Friday, 1 March 2019

Pontianak, State Of The Equator



Kota Pontianak memiliki daya tarik sendiri bagi wisatawan karena terdapat Tugu Katulistiwa yang memang tidak banyak daerah dilintasi Garis Katulistiwa. Selain itu, heritage Istana Kadriah menambah nuansa sejarah yang kental di Kota Pontianak.

Kota Pontianak, sedari duduk di bangku sekolah dasar aku penasaran dengan kota ini. Kota yang mendapatkan julukan Kota Katulistiwa. Ketika kita belajar Geografi kata 'katulistiwa' ini pastilah kita sering dengar. Kota Pontianak menjadi salah satu kota yang dilalui garis katulistiwa, garis lintang nol derajat atau yang disebut sebagai equator.

Mudahnya transportasi online yang sudah masuk di Kota Pontianak tidak membuat perjalanan saya terhambat meskipun sendirian. Dengan waktu yang cukup singkat, mengobati rasa dahaga keingintahuan yang sudah lama terpendam dengan Kota Pontianak ini, saya menggunakan ojek online menuju destinasi icon Kota Equator ini.

Keraton Kadariah "Warna Kuning Keemasan yang melekat pada bangunan ini melambangkan masa kejayaan"

Dari Hotel Mercure yang terletak di Jalan A.Yani menggunakan ojek online, destinasi pertama yang saya kunjungi adalah Keraton Kadariah Kota Pontianak. Hanya dengan Rp. 9 ribu perak, abang ojek membawa saya menuju Istana Kesultanan Pontianak. Jika Pontianak dikenal dengan having mangrove forests as along the Kapuas estury.Saat itu entah kenapa Kota Pontianak sangat panas, dan ada beberapa pembangunan infrastruktur yang sedang berjalan.

Menuju Keraton Kadriah diperlukan kurang lebih 45 menit. Memasuki area Keraton sudah terlihat pagar-pagar warna kuning keemasan.Di area keraton juga sedang dalam tahap renovasi, jadi mungkin saat kita memasuki wilayah keraton terlihat seperti perkampungan warga dengan segala aktifitasnya. Memasuki area Keraton dari jauh terlihat rumah kayu bewarna kuning. Disekitarnya dikeliling tembok-tembok kuning dan tepat didepan halaman terdapat sebuah meriam kuno. Masuk ke pelataran keraton, pengunjung harus melepas alas kaki yang digunakan, seperti masjid, tempat ini suci dan sangat dijaga kebersihannya.

Foto 1. Suasana pelataran Istana

Saat aku datang kesana belum banyak pengunjung. Kedatanganku disambut hangat oleh seorang Bapak-Bapak berwajah keAraban, aku lupa namanya karena tidak mencatat kala itu, beliau adalah keturunan Kesultanan, yang saat ini diberikan amanah untuk mengurus Keraton Kadriah.


Singkat sejarah Kesultanan Kadriah, keraton ini merupakan tempat tinggal Sultan Syarif Abdurrahman Alkadrie. Tokoh yang ikut berperan dalam Kemerdekaan Indonesia. Dari tahun 1771 hingga 2016, Bangunan ini selalu digunakan keluarga kesultanan secara turun menurun. Selain itu, tempat ini digunakan masyarakat untuk berkumpul dan menggadakan kegiatan. Hingga akhirnya pada tahun 2016, bangunan bersejarah ini akhirnya dinobatkan sebagai Cagar Budaya oleh Pemerintah Kota Pontianak, dan keturunan Sultan Alkadri berpindah. Interior Istana Kesultanan Alkadri tidak pernah berubah, bangunan serba kayu dua lantai berwarna kuning keemasan, konon warna kuning Keemasan ini digunakan untuk melambangkan kejayaan pada masa Kemerdekaan sultan Alkadri.



Seperti interior rumah kebanyakan, istana kesultanan memiliki 4 kamar depan, yang saat ini sudah ditutup dan tidak dibuka untuk umum, hanya untuk keluarga kesultanan saja. Bangunan ini dihiasi oleh berbagai macam peninggalan sejarah. Foto-foto zaman penjajahan, sederetan foto garis Keturunan Kesultanan, barang-barang antik yang salah satunya adalah The Thousand Mirror, cermin pemberian orang Perancis untuk Kesultanan pada tahun 1823. Cermin ini jika dihitung sudah berusia 192 tahun, Cermin ini memantulkan seribu bayangan jika kita bercermin. Yang unik lagi altar tempat duduk Sultan masih persis saat awal dibuat, semua bangunan dan isinya memang dibuat persis menyerupai awal saat pembuatan, pemeliharaan cagar budaya ini hanya memebrsihkan dan recolour saja.

The Thousand Mirror

Ohya, dibagian belakang Istana Kesultanan ada lemari kaca yang berisikan baju-baju kuno Sultan yang masih terpajang, namun keadaanya kurang bagus karena usianya sudah ratusan tahun. Dibagian belakang terdapat beberapa gamelan, dan bagi saya ketika memasuki ruangan tersebut, entah ada apa, saya merasakan aura mistis yang sangat kuat, saya merasa agak takut sehingga tidak mengambil foto dan tidak berlama-lama dibagian belakang (note: mungkin ini perasaan takut saya saja, bisa diabaikan.hehe)





Tugu Katulistiwa

Di Indonesia, Garis Khatulistiwa sangat identik dengan kota Pontianak. Hal ini dikarenakan hanya di tempat ini lah garis khatulistiwa tepat membelah pusat ibu kota provinsi. Sebagai ibu kota provinsi Kalimantan Barat, sektor pembangunan tentu akan lebih baik dibandingkan daerah lain. Disamping itu, Pontianak menjadikan garis khatulistiwa sebagai ikon dan ciri khas kota sehingga semakin menguatkan imej Pontianak sebagai kota khatulistiwa.

Garis khatulistiwa melintas tepat di jalan Khatulistiwa, Siantan, Kecamatan Pontianak Utara. Perlintasan garis ditandai dengan berdirinya sebuah tugu khatulistiwa dan taman kota yang bernama khatulistiwa park. Tugu yang dibangun belanda pada tahun 1928 ini menjadi daya tarik bagi setiap orang yang berkunjung ke Kalimantan barat.



Masih sama menggunakan ojek online, waktu tempuh sedikit lama dari Keraton Kadriah kurang lebih 70 menit. Cuaca masih panas dan berdebu, namun tidak mengurungkan niat saya untuk melihat bangunan bersejarah yang namanya sudah saya hafal ketika duduk di bangku SD.

Akses menuju Wisata Tugu Katulistiwa memang mudah, namun saat saya datang kesana, saya sedikit ekcewa akrena penataan tempat parkir, kebersihan, tempat makan diluar ekspektasi saya, menurut saya kurang terawat. Berkeliling di sekitar taman tugu Katulistiwa tidak banyak hal yang menarik, karena saat itu tempat sangat sepi, pedagang tidak banyak yang berjualan juga. Tidak perlu berlama-lama, saya memasuki sebuah bangunan berbententuk setengah bulat dan ditengahnya terdapat tugu, yaitu monumen Tugu Katulistiwa. Untuk masuk kesni wisatawan sama sekali tidak dipungut biaya alias gratis. Tempat ini bisa menjadi wisata edukasi bagi masyarakat setempat maupun wisatawan luar.



Di dalam area monument Tugu Khatulistiwa ini terdapat catatan sejarah pembuatan Tugu khatulistiwa. Pengunjung akan melihat foto-foto yang terpajang di dinding bangunan ini. Foto-foto ini berasal dari era 1930an hingga saat ini. Selain itu ada juga foto kunjungan tokoh penting dari dalam negeri dan mancanegara ke tugu ini. Tugu Khatulistiwa Pontianak dibangun pada tanggal 31 Maret 1928 oleh Tim Ekspedisi Geografi Internasional yang dipimpin oleh seorang ahli Geografi berkebangsaan Belanda, yang dilakukan secara Astronomi, artinya bahwa pengukuran yang mereka lakukan tanpa menggunakan alat yang canggih seperti Satelit atau GPS, mereka hanya berpatokan pada garis yang tidak rata atau bergelombang, serta berpatokan pada benda-benda alam seperti rasi bintang. Selain itu, ada juga penjelasan mengenai pengetahuan dunia astronomi, seperti data bumi, tata surya, bintang, bulan, matahari dan galaxi. Lukisan relief yang menggambarkan Kota Pontianak dan Tugu Khatulistiwa juga menghiasi dinding di gedung ini.



Buah Pekawai "Serupa Durian Tapi Tak Sama"

Berkunjung ke Kalimantan Barat, tidak banyak makanan yang bisa saya icip-icip. Selain waktu yang sangat singkat menyempatkan untuk berkeliling Pontianak disela-sela pekerjaan. Namun, buah yang satu ini wajib saya coba, karena disepanjang jalan, buah ini mengelitik saya untuk turun melihat dan mencobanya. Sekilas bentuk buah ini mirip banget dengan durian, namun volumenya lebih kecil. Ketika saya dekati, buah mirip durian ini sama sekali tidak memiliki aroma menyengat. Warna kulitnya kuning matang dan orange terang oada dagingya. Ketika dibelah, bentuknya memang sangat mirp durian, namun ketika kita coba, Pekawai nama buah ini sangat amat berbeda dengan Durian. Daging Pekawai lebih kenyal, tidak terlalu manis dan sama sekali tidak memiliki bau yang menyengat. Jadi bagi kalian yang selalu muntah ketika bau durian atau ogah-ogahan liat durian, bisa mencoba buah Pekawai sebagai ganti Durian. Buah ini tidak banyak dijumpai di daerah lain, jadi kalau kalian berkesmpatan berkunjung ke Kalimantan Barat, wajib mencobanya.




Pontianak, 3 Maret 2019
#catatanisna
#perjalananisna

2 comments:

  1. Wah, gue dulu cuma ke Tugu Khatulistiwa. Malah nggak ke Keraton -_-
    Malemnya mau makan duren, nanya harga malah ditembak harganya. Meeehhh...

    ReplyDelete
    Replies
    1. kemarin juga banyak yg belum dikunjungi mas, salah satunya kedai kopi asiang yg legenda,hihi

      Delete