Aku
Dikhianati
Kuputuskan
Berpisah
Keputusan untuk berpisah akhirnya aku ambil. Setelah 5
tahun menikah ternyata memang tidak ada kenyamanan diantara kami. Hingga
akhirnya datang perempuan lain di kehidupan kami.
Hammpir
lima tahun kami bangun bahtera rumah tangga. Selama itu aku dan Mas Adit selalu
berhubungan baik. Tanpa seorang anak dalam keluarga kami pun kami selalu
bahagia.Pekerjaan yang padat membuat kami jarang bertemu, namun demikian kami
masih baik-baik saja. Sampai akhirnya, kata perceraian itu kami ambil setelah
kami tahu bahwa kami menjalani itu semua tanpa ada rasa bahagia. Pernikahan itu
terasa hambar dan kedatangan orang ketiga membuat semuanya jelas. Hubungan ini
harus diakhiri.
Pembaca yang dirahmati oleh Allah, perkenalkan namaku Winarti (nama samaran).
Profesiku adalah seorang pemburu berita atau yang sering disebut dengan
wartawan. Hampir 10 tahun pekerjaan ini menemani hidupku hingga akhirnya aku
dipertemukan dengan mantan suamiku Mas Adit, yang berprofesi sama denganku
sebagai wartawan.
Perkenalanku
dengan Mas Adit tidaklah singkat. Hampir tiga tahun lamana. Kami dipertemukan
saat liputan. selama itu pula di menjadi partner kerjaku.
Sering
bertemu, saling membatu satu sama lain soal pekerjaan juga dnegan urusan
pribadi membuatku merasa ada yang special diantara hubungan rekan kerja kami
berdua. tidak ada kata pacaran diantara kami pada waktu itu. SAmpai akhirnya
Mas Adit melamarku untuk menjadi istrinya.
Aku
yang merasa senang didekatnya, usiaku yang sudah menginjak 27 tahun mendorong
aku tuk menerima pinangannya tersebut. Dan akhirnya kamipun menikah.
Hubungan
Yang Datar
Selama
menikah, kami tahu pekerjaan kami berdua menuntut kami untuk kerja full time,
siang sampai malam. Di tahun-tahun awal kami tidak mempermasalahkan hal
tersebut, terkadang kami bertemu saat liputan, tapi terkadang juga tidak.
Pertemuan kami hanya di pagi hari dan malam hari saja, kami berdua tidak pernah
mempermasalahkan hal tersebut.
LAmbat
laun, aku merasa hubungan kami bukanlah seperti suami istri. Aku sebagai istri
tak pernah jarang menyiapkan sarapan untuk suamiku. Setiap pagi hanya sebatas
teh hangat atau kopi hangat saja. Selama itu pun Mas Adit tidak pernah
menegurku, semua berjalan datar begitu saja.
Profesi
sebagai wartawan membuat intensitas bertemu kami berkurang. Sempat kita berbincang,
bagaimana kalau salah satu kita berhenti dari pekerjaan ini. Mas Adit selalu
bilang, tidak perlu selama hubungan kita baik-baik saja kita jalani saja.
Mendengar perkataan itu aku pun terus menjalani profesiku ini.
Menginjak
tahun keempat, aku belum juga dikaruniai anak. Dalam konsisi tersebut aku dan
Mas Adit pun tidak pernah khawatir. Kami menjalani kehidupan seperti biasanya.
Aku sebagai wanita terkadang merasa bingung, aku sennag rumah tangga kami
tenang, damai tanpa adanya pertengkaran yang besar. Namun disisi lain, suamiku
tidak pernah menuntut aku menjadi soerang istri yang melayani suaminya. Bahkan
persaolan anak, ia tidak marah dan sedih jika sejauh ini keluarga kami belum
juga diwarnai isak tangis bayi. Entah aku harus merasa sedih atau senang dengan
kondisi ini.
Orang
Ketiga
Pekerjaan
kami menuntut kami bertemu dengan orang banyak, teman, narasumber dan lainnya.
Keresahan itu akhirnya datang. Suatu kali aku mendapat kabar dari rekan kerjaku
yang lain bahwa Suamiku Mas Adit jalan dengan perempuan lain.Awalnya aku
merespon hal tersebut adalah hal yang wajar, mungkin saja itu narasumber yang
sedang ingin ia wawancarai.
Sampai
akhirnya aku benar-benar tahu perempuan itu bukanlah sekadar narasumber,
perempuan itu adalah racun dalam keluaga kami.
Aku
baru tahu bahwa perempuan itu adalah mantan narasumbernya. Dan hampir satu
tahun belakangan Mas Adit berhubungan dnegan perempuan itu. Mas Adit
mengungkapkan bahwa dirinya telah menikah siri tanpa sepengetahuan aku.
Mendengar kabar tersebut hatiku terasa tertusuk. Alasannya ia menikahi
permepuan itu adalah dia bisa memberikan kebahagiaan yang lebih daripada
bersamaku. Saat ini pun, perempuan itu telah mengandung anaknya.
Air
mata ini menetes, sungguh tega laki-laki ini menghianatiku. Kenapa dia tidak
pernah mengungkapkan kepadaku. Tidak berfikir panjang, aku pun memutuskan untuk
bercerai dengan Mas Adit.( (Tulisan ini ditulis untuk rubrik Curhat di Tabloid NURANi)
No comments:
Post a Comment