Demi Jabatan,
Suamiku Berkhianat
Jalan
untuk berpisah aku pilih setelah mengetahui bahwa laki-laki yang aku cintai
selama ini lebih mementingkan jabatan dengan menjalin hubungan dengan perempuan
lain. AKu pun tidak ingin membuat orangtuaku kecewa.
Hidup menjadi seorang aktivis perempuan memanglah
tidak mudah. Aku harus pintar betul membagi waktuku antara keluarga, karir dan
memberikan bimbingan sekaligus menyeuarakan hati masyarakat. Menyerukan stop
kekerasan pasa perempuan, kebebasan berpendapat, woman traficking, serta
pengahpusan KDRT dalam rumah tangga.
Belum lagi aktivitas dan kegiatanku di
pendampingan masyarakat. Sangat menyita waktuku.
Semua teori, semua pengalaman yg aku
dapat ketika memberi pendampingan, saran kepada perempuan teraniaya dan
diinggalkan oleh suami karena kebutuhan materi maupun non materi ternyta tidak
bisa aku terapkan dalam rumah tanggaku. Menjalin bahtera rumah tangga selama 2
tahun, ternyata kandas di tengah jalan hanya karena alasan sepele.
Pembaca yang
dirahmati oleh Allah Swt, perkenalkan namaku Nursyarifa (nama samaran), aku
berasal dari Kota Kembang Bandung. Dua bulan lalu, aku baru saja mengurus
perceraianku dengan suamiku Mas Aman. Aku memutuskan berpisah denganya bukan
berarti aku tidak cinta dan sayang lagi dengannya, aku masih menyayangi laki-laki
itu. Aku bercerai karena keluargaku. Keluargaku yang tidak ingin anak semata
wayangnya ini dimadu oleh laki-laki yang pernah berjanji sehidup semati di
depan mereka.
Banyak waktu di luar
Sebagai seorang aktivis, aku faham betul
dengan kondisiku. Tak kenal waktu untuk berdiskusi, melakukan pendampingan,
semua kucurahkan untuk kepentingan masyarakat, kegiatan sosial terhadap
pendampingan buruh migran dan perempuan korban kekerasan pun aku lakukan selama
aku menjadi mahasiswa. Kegiatan ini memberikannku kepuasaan yang tidak
ternilai, bahagia sekali ketika meilhat perempuan-perempuan itu bisa hidup
bebas, setara dan jauh dari tindakan kekerasan.
Aku bertemu dnegan mantan suamiku, Mas
Aman pun berawal dari organisasi yang aku ikuti. Kami pun sama-sama seorang
aktivis. Kisah cinta kami berdua, kami jalani hampir 2 tahun lamanya. Di awal
pernikahan, tidak ada perdebatan tentang apa yang aku atau mas Aman lakukan di
luar urusan keluarga. Aku dengan kegiatan di luar yang, begitu pula dengan Mas
Aman, yang saat itu menjadi pengurus LSM.
Keadaan membuat kami faham bagaimana
komunikasi yang kami bangun. Berjalan satu tahun pernikahan, keadaan rumah
tangga kami belum tepana badai, rasanya masih sama ketika kami berpacaran,
saling memadu kasih, meskipun sering kali kita tidak bisa bertemu karena jadwal
menharuskan aku atau mas Aman pergi ke luar kota untuk melaksanakan tugas
hingga hampir berhari-hari, bahkan berminggu-minggu. Kami pun begitu
menikmatinya, meskipun di usia satu tahun pernikahan, keluarga kecilku belum juga
hadir bayi munggil yang selalu diharapkan oleh kedua orangtua kami.
Aktivitas di luar membuat kami jarang
bertemu, bertatap muka, kami hanya berkomunikasi via telepon. Pernah sekali
suamiku ini melakukan perjalanan ke luar pulau, saat itu hampir satu bulan kami
tidak bertemu dan berkomunikasi. Di sinilah awal pertengkaran itu dimulai.
Hubungan aku dan Mas Aman mulai tidak harmonis lagi. Terdengar dari beberapa
rekan, saat perjalanan tersebut, ada wanita lain yang sedang dekat dan menjalin
hubungan dengan laki-lakiku ini.