Amir, 35 Tahun, Mantan Pemeluk Tionghoa
Memilih Islam
Di Usir Oleh Keluarga
Setalah saya
memutuskan masuk Islam banyak sekali penolakan yang saya terima. Hampir 30
tahun saya dikucilkan bahkan diusir oleh keluarga saya sendiri. Berkat
kesabaran dan terus berusaha menjadi muslim yang baik. Berkah Islam pun hadir
ditengah-tengah keputusan saya. Satu persatu keluargapun masuk Islam mengikuti
jejak saya.
Pembaca yang dirahmati oleh Allah.
Perkenalkan nama saya Amir, tinggal di daerah Pesing, Jakarta Barat. Pekerjaaan
saya sebagai tukang ojek dan saya juga membuka usaha warung kecil-kecilan
didepan rumah saya. Alhamdulilahh usaha dan pekerjaan saya dapat menghidupi
keluarga. Saya dulu seorang yang penganut agama Tionghoa. Tetapi inilah
keputusan yang saya ambil menjadi seorang mualaf.
Dari tahun 80an Saya sudah masuk Agama Islam. Dulu Saya masih duduk
dibangku sekolah kelas 2 SMP. Saya memiliki 2 anak, anak saya yang pertama
sekolah di Pesantren di UIN Ciputat sudah semester 3, anak no 2. Istri saya
asli Jogja, istri saya asli orang pribumi.
Saya ingin masuk Islam tetapi orang tua tidak
mengijinkan. Akhirnya saya memutuskan untuk keluar dari sekolah. Saya pergi
merantau ke daerah-daerah sambil belajar cari ilmu. Karena orang tua tidak
mengijinkan, yah hidup saya kesana kemari. Saya
bergaul sama orang-orang Islam dan sama teman-teman membaca buku karena
itulah saya tertarik dengan Agama Islam.
Keluarga saya tidak pernah menganggap saya, sampai
ada acara pun saya tidak dundang. Mereka bertingkah seolah tidak mengenal. Sampai
saya usaha pun tetap dijauhi. Saat itu saya merasa sangat sedih, namun
keputusan yang saya ambil tetaplah built. Ini adalah cobaan pertama yang
diberikan oleh Tuhan di awal saya memeluk Islam.
Foto: Amir |
Islam Itu Berkah
Setelah hampir 35 tahun, akhirnya keluarga saya mau
menerima saya dan aga yang saya pilih. Saya masuk Islam tidak ada paksaan atau
bujukan dari orang lain, ini atas kemauan saya sendiri. Alhamdulilah saya
menjalankan agama saya dengan taat. Sholat 5 waktu.
Menjalankan agama saya sampai menikah, memiliki
kelurga yang berbahagia. Kesabaran saya ternyata membuahkan hasil. Perlahan
satu persatu keluarga saya yang lain ikut meneruskan jejak saya, memilih Islam
sebagai dasar kehidupan hingga akhir hayat.
Kakak saya yang perempuan menikah dengan seorang
muslim, ia pun berikrar menjadi soerang muallaf. Kakak saya yang lain pun ikut
menyusul memeluk agama Islam. Jadi keluarga saya sudah ada 3 yang menjadi
muslim termasuk saya.
Berbeda dengan kondisi di awal saya, penolakan dari
keluarga selalu datang ketika saya memeluk Islam, sekarang keluarga menyambut
saya dan keluarga saya dengan suka cita. Tiap kali ada perkumpulan keluarga,
mereka pun mengundang, saya, istri dan anak saya. Kami pun berpakaian seperti
muslim lainnya, menggunakan peci dan jilbab, tidak ada larangan atau cemooh
dari mereka semua. SAya sangat bersyukur atas keadaan ini. Dan saya benar-benar
percaya bahwa Islam mambawa berkah dan kedamaian untuk umat manusia.
Perubahan demi perubahan pun saya alami ketika
memeluk Islam. Benar, Islam itu adalah berkah. Kehidupan saya tidak pernah
susah, banyak pertolongan yang Tuhan berikan dibalik setiap kesulitan saya
alami.
Acara-acara muslim saya suka ikut, saya suka ikut
serta kalau ada acara hajatan. Pengajian di taman kota. Rumah pun remain dikunjungi
orang. Saya memiliki impian saya ingin anak-anak menjadi seorang pendakwa,
memperdalam ilmu agama. Dan saya selalu mengatakan kepada orang-orang disekitar
saya yang non muslim, bahwa Islam itu berkah.
No comments:
Post a Comment