Friday 23 January 2015

Pemuda Pengagas Yayasan Nara Kreatif

Nezatullah Ramadhan

Dari Usaha Daur Ulang Sampai Dirikan Sekolah Gratis Bagi Anak Jalanan 

Diusianya yang masih muda, Nezatullah Ramadan mampu menghidupi dan mengajak anak-anak jalanan untuk membuat sebuah produk dari sampah daur ulang. Dari hasil penjualan itu pula, ia bisa mendirikan sekolah gratis bagi anak jalanan dan kaum dhuafa. Kini, hampir 100 siswa yang belajar di rumah Yayasan Nara Kreatif. 

Sore itu matahari mulai kembali ke peraduannya. Sebuah rumah singgah yang terletak di Perumahan Bumi Harapan Permai, Jalan Bumi Pratama III Blok K Nomor 4 Kelurahan Dukuh, KEcamatan Kramat Jati, Jakarta Timur mulai ramai didatangi segerombolan anak-anak dengan membawa tas. Ada yang membawa ransel, tas jinjing, dan ada pula yang menjinjing buku di tangannya. USia anak-anak ini terlihat beragam, ada yang paling kecil kemungkinan umurnya sekitar 6-7 tahun, ada pula beberapa remaja putra.
Di halaman depan rumah tepampang tulisan Yayasan Nara Kreatif, Tertulis pula di sana Sekolah Gratis Masyarakat Dhuafa dan Rumah Singah Anak Jalanan. Yah, di sinilah beberapa tahun ini sebagian anak-anak jalanan di Kota Jakarta menempa ilmu pendidikan formal maupun agama. Tidak hanya itu,mereka pun mulai berwirausaha dengan menghasilkan produk-produk daur ulang. Dibalik nama Yayasan Nara Kreatif, ternyata ada seorang pemuda berusia 24 tahun yang bersusah payah mendirikan dan membangun yayasan tersebut.
 Di usianya yang masih muda, Nezatullah Ramadhan mempunyai kepedulian terhadap realitas sosial anak jalanan cukup tinggi. Hal inilah yang mendasari berdirinya Yayasan Nara Kreatif. Tidak hanya mengajak anak-anak jalanan untuk menghasilkanproduk-produk daur ulang saja, Neza pun mendirikan sekolah gratis bagi anak jalanan dan dhuafa.

Usaha Daur Ulang Bersama Anak Jalanan 
Pada awalnya, Neza dan temannya mengikuti Program Mahasiswa Wirausaha di Kampus Politeknik Jakarta. Kebetulan yang mereka pelajari adalah mengolah dan mendaur ulang kertas bekas dan limbah organik. "Awal Juni 2012 saya memulai usaha ini. Saya mendapatkan modal pinjaman dari kampus dengan jaminan ijasah," kata Neza.
Dari awal, program yang digagas oleh Neza tidak ingin hanya sekedar menyelesaikan masalah dengan memanfaatkan limbah, tapi program tersebut mempunyai manfaat sosial dari program tersebut. "Konsepnya itu mengubah sesuatu yang tak bernilai menjadi sesuatu yang bernilai. Bernilai ekonomi. Salah satunya adalah memanfaatkan kertas bekas yang ramah lingkungan," jelasnya. Ingin program yang dilakukan mempunyai manfaat yang luas tidak hanya produk yang ramah lingkungan. Neza pun mengajak anak-anak jalanan di sekitar rumahnya. 
Dalam waktu dua minggu ia melakukan observasi di lapangan. Mendatangi dan mendekati anak jalanan tersebut. Kenapa anak jalanan? Neza pun memaparkan, bahwa selama ini dibalik aktivitasnya dijalanan yang dipandang orang tidak mempunyai masa depan yang cerah, kluntang kantung mencari pekerjaan sana sini, mereka ini mempunyai keterampilan yang luar biasa. Hanya lingkungan yang tidak mendukungnya.
"Saya lakukan observasi selama dua minggu. Saya tahu bahwa uang yang mereka dapatkan sehari lebih banyak. Namun, mereka sesungguhnya tidak mempunyai kepercayaan pada dirinya. Full dari pagi sampai soreiabekerja di jalanan. Kebetulan waktu itu cowok-cowok yang saya dekati, jadi lebih mudah. Mereka merasa malu ketika dihadapkan kepada status sosial terutama urusan hati dan wanita. Mereka ingin mendapatkan mengakuan yang lebih bukan sekadar anak jalanan," jelas Neza.
Usaha yang dimulai dengan mengajak anak-anak jalanan tidak berjalan lancar begitu saja. Diawal laki-laki kelahiran 8 April 1991 ihi sempat ditinggalkan oleh teman-temannya, karena uang modal yang ia dapat habis dan teman-temannya memutuskan untuk berhenti. Saat itu, Neza yang sudah bertekad membuat usaha daur ulang bersama anak-anak terlanjur berjalan, ia memutuskan untuk menggunakan uangnya sendiri untuk meneruskan perjuangannya. "Saat itu saya memutuskan untuk terus melanjutkan usaha ini.
Dibantu teman saya dan dukungan orangtua, Alhamdulilah sekarang bisa berjalan lancar," ungkapnya. Bersama lima belas anak jalanan, Neza mulai membagun usahanya. Akhir bulan Januari, Neza mendirikan Yayasan Nara Kreatif. Diakui oleh Neza, tidak mudah mengubah pola pikir anak-anak jalanan. Ia memberikan keterampilan dan pengetahuan kepada anak-anak jalan tersebut.
"Anak-anak ini memang mempunyai keterampilan, jadi ketika dia ajari mendaur kertas mereka lngsung bisa. Hanya saja seleksi alam memang ada. Beberapa dari mereka keluar, adaj juga yang bertahan sampai sekarang. Ibaratnya intan, dimanapun tempatnya dia tetap intan dan jika dia sebuah batu biasa ya sekedar batu. Tapi saya selalu meyakinkan kepada mereka untuk terus bertahan dan tidak bosan memberikan arahan kepada mereka," katanya.
Anak dari Astarizal Munaf ini pun selalu berprinsip, kehidupan mereka memang sifatnya sosial, tapi bukan dari sumbangan,melainkan dari hasil penjualan produk. "Kami disini ditekankan, kalau kita ingin berkarya, mereka tinggal di sini kita semuanya gratis, makan dan tinggal gratis kita penuhi. Kalau dari sumbangan jatuhnya kita hanya meminta saja, sekalipun ada yang membantu alhamdulilah, tapi bukan prioritas, kalau pun ada sumbagan ya kita terima," ungkap Neza.

Dirikan Sekolah Gratis
Dirasa usaha daur ulang mulai massif, dan berbagai produk mulai di pasarkan. Peminjaman modal dari berbagai perusahaan pun mulai berdatangan menjadikan usaha daur ulang “Nara Recyle” mulai dikenal banyak orang. Neza pun berkeinginan agar Yayasan ini tidak sekadar sebagai badan usaha saja.
“Saya berkonsultasi dengan Profesor Raldi Artono Koestoer, guru besar Teknik Mesin UI dan Nurokhim, pendiri sekolah Master (Masjid Terminal) Depok, kemudian saya membuat sekolah gratis. Karena saya merasa usaha sudah mulai berjalan. Ingin hasil penjualan ini semakin bermanfaat, sekolah gratispun mulai kita agendakan,” papar Neza.
Sejak awal 2013, rumah Kreatipreneur yang digagas oleh Neza semakin banyak anak-anak jalanan dan kaum dhuafa yang berdatangan untuk mengikuti program sekolah gratis. Bukan hanya mengolah kertas daur ulang, tetapi mereka juga bisa sekolah gratis.
“Proses belajar mengajar dilakukan selama tiga kali dalam satu minggu mulai pukul 18.30 – 22.00, pada hari Selasa, Kamis, Jumat dan untuk hari Rabu,khusus hari untuk siswa yang beragama Islam belajar mengaji. Sejauh ini sudah hampir 100 anak jalanan,tidak mampu yang belajar di sini, ”jelasnya.
Rutinitas anak binaan dimulai setiap pagi pada saat sholat subuh berjamaah. Dilanjutkan pada pukul 8 hingga pukul 5 sore, aktifitas mereka berpusat pada daur ulang kertas dan membuat produk. Setelah sholat maghrib mereka belajar agama (sholat dan mengaji). Yayasan juga membuka kesempatan untuk masyarakat sekitar untuk belajar. Mulai tahun ini Rumah Kreatipreneur bekerjasama dengan Sekolah Master (Masjid Terminal ) Depok dalam melaksanakan ujian paket A, B, C, sehingga anak-anak bisa memperoleh ijazah. 
“Untuk tahun ini Alhamdulilah ada sekitar 17 siswa di paket C yang sudah mengikuti ujian. Tinggal menunggu hasilnya saja,” kata Neza. Harapan pun diutarakan oleh Neza, kedepan ia berharap bisa mempunyai rumah singgah yang tetap, karena selama ini kontrak dan berpindah-pindah. Dan siswa lulusan Yayasan Nara Kreatif bisa terus mengembangkan keterampilannya dan diterima di dunia kerja.

No comments:

Post a Comment