Thursday, 28 January 2016

Kisah Curhat Muslimah (6)

Karena Orangtua
Kami Berpisah

Rumah tangga yang kami bangun hampir dua tahun harus kandas ditengah jalan hanya karena ingin membahagiakan orangtua kami. Aku dan suamiku harus mengambil jalan dengan sebuah kata perceraian.

Pembaca yang dirahmati oleh Allah. Perkenalkan namaku Nurul Hidayati, usiaku 25 tahun.Aku baru saja bercerai dengan suamiki di pengadilan agama kota Sidoarjo. Keputusan ini aku ambil demi kebaikan aku, orangtua dan anakku. Jika ada jalan lain untuk mempersatukan janji suci pernikahan kami, aku memilih hal itu, bukan sebuah perceraian.
Perkenalanku dengan Mas Ari, suamiku terjadi ketika kami duduk di bangku kuliah. Saat itu aku sedang belajar di Akademi kebidanan. Aku dan Mas Ari saling kenal ketika aku sedang tugas praktek di salah satu rumah sakit angkatan laut. Dan suamiku, Mas Ari sedang bekerja ditempatkan disana.
Aku dan Mas Ari menjalin kasih hampir 2 tahun hingga akhirnya kami memutuskan untuk melanjutkan hubungan yang serius yaitu ke jenjang pernikahan setelah aku lulus kuliah. Kedua orangtua kami pun memberikan restu atas pernikahan kami. Sebagai wanita sungguh luar biasa kebahagiaan yang aku rasakan. Menikah dengan laki-laki pilihanku dan orangtua kami pun menyetujuinya.
Setahun menikah hubungan kami pun berlangsung bahagia. Kami pun dikaruniai seorang anak laki-laki yang saat ini berumur 6 bulan. Pertengkaran terkadang menyelimuti hiruk pikuk keluarga kami, tapi kami pun bisa menyelesaikannya dengan baik.


Orangtua Ikut Campur
Memasuki usia kedua pernihakan kami. Keharmonisan keluargaku mulai berkurang. Hal ini dipicu dari orangtua suamiku, ibu mertuaku. Selama ini hubunganku dnegan ibu suamiku sangatlah baik.
PErnah sekali, ibu mertuaku ini terserang penyakit parah. Penyakit kanker yang diidapnya mengharuskan beliau untuk dirawat di rumah sakit. Hampir dua bulan aku merawat mertuaku ini, dan pada saat itu suamiku sedang bertugas di luar daerah.
Entah mengapa saat sakit, ibu mertuaku berubah. Ia sering memarahiku, memfitnahku di depan Mas Ari. Padahal selama ia sakit, aku rela meluangkan waktuku untuk menjaga mertuaku tersebut, namun ia selalu berkata kepada MAs Ari aku sama sekali tidak pernah menjenguk bahkan merawatnya.
Aku pun bercerita kepada orantuaku atas tindakan mertuaku. Seabgai orangtua, ibuku pun marah dengan perlakuan besannya tersbeut, kenapa dia tega memfitnah dan mengatakan hal yang tidak baik kepada anaknya.
Intervensi dari orangtuaku pun menyulut amarah di antara hubungan kami berdua. Mas Ari yang tidak mau orangtuanya disalahkan dan dimarahi, begitupula dengan aku, aku tidak ingin Mas Ari menyalahkan tindakan ibuku. Berawal dari sinilah hubungan keluarga kami memburuk. Kedua orangtua kami saling menjelekkan, saling memfitnah dan saling membenarkan diri. Aku dan Mas Ari pun sempat pisa rumah beberapa bulan karena masing-masing oranttua kami tidak ingin anaknya terus disakiti dan disalahkan.

Pisah Rumah
Semakin lama kemelut keluarga kami tak kunjung usai. Tidak ada titik temu yang bisa meredakan amarah orangtua kami. Aku dan Mas Ari pun bingung apa yang harus dilakukan. kami masih mendahulukan ego masing-masing.
PErnah suatu kali, saat aku bearda di rumah mertuaku, aku mendengar percakapan, bahwa Mas Ari diminta untuk menceraikan aku, alasannya sepele karena aku tidak setara dengan keluargnya. Mendengar hal tersebut hatiku terasa sangat sakit. Perlu diketahui, selama ini MAs Ari tidak pernah membantah orangtuanya, MAs Ari adalah seorang anak tunggal. Ia tidak perna menolak permintaan orangtuanya termasuk menceraikanku.
Lagi-lagi aku bercerita dengan ibuku, mendengarnya, orangtuakupun tidak terima. Ia juga mendukung agar aku segera bercerai dengan MAs Ari. Aku bingung apa yang harus aku lakukan saat itu.
Setelah hampir setahun dalam kondisi yang sama, aku dan Mas Ari pun sudah pisah rumah, menenangkan diri mencari solusi apa yang harus diambil. Namun, tidak pernah ada titik temu.Komunikasi semakin berkurang, aku membesarkan anakku sendirian, sebulan sekali bahkan hampir beberapa bulan MAs Ari datang menemui anakku.

Melihat kondisi keluargaku seperti ini, tubuhku pun mulai kurus memikirkan pernikahan kami. Orangtuaku pun terus mendukung untuk segera bercerai. Dengan perasaan sedih dan bersalah terhadap anak semata wayangku, aku pun memutuskan untuk berpisah dengan Mas Ari. Ini semua demi kebahagiaan orangtuaku.(Tulisan ini ditulis untuk rubrik Curhat di Tabloid NURANi)

No comments:

Post a Comment