Tak Kusanggka
Suami dan Anak Angkatku
Menghianatiku
Aku
tidak menyangka gadis remaja yang sudah
aku anggap sebagai anak kandungku sendiri tega menghianatiku. Begitu pun dengan
suami yang aku kenal sebagai laki-laki yang bertanggungjawab. Ternyata menusuk
dan pengkhianatiku dari belakang.
Aku tidak menyangka, rumah tangga yang sudah aku bangun selama 20 tahun
ternyata menyimpan bangkai dan akhirnya harus kandas. Sebelumnya perkenalkan
namaku Haniah (Nama Samaran), usiaku 51 tahun, saat ini aku tinggal di daerah
Kalimantan Timur, kota seribu sungai.
Pernikahanku dengan Mas Hamdan memang
sudah cukup lama. Selama itu pun kami tidak pernah konflik. Petengkaran kecil
memang kerap kali terjadi, tapi hanya sebatas selisih paham saja sebagai bentuk
bumbu-bumbu keharmonisan rumah tangga kami. Kami berdua hidup berkecukupan,
kami dikaruniai seorang anak perempuan. Saat ini ia tumbuh sebagai remaja yang
giat dan aktif. Secara ekonomi, Alhamdulilah kami tidak pernah kekurangan,
bahkan bisa dibilang lebih. Suamiku adalah seorang kepala di salah satu sekolah
menengah pertama, sedangkan aku mempunyai usaha aksesoris.
Kehadiran Anak Angkat
Setelah melahirkan akan pertama, aku
difonis kanker rahim sehingga tidak bisa mempunyai keturunan lagi, aku dan Mas
Hamdan pasrah, mungkin ini cobaan dan takdir yang Allah Swt berikan untuk
keluarga kami. Karena itu perkembangan putrid semata wayang kami benar-benar
kami perhatikan. Kesibukan yang begitu padat, ternyata menguras waktu untuk putri
semata wayang kami.
Saat Sarah, putri kecilku duduk dibangku
SMP, ada seorang temannya sebut saja namanya Fatma yang mempunyai latar
belakang berbeda dengan kami. Fatma hidup ditengah-tengah keluarga yang tidak
mampu, karena itu usai lulus SMP Fatma berencana untuk putus sekolah. Melihat
kondisi Fatma, kami pun memutuskan untuk membiayai sekolah Fatma, orangtuannya
pun setuju, sebagai gantinya Fatma harus tinggal bersama kami, menjadi teman
dan saudara untuk Sarah.
Pada awalnya, kehadiran Sarah memang
tidak ada hal yang aneh, ia tumbuh kembang bersama anak kami. Hingga lulus SMA,
sampai lulus lulus perguruan tinggi dan menyandang gelar sarjana. Aku dan Mas
Hamdan pun tidak pernah mempermasalahkan sampai sejauh itu kami merawat Fatma,
karakter Fatma pun tidak ada yang buruk, anak yang penurut, sopan dan tidak
pernah menuntut.
Tabir Penghianatan
Selama tujuh tahun terakhir memang tidak
ada keanehan yang terjadi, aku dan suamiku menjalin hubungan layaknya suami
istri. Mas Hamdan sebagai kepala keluarga juga bisa membagi tugas dengan baik.
Aktivitas di luar memang banyak kami lakukan, apalagi aku sebagai wanita
karier. Keluarga kami lebih sering bertemu di malam hari,namun komunikasi tetap
terjalin dengan baik.
Kisah memilukan yang membuat keluargaa
kami retak dan aku pun memutuskan untuk bercerai terjadi beberapa bulan
kemarin. Saat itu, keanehan terjadi saat aku melihat pertumbuhan fisik Fatma
berbeda dengan remaja seumurannya. Pertumbuhan fisik yang ia alami seperti
wanita yang sedang hamil. Dia pun sering saki dan muntah-muntah. Sebagai
seorang wanita yang pernah hamil, aku tahu betul bagaimana proses perubahan
fisik wanita yang sedang hamil. Namun, ketika aku dekati anakangkatku tersebut
ia selalu bilang hanya masuk angin dan terlalu lelah bekerja. Aku pun tak
begitu berfikir negative, mungkin saja dia memang terlalu letih bekerja.
Waktu berjalan seiring perkembangan
proses perubahan tubuh Fatma yang
semakin jelas bahwa ia sedang hamil. Saat aku komunikasikan dengan Mas Hamdan
untuk mengajak Fatma berbicara, Mas Hamdan selalu menolak dia hanya bilang
‘biarkan saja dia sudah dewasa’. Meskipun aku bukan ibu kandungnya, aku selalu
memperlakukan Fatma seperti Sarah, anakku sendiri.
Lambat laun, tabir itu terungkap, aku
memaksa Fatma untuk memeriksakan keanehan yang terjadi padadirinya. Ternyata
masyaAllah, dugaanku benar, Fatma telah hamil 5 bulan. Aku sangat sedih
bagaimana bisa ia hamil di luar nikah?Siapa yang telah menghamilinya?. Aku
paksa dia mengaku siapa bapak dari jabang bayi yang ia kandung. Aku, Sarah
marah dan memaksa Fatma mengakuinya. Saat itu Mas Hamdan tidak sedang dinas di
luar kota,ia tidak tahu menaupersoalan ini.
Bagai hujan deras dikalaterik siang,
pengakuan yang keluar dari bibir Fatma membuat aku dan anakku sontaktak
percaya. Anak yang ia kandung adalah anak Mas Hamdan. Selama ini tanpa
sepengetahuan aku, Mas Hamdan sering mengajak Fatma berhubungan suami istri.
Itu pun ia lakukan tidak hanya sekali. Sejak lulus SMA ia sering menemani bapak
angkatnya tersebut di atas ranjang. Ya Allah, aku sungguh tak kuat
mendengarnya,bagaimana mungkin seorang laki-laki yang sudah berpuluh-puluh
tahun bersamaku, tega berbuat keji terhadap seorang gadis, dan selama itu pun
aku tidakpernah mengetahuinya. Fatma sendiri bersedia menuruti permintaan bejat
suamiku, karena ia selalu diberikan iming-iming, diberikan uang, barang dan
sebagainya.
Rasanya aku tak sanggup mendengar
penyelasan dari kedua orang yang aku sayangi. Setelah pengakuan Fatma kepadaku
dan Sarah, aku memutuskan untuk bercerai dengan Mas Hamdan, dia telah mencoreng
kepercayaanku. Ternyata laki-laki yang aku bangga-banggakan ternyata menyimpan
bangkai yang bau busuknya sewaktu-waktu tercium, dan hal ini pun terjadi.(Kisah ini dutulis untuk rubrik Curhat di Tabloid NURANi)
No comments:
Post a Comment