Monday 15 August 2011

Spirit Of Capitalism Weber


Semangat Kapitalisme Max Weber Spirit Of Capitalism atau pemikiran Weber terhadap kapitasime muncul sebagai tindak lanjut dari teori tindakan social (Social Action), bagaimana individu menjadi dan memberi makna terhadap hubungan sosial dimana individu menjadi bagian didalamnya. Selain itu timbulnya teori  ini tidak lepas dari pemikiran Karl Marx mengenai kelas kapitasme di dasarkan atas sejenis hubungan kelas terpenting, yakni antara kapital dan pekerja yang memiliki pabrik dan mesin yang telah semakin menggantikan tanah sebagai alat produksi, dan tenaga kerja upahan atau “buruh” merupakan kelas pekerja yang tidak mempunyai milik, yang telah kehilangan kontrolnya terhadap alat-alat produksi.[1] Selain itu Marx juga beranggapan bahwa kapitasime adalah suatu sistem ekonomi yang memungkinkan beberapa individu (kaum borjuis) menguasai sumber daya produksi vital, yang mereka gunakan untuk meraih keuntungan maksimal.[2] Kaum borjuis sebagai peraih keuntungan dari hasil kerja para proletar (orang-orang yang memproduksi barang-barang) yang oleh kaum kapitasi kemudian dijual di pasar untuk meraih keuntungan yang banyak. Berangkat dari sinilah Weber yang juga memiliki pemikiran yang cukup signifikan tentang kapitalisme. Memang pemikiran Weber tidak jauh beda dengan Max. Max hanya menekankan pada satu sisi yakni ekonomi, akan tetapi secara keseluruhan pemikiran dan tesis Weber berbeda dengan Max. Weber menerangkan ide-ide kapitalismenya dalam karya “ The Protestant Ethic and The Spirit Capitalism”.
Weber menegaskan bahwa kapitasime bukan produk dari faktor ekonomi saja, melainkan juga produk dari faktor luar ekonomi.[3] Di dalam pengertian faktor diluar ekonomi ini adalah kapitalisme terbentuk karena pemahaman measyarakat atas agama. Ruh-ruh keagamaan yang senantiasa mendorong perkembangnya semangat kapitalisme.
Perhatian Weber yang terpusat kepada upaya memahami pertumbuhan sistem Kapitalisme rasional di Barat. Weber menaruh perhatian terhadap determinasi mengapa kapitasime muncul di Barat dengan skala yang besar? Sementara di dunia Timur keadaan tenang dan tidak ada perkembangan. Weber tidak mengesampingkan arti faktor-faktor ekonomi dalam masa transformasi di Barat, tetapi Weber menekankan pada peranan Reformasi Protestan. Reformasi Protestan sebagai pendorong kritis, dan ia menarik kesimpulan bahwa kekosongan transformasi religious di Timur sebagai penghalang perkembangan kapitalisme di sana. Dari etika protestan inilah semakin berkembangnya nalar kritis Weber dalam masyarakat kapitalisme modern.


[1] Anthony Giddens, David Held. Perdebatan Klasik dan Kontemporer mengenai Kelompok, Kekuasaan, dan Konflik (Jakarta: Rajawali Pers. 1987)
[2] Stephen K. Sanderson. Makro Sosiologi  (Jakarta:Grafindo Persada. 1995)
[3] Zainuddin Maliki. Narasi Agung,Tiga Teori Sosial Hegemonik  (Surabaya: LPAM. 2004)

No comments:

Post a Comment