Friday 2 January 2015

HIjab Story: Anggia Mawardi Desainer

Anggia Mawardi, Desainer

Jilbab ini
Memberiku Inspirasi


Memutuskan berhijab ternyata memberikan berkah tersendiri bagi Desainer Busana Muslim asal Kota Kembang Bandung, Anggia Mawardi. Pasalnya, kebaikan berhijab tidak hanya ia rasakan sendiri. Sebagai seorang desainer, berhijab dan menggeluti dunia fashion busana muslim sekaligus ia jadikan sebagai syiar kepada muslimah lainnya.

Niat berhijab kepada setiap muslimah memang berebeda-beda. Terkadang datang lebih awal, terkadang pula niat dan hidayah tersebut datang ketika usia kita sudah semakin tua. Tidak ada yang tahu kapan Allah Swt mengetuk dan membuka hati seorang muslimah untuk menutup auratnya. BEgitu pula yang dialami oleh Anggia Mawardi. Ia baru memutuskan untuk berjilbab tahun 2007 silam.

Hidayah Dari Mimpi

Tahun 2007, Anggia memutuskan untuk menggunakan jilbab. Sebelumnya, saat masih kecil hingga remaja dan menikah, tidak ada niatan dalam dirinya untuk menggunakan jilbab. Saat itu memang kehidupan orang sekitarnya tidak menuntut dirinya untuk menggunakan Jilbab. Namun, lambat laun dan usia semakin matang. Wanita kelahiran  Jakarta, 5 November 1981 ini merasa di usianya yang semakin tua ia harus memperbaiki diri. "Saat masih kecil, kuliah bahkan saya mempunyai anak satu belum ada niatan untuk menggunakan jilbab. Waktu itu hati dan mata saya belum terbuka bahwa satu kewajiban seorang wanita adalah dianjurkan untuk menutup auratnya," jelasnya.




Diakui oleh Anggi, saat itu keluarga dan suaminya memang tidak pernah menuntut dirinya untuk menggunakan jilbab. KEluarganya sangat demokratis. Lingkungannya pun demikian. Saat itu ia berfikir, berjilbab tidak hanya sekadar berjilbab, namun berjilbab juga harus diimbangi dengan perilaku yang baik. "Setelah anak saya yang pertama sudah besar, baru ada niatan untuk berjilbab. Tapi saat itu hanya sebatas niatan saja belum terlaksana," ungkap Anggia.

Sampai di usianya yang ke 34 tahun, barulah hidayah dan petunjuk Allah Swt datang kepada Anggi. Sebuah mimpi sebagai satu petunjuk untuknya agar segera berhijab datang. Saat itu Anggia terlelap dalam tidurnya, ia bermimpi rambutnya saat ia bercermin dan melihat wajahnya di cermin, mahkota yang ada di kepalanya (rambut.red) berubah menjadi kering, retak-retak seperti tanah yang gersang. Melihat kondisi kepalanya yang menakutkan tersebut Anggia menangis dan kemudian terbangun dalam tidur lelapnya. "Saya pernah bermimpi, waktu keadaan berlum berhijab kondisi rambut saya memang panjang,hitam, lembut dan bagus ini juga aslah satunya kepada dulu saya tidak ejuga berhijab karena rambut saya bagus. Nah  waktu itu saya di mimpi ngaca,rambut saya lembek, jelek, pecah-pecah kayak tanah, saya memegang kepala takut dan perih. Dari situ pas bangun saya langsung megang kepala saya ternyata hanya mimpi. Saya ebnar-benar takut waktu itu," Jelasnya.

Setelah mimpi buruk tersebut, keesokan paginya, istri Arie Febrianto ini berjalan-jalan ke pasar. Saat melihat satu toko busana muslim yang menjual berbagai macam jilbab, hati Anggia terketuk untuk berjalan masuk dan melihat-lihat jilbab yang ada di dalam toko. Ia pun membeli satu buah jilbab langsung ia kenakan. "Pagi harinya saya pergi ke pasar Kesambi, Bandung. Saya melewati toko baju muslim. Waktu itu saya pakai baju lengan panjang tapi belum berhijab, Saya liat krudung cobain satu. Saya bayar, dan langsung saya pakai sampai pulang. Sejak satu itu alhamdulilah saya memutuskan untuk berhijab," tegasnya.


Fashion Sebagai Syiar

Menggunakan jilbab memang tidak ada kesulitan maupun pertentangan dari keluarga maupun suami. Mereka mendukung apa yang dilakukan oleh ibu dua orang anak ini. Karena itu Anggia sangat bersyukur memiliki keluarga yang demokratis dan tidak menuntut. "Alhamdulilah suami dan orangtua saya tidak melarang, hanya saja mereka bilang jika sudah berjilbab, harus istiqomah jangan asal-asalan," katanya.

Hikmah berjilbab tidak hanya dirasakan secara pribadi oleh Anggia. Setelah menggunakan jilbab, memang eprilaku berubah, ia lebih menjaga hubungan dengan non muhrim, ibadah lebih ditingkatkan. "Memang usai berjilbab, tingkah laku saya lebih terkontrol. Salat sunnah dan wajib mulai teratur. karena jika hanya tubuh saja dibalut busana, namun hati dan perilaku tidak dijaga hasilnya sama saja dengan wanita yang tidak berjilbab," ungkapnya.

Anggia Mawardi saat ini juga dikenal sebagai salah satu desainer busana muslim yang bisa dihandalkan. Manurutnya, usahanya di bidang fashion ini bisa berjalan dan dinikmati oleh banyak orang ebrkat jilbab yang ia pakai. Jilbab adalah inspirasinya."Bisnis tekstil dan baju memang sudah lama dilakukan oleh keluarga saya. Tapi untuk busana muslim baru saya mulai ketika berhijab. Kenapa saya memilih busana muslim? karena saya sudah berjilbab. Ini bisa menjadi cerminan diri saya," kata Anggia.

Founder Anggia Handmade ini memaparkan, berbisnis di dunia fashion selain untuk urusan kerjaan, ladang ini ia gunakan sebagai syiar kepada muslimah yang belum berjilbab agar bisa berjilbab. Dengan demikian kebaikannya pun bisa ia rasakan. "Inspirasi berbisnis busana muslim memang saat berjilab, saya pun berniat ini semua saya gunakan untuk syiar Islam juga melalui busana muslim. Saya pikir apa salahnya nantinya belum pakai jilbab, akhirnya bisa menggunakan jilbab.Pernah juga punya klien, tertarik pakai jilbab karena melihat koleksi saya, yang lucu-lucu, seminggu kemudian dia datang lagi ternyata sudah masuk Islam. Subhanallah. Ini baru satu yang demikian. Karena itu saya semakin semangat membuta desain busana muslim yang memang bisa menarik orang yang tadinya tidak berjilbab, sampai ia ingin berjilbab.

No comments:

Post a Comment