Thursday, 28 January 2016

Kisah Curhat Muslimah (8)

Demi Jabatan,
Suamiku Berkhianat

Jalan untuk berpisah aku pilih setelah mengetahui bahwa laki-laki yang aku cintai selama ini lebih mementingkan jabatan dengan menjalin hubungan dengan perempuan lain. AKu pun tidak ingin membuat orangtuaku kecewa.

Hidup menjadi seorang aktivis perempuan memanglah tidak mudah. Aku harus pintar betul membagi waktuku antara keluarga, karir dan memberikan bimbingan sekaligus menyeuarakan hati masyarakat. Menyerukan stop kekerasan pasa perempuan, kebebasan berpendapat, woman traficking, serta pengahpusan KDRT dalam rumah tangga.
Belum lagi aktivitas dan kegiatanku di pendampingan masyarakat. Sangat menyita waktuku.
Semua teori, semua pengalaman yg aku dapat ketika memberi pendampingan, saran kepada perempuan teraniaya dan diinggalkan oleh suami karena kebutuhan materi maupun non materi ternyta tidak bisa aku terapkan dalam rumah tanggaku. Menjalin bahtera rumah tangga selama 2 tahun, ternyata kandas di tengah jalan hanya karena alasan sepele.
Pembaca yang dirahmati oleh Allah Swt, perkenalkan namaku Nursyarifa (nama samaran), aku berasal dari Kota Kembang Bandung. Dua bulan lalu, aku baru saja mengurus perceraianku dengan suamiku Mas Aman. Aku memutuskan berpisah denganya bukan berarti aku tidak cinta dan sayang lagi dengannya, aku masih menyayangi laki-laki itu. Aku bercerai karena keluargaku. Keluargaku yang tidak ingin anak semata wayangnya ini dimadu oleh laki-laki yang pernah berjanji sehidup semati di depan mereka.

Banyak waktu di luar
Sebagai seorang aktivis, aku faham betul dengan kondisiku. Tak kenal waktu untuk berdiskusi, melakukan pendampingan, semua kucurahkan untuk kepentingan masyarakat, kegiatan sosial terhadap pendampingan buruh migran dan perempuan korban kekerasan pun aku lakukan selama aku menjadi mahasiswa. Kegiatan ini memberikannku kepuasaan yang tidak ternilai, bahagia sekali ketika meilhat perempuan-perempuan itu bisa hidup bebas, setara dan jauh dari tindakan kekerasan.
Aku bertemu dnegan mantan suamiku, Mas Aman pun berawal dari organisasi yang aku ikuti. Kami pun sama-sama seorang aktivis. Kisah cinta kami berdua, kami jalani hampir 2 tahun lamanya. Di awal pernikahan, tidak ada perdebatan tentang apa yang aku atau mas Aman lakukan di luar urusan keluarga. Aku dengan kegiatan di luar yang, begitu pula dengan Mas Aman, yang saat itu menjadi pengurus LSM.
Keadaan membuat kami faham bagaimana komunikasi yang kami bangun. Berjalan satu tahun pernikahan, keadaan rumah tangga kami belum tepana badai, rasanya masih sama ketika kami berpacaran, saling memadu kasih, meskipun sering kali kita tidak bisa bertemu karena jadwal menharuskan aku atau mas Aman pergi ke luar kota untuk melaksanakan tugas hingga hampir berhari-hari, bahkan berminggu-minggu. Kami pun begitu menikmatinya, meskipun di usia satu tahun pernikahan, keluarga kecilku belum juga hadir bayi munggil yang selalu diharapkan oleh kedua orangtua kami.
Aktivitas di luar membuat kami jarang bertemu, bertatap muka, kami hanya berkomunikasi via telepon. Pernah sekali suamiku ini melakukan perjalanan ke luar pulau, saat itu hampir satu bulan kami tidak bertemu dan berkomunikasi. Di sinilah awal pertengkaran itu dimulai. Hubungan aku dan Mas Aman mulai tidak harmonis lagi. Terdengar dari beberapa rekan, saat perjalanan tersebut, ada wanita lain yang sedang dekat dan menjalin hubungan dengan laki-lakiku ini.


Jabatan dan Wanita Lain
Angin berhembus semakin kencang. Rumor kedekatan suamiku dengan perempuan lain semakin kencang. Saat itupun aku belum bisa bertemu dan berbicara langsung dengan suamiku. Hingga akhirnya dia pulang. Aku tahu saat itu dia lelah setelah tubuh dan fikirannya terforsir oleh pekerjaannya. Aku tidak bisa menahan diri untuk bertanya, meminta penjelasan akan rumor tersbeut. Aku tanya dnegan nada keras. Tidak ada jawaban dari suamiku, ia hanya membantin gelas dan menamparkau tanpa berkata apa-apa.
Di saat itulah aku mengerti bagaimana perasaan perempuan korban kekerasan terhadap eprempuan yang selama ini aku dampingi. Kondisiku saat ini sama dengan mereka. Aku bingung, apa aku salah bertanya demikian kepada orang yang aku cintai? aku ingin meminta penjelasan, karena selama ini aku sering sekali mendengar rumor Mas Aman menjalin hubungan dengan perempuan lain tapi tidak pernah aku hiraukan. Kepergiannya ke luar pulau itu yang membuatku geram dan kalut, karena perempuan yang dikabarkan dekat dnegan suamiku ini adalah perempuan yang aku kenal pula, mantan bosku dulu, seorang anggota dewan.
Seperti bangkai, kelakuan suamiku lama-lama kecium juga. Usai kejadian itu, ia jarang sekali pulang. Ketika pulang tidak ada obrolan yang kami lakukan. Kami hanya bertemu sesekali di lokasi kerja. Dan rumor kedekatan itu pun sangat jelas terdengar, dan suamikupun mengakuinya. Hubungannya dengan perempuan itu tidak lain ingin mempermudah jalannya untuk mendapatkan posisi yang lebih bagus dan strategis. Mendengar hal tersebut hatiku terasa teriris, tega sekali ia mengorbankan aku, kepercayaan keluarga demi jabatan.

Awalnya aku mash menyimpan permasalahan yang terjadi dianatara kami berdua. Namun, akhirnya kabar keretakan rumah tangga kami terdengar oleh kedua orangtua kami, terutama orangtuaku. Mendengar hal tersebut, orangtuaku geram dan marah. Laki-laki yang demikian tidaklah pantas menjadi pemimpin rumah tangga. Aku pun dipaksa oleh orangtuaku untuk meminta cerai. Dan aku pun menurutinya. Aku pun resmi bercerai dnegan mas Aman. ( (Tulisan ini ditulis untuk rubrik Curhat di Tabloid NURANi)

No comments:

Post a Comment