tata surya, bintang, bulan, matahari dan
galaxi. Lukisan relief yang menggambarkan Kota Pontianak dan Tugu Khatulistiwa
juga menghiasi dinding di gedung ini.
Buah Pekawai "Serupa Durian Tapi Tak
Sama"
Berkunjung ke Kalimantan Barat, tidak banyak
makanan yang bisa saya icip-icip. Selain waktu yang sangat singkat menyempatkan
untuk berkeliling Pontianak disela-sela pekerjaan. Namun, buah yang satu ini
wajib saya coba, karena disepanjang jalan, buah ini mengelitik saya untuk turun
melihat dan mencobanya. Sekilas bentuk buah ini mirip banget dengan durian,
namun volumenya lebih kecil. Ketika saya dekati, buah mirip durian ini sama
sekali tidak memiliki aroma menyengat. Warna kulitnya kuning matang dan orange
terang oada dagingya. Ketika dibelah, bentuknya memang sangat mirp durian,
namun ketika kita coba, Pekawai nama buah ini sangat amat berbeda dengan
Durian. Daging Pekawai lebih kenyal, tidak terlalu manis dan sama sekali tidak
memiliki bau yang menyengat. Jadi bagi kalian yang selalu muntah ketika bau
durian atau ogah-ogahan liat durian, bisa mencoba buah Pekawai sebagai ganti
Durian. Buah ini tidak banyak dijumpai di daerah lain, jadi kalau kalian
berkesmpatan berkunjung ke Kalimantan Barat, wajib mencobanya.
Pontianak, 3 Maret 2019
#catatanisna
#perjalananisna
Wah, gue dulu cuma ke Tugu Khatulistiwa. Malah nggak ke Keraton -_-
ReplyDeleteMalemnya mau makan duren, nanya harga malah ditembak harganya. Meeehhh...
kemarin juga banyak yg belum dikunjungi mas, salah satunya kedai kopi asiang yg legenda,hihi
Delete