Thursday, 28 January 2016

Kisah Curhat Muslimah (2)

Tak Kusanggka
Suami dan Anak Angkatku
Menghianatiku

Aku tidak menyangka  gadis remaja yang sudah aku anggap sebagai anak kandungku sendiri tega menghianatiku. Begitu pun dengan suami yang aku kenal sebagai laki-laki yang bertanggungjawab. Ternyata menusuk dan pengkhianatiku dari belakang.

Aku tidak menyangka, rumah tangga yang sudah aku bangun selama 20 tahun ternyata menyimpan bangkai dan akhirnya harus kandas. Sebelumnya perkenalkan namaku Haniah (Nama Samaran), usiaku 51 tahun, saat ini aku tinggal di daerah Kalimantan Timur, kota seribu sungai.

Pernikahanku dengan Mas Hamdan memang sudah cukup lama. Selama itu pun kami tidak pernah konflik. Petengkaran kecil memang kerap kali terjadi, tapi hanya sebatas selisih paham saja sebagai bentuk bumbu-bumbu keharmonisan rumah tangga kami. Kami berdua hidup berkecukupan, kami dikaruniai seorang anak perempuan. Saat ini ia tumbuh sebagai remaja yang giat dan aktif. Secara ekonomi, Alhamdulilah kami tidak pernah kekurangan, bahkan bisa dibilang lebih. Suamiku adalah seorang kepala di salah satu sekolah menengah pertama, sedangkan aku mempunyai usaha aksesoris.

Kehadiran Anak Angkat
Setelah melahirkan akan pertama, aku difonis kanker rahim sehingga tidak bisa mempunyai keturunan lagi, aku dan Mas Hamdan pasrah, mungkin ini cobaan dan takdir yang Allah Swt berikan untuk keluarga kami. Karena itu perkembangan putrid semata wayang kami benar-benar kami perhatikan. Kesibukan yang begitu padat, ternyata menguras waktu untuk putri semata wayang kami.

Saat Sarah, putri kecilku duduk dibangku SMP, ada seorang temannya sebut saja namanya Fatma yang mempunyai latar belakang berbeda dengan kami. Fatma hidup ditengah-tengah keluarga yang tidak mampu, karena itu usai lulus SMP Fatma berencana untuk putus sekolah. Melihat kondisi Fatma, kami pun memutuskan untuk membiayai sekolah Fatma, orangtuannya pun setuju, sebagai gantinya Fatma harus tinggal bersama kami, menjadi teman dan saudara untuk Sarah.

Pada awalnya, kehadiran Sarah memang tidak ada hal yang aneh, ia tumbuh kembang bersama anak kami. Hingga lulus SMA, sampai lulus lulus perguruan tinggi dan menyandang gelar sarjana. Aku dan Mas Hamdan pun tidak pernah mempermasalahkan sampai sejauh itu kami merawat Fatma, karakter Fatma pun tidak ada yang buruk, anak yang penurut, sopan dan tidak pernah menuntut.


Tabir Penghianatan
Selama tujuh tahun terakhir memang tidak ada keanehan yang terjadi, aku dan suamiku menjalin hubungan layaknya suami istri. Mas Hamdan sebagai kepala keluarga juga bisa membagi tugas dengan baik. Aktivitas di luar memang banyak kami lakukan, apalagi aku sebagai wanita karier. Keluarga kami lebih sering bertemu di malam hari,namun komunikasi tetap terjalin dengan baik.

Kisah memilukan yang membuat keluargaa kami retak dan aku pun memutuskan untuk bercerai terjadi beberapa bulan kemarin. Saat itu, keanehan terjadi saat aku melihat pertumbuhan fisik Fatma berbeda dengan remaja seumurannya. Pertumbuhan fisik yang ia alami seperti wanita yang sedang hamil. Dia pun sering saki dan muntah-muntah. Sebagai seorang wanita yang pernah hamil, aku tahu betul bagaimana proses perubahan fisik wanita yang sedang hamil. Namun, ketika aku dekati anakangkatku tersebut ia selalu bilang hanya masuk angin dan terlalu lelah bekerja. Aku pun tak begitu berfikir negative, mungkin saja dia memang terlalu letih bekerja.

Waktu berjalan seiring perkembangan proses perubahan tubuh  Fatma yang semakin jelas bahwa ia sedang hamil. Saat aku komunikasikan dengan Mas Hamdan untuk mengajak Fatma berbicara, Mas Hamdan selalu menolak dia hanya bilang ‘biarkan saja dia sudah dewasa’. Meskipun aku bukan ibu kandungnya, aku selalu memperlakukan Fatma seperti Sarah, anakku sendiri.

Lambat laun, tabir itu terungkap, aku memaksa Fatma untuk memeriksakan keanehan yang terjadi padadirinya. Ternyata masyaAllah, dugaanku benar, Fatma telah hamil 5 bulan. Aku sangat sedih bagaimana bisa ia hamil di luar nikah?Siapa yang telah menghamilinya?. Aku paksa dia mengaku siapa bapak dari jabang bayi yang ia kandung. Aku, Sarah marah dan memaksa Fatma mengakuinya. Saat itu Mas Hamdan tidak sedang dinas di luar kota,ia tidak tahu menaupersoalan ini.

Bagai hujan deras dikalaterik siang, pengakuan yang keluar dari bibir Fatma membuat aku dan anakku sontaktak percaya. Anak yang ia kandung adalah anak Mas Hamdan. Selama ini tanpa sepengetahuan aku, Mas Hamdan sering mengajak Fatma berhubungan suami istri. Itu pun ia lakukan tidak hanya sekali. Sejak lulus SMA ia sering menemani bapak angkatnya tersebut di atas ranjang. Ya Allah, aku sungguh tak kuat mendengarnya,bagaimana mungkin seorang laki-laki yang sudah berpuluh-puluh tahun bersamaku, tega berbuat keji terhadap seorang gadis, dan selama itu pun aku tidakpernah mengetahuinya. Fatma sendiri bersedia menuruti permintaan bejat suamiku, karena ia selalu diberikan iming-iming, diberikan uang, barang dan sebagainya.

Rasanya aku tak sanggup mendengar penyelasan dari kedua orang yang aku sayangi. Setelah pengakuan Fatma kepadaku dan Sarah, aku memutuskan untuk bercerai dengan Mas Hamdan, dia telah mencoreng kepercayaanku. Ternyata laki-laki yang aku bangga-banggakan ternyata menyimpan bangkai yang bau busuknya sewaktu-waktu tercium, dan hal ini pun terjadi.(Kisah ini dutulis untuk rubrik Curhat di Tabloid NURANi)



No comments:

Post a Comment