Thursday, 28 January 2016

KIsah Curhat Muslimah (7)

Aku Dikhianati
Kuputuskan Berpisah

Keputusan untuk berpisah akhirnya aku ambil. Setelah 5 tahun menikah ternyata memang tidak ada kenyamanan diantara kami. Hingga akhirnya datang perempuan lain di kehidupan kami.

Hammpir lima tahun kami bangun bahtera rumah tangga. Selama itu aku dan Mas Adit selalu berhubungan baik. Tanpa seorang anak dalam keluarga kami pun kami selalu bahagia.Pekerjaan yang padat membuat kami jarang bertemu, namun demikian kami masih baik-baik saja. Sampai akhirnya, kata perceraian itu kami ambil setelah kami tahu bahwa kami menjalani itu semua tanpa ada rasa bahagia. Pernikahan itu terasa hambar dan kedatangan orang ketiga membuat semuanya jelas. Hubungan ini harus diakhiri.
Pembaca  yang dirahmati oleh Allah, perkenalkan namaku Winarti (nama samaran). Profesiku adalah seorang pemburu berita atau yang sering disebut dengan wartawan. Hampir 10 tahun pekerjaan ini menemani hidupku hingga akhirnya aku dipertemukan dengan mantan suamiku Mas Adit, yang berprofesi sama denganku sebagai wartawan.
Perkenalanku dengan Mas Adit tidaklah singkat. Hampir tiga tahun lamana. Kami dipertemukan saat liputan. selama itu pula di menjadi partner kerjaku.
Sering bertemu, saling membatu satu sama lain soal pekerjaan juga dnegan urusan pribadi membuatku merasa ada yang special diantara hubungan rekan kerja kami berdua. tidak ada kata pacaran diantara kami pada waktu itu. SAmpai akhirnya Mas Adit melamarku untuk menjadi istrinya.
Aku yang merasa senang didekatnya, usiaku yang sudah menginjak 27 tahun mendorong aku tuk menerima pinangannya tersebut. Dan akhirnya kamipun menikah.

Hubungan Yang Datar
Selama menikah, kami tahu pekerjaan kami berdua menuntut kami untuk kerja full time, siang sampai malam. Di tahun-tahun awal kami tidak mempermasalahkan hal tersebut, terkadang kami bertemu saat liputan, tapi terkadang juga tidak. Pertemuan kami hanya di pagi hari dan malam hari saja, kami berdua tidak pernah mempermasalahkan hal tersebut.
LAmbat laun, aku merasa hubungan kami bukanlah seperti suami istri. Aku sebagai istri tak pernah jarang menyiapkan sarapan untuk suamiku. Setiap pagi hanya sebatas teh hangat atau kopi hangat saja. Selama itu pun Mas Adit tidak pernah menegurku, semua berjalan datar begitu saja.
Profesi sebagai wartawan membuat intensitas bertemu kami berkurang. Sempat kita berbincang, bagaimana kalau salah satu kita berhenti dari pekerjaan ini. Mas Adit selalu bilang, tidak perlu selama hubungan kita baik-baik saja kita jalani saja. Mendengar perkataan itu aku pun terus menjalani profesiku ini.
Menginjak tahun keempat, aku belum juga dikaruniai anak. Dalam konsisi tersebut aku dan Mas Adit pun tidak pernah khawatir. Kami menjalani kehidupan seperti biasanya. Aku sebagai wanita terkadang merasa bingung, aku sennag rumah tangga kami tenang, damai tanpa adanya pertengkaran yang besar. Namun disisi lain, suamiku tidak pernah menuntut aku menjadi soerang istri yang melayani suaminya. Bahkan persaolan anak, ia tidak marah dan sedih jika sejauh ini keluarga kami belum juga diwarnai isak tangis bayi. Entah aku harus merasa sedih atau senang dengan kondisi ini.

Orang Ketiga
Pekerjaan kami menuntut kami bertemu dengan orang banyak, teman, narasumber dan lainnya. Keresahan itu akhirnya datang. Suatu kali aku mendapat kabar dari rekan kerjaku yang lain bahwa Suamiku Mas Adit jalan dengan perempuan lain.Awalnya aku merespon hal tersebut adalah hal yang wajar, mungkin saja itu narasumber yang sedang ingin ia wawancarai.
Sampai akhirnya aku benar-benar tahu perempuan itu bukanlah sekadar narasumber, perempuan itu adalah racun dalam keluaga kami.
Aku baru tahu bahwa perempuan itu adalah mantan narasumbernya. Dan hampir satu tahun belakangan Mas Adit berhubungan dnegan perempuan itu. Mas Adit mengungkapkan bahwa dirinya telah menikah siri tanpa sepengetahuan aku. Mendengar kabar tersebut hatiku terasa tertusuk. Alasannya ia menikahi permepuan itu adalah dia bisa memberikan kebahagiaan yang lebih daripada bersamaku. Saat ini pun, perempuan itu telah mengandung anaknya.

Air mata ini menetes, sungguh tega laki-laki ini menghianatiku. Kenapa dia tidak pernah mengungkapkan kepadaku. Tidak berfikir panjang, aku pun memutuskan untuk bercerai dengan Mas Adit.( (Tulisan ini ditulis untuk rubrik Curhat di Tabloid NURANi)

No comments:

Post a Comment