Wednesday 21 January 2015

Kisah Muallaf

Amir, 35 Tahun, Mantan Pemeluk Tionghoa

Memilih Islam
Di Usir Oleh Keluarga
           
       Setalah saya memutuskan masuk Islam banyak sekali penolakan yang saya terima. Hampir 30 tahun saya dikucilkan bahkan diusir oleh keluarga saya sendiri. Berkat kesabaran dan terus berusaha menjadi muslim yang baik. Berkah Islam pun hadir ditengah-tengah keputusan saya. Satu persatu keluargapun masuk Islam mengikuti jejak saya.
Pembaca  yang dirahmati oleh Allah. Perkenalkan nama saya Amir, tinggal di daerah Pesing, Jakarta Barat. Pekerjaaan saya sebagai tukang ojek dan saya juga membuka usaha warung kecil-kecilan didepan rumah saya. Alhamdulilahh usaha dan pekerjaan saya dapat menghidupi keluarga. Saya dulu seorang yang penganut agama Tionghoa. Tetapi inilah keputusan yang saya ambil menjadi seorang mualaf.
Dari tahun 80an Saya sudah  masuk Agama Islam. Dulu Saya masih duduk dibangku sekolah kelas 2 SMP. Saya memiliki 2 anak, anak saya yang pertama sekolah di Pesantren di UIN Ciputat sudah semester 3, anak no 2. Istri saya asli Jogja, istri saya asli orang pribumi.
Saya ingin masuk Islam tetapi orang tua tidak mengijinkan. Akhirnya saya memutuskan untuk keluar dari sekolah. Saya pergi merantau ke daerah-daerah sambil belajar cari ilmu. Karena orang tua tidak mengijinkan, yah hidup saya kesana kemari. Saya  bergaul sama orang-orang Islam dan sama teman-teman membaca buku karena itulah saya tertarik dengan Agama Islam.
Keluarga saya tidak pernah menganggap saya, sampai ada acara pun saya tidak dundang. Mereka bertingkah seolah tidak mengenal. Sampai saya usaha pun tetap dijauhi. Saat itu saya merasa sangat sedih, namun keputusan yang saya ambil tetaplah built. Ini adalah cobaan pertama yang diberikan oleh Tuhan di awal saya memeluk Islam.

Foto: Amir

Islam Itu Berkah
Setelah hampir 35 tahun, akhirnya keluarga saya mau menerima saya dan aga yang saya pilih. Saya masuk Islam tidak ada paksaan atau bujukan dari orang lain, ini atas kemauan saya sendiri. Alhamdulilah saya menjalankan agama saya dengan taat. Sholat 5 waktu. 
Menjalankan agama saya sampai menikah, memiliki kelurga yang berbahagia. Kesabaran saya ternyata membuahkan hasil. Perlahan satu persatu keluarga saya yang lain ikut meneruskan jejak saya, memilih Islam sebagai dasar kehidupan hingga akhir hayat.
Kakak saya yang perempuan menikah dengan seorang muslim, ia pun berikrar menjadi soerang muallaf. Kakak saya yang lain pun ikut menyusul memeluk agama Islam. Jadi keluarga saya sudah ada 3 yang menjadi muslim termasuk saya.
Berbeda dengan kondisi di awal saya, penolakan dari keluarga selalu datang ketika saya memeluk Islam, sekarang keluarga menyambut saya dan keluarga saya dengan suka cita. Tiap kali ada perkumpulan keluarga, mereka pun mengundang, saya, istri dan anak saya. Kami pun berpakaian seperti muslim lainnya, menggunakan peci dan jilbab, tidak ada larangan atau cemooh dari mereka semua. SAya sangat bersyukur atas keadaan ini. Dan saya benar-benar percaya bahwa Islam mambawa berkah dan kedamaian untuk umat manusia.
Perubahan demi perubahan pun saya alami ketika memeluk Islam. Benar, Islam itu adalah berkah. Kehidupan saya tidak pernah susah, banyak pertolongan yang Tuhan berikan dibalik setiap kesulitan saya alami.

Acara-acara muslim saya suka ikut, saya suka ikut serta kalau ada acara hajatan. Pengajian di taman kota. Rumah pun remain dikunjungi orang. Saya memiliki impian saya ingin anak-anak menjadi seorang pendakwa, memperdalam ilmu agama. Dan saya selalu mengatakan kepada orang-orang disekitar saya yang non muslim, bahwa Islam itu berkah.

No comments:

Post a Comment