Thursday, 28 January 2016

Kisah Curhat Muslimah (3)

Karena Jabatan
Suamiku Tega Tinggalkanku

Laki-laki yang aku cintai ternyata lebih memilih jabatan dari pada diriku. Untuk menghalalkan langkahnya tersebut, ia pun rela menjalin hubungan gelap dengan perempuan lain,yang tidak lain adalah mantan atasannku sendiri. Astagfirullah!

Aku terlahir sebagai seorang perempuan sederhana, hidup di tengah-tengah keluarga yang sederhana pula. Karirku sebagai supervisor sebuah perusahaan tekstil tekenal di Jawa Barat aku peroleh dari usaha yang cukup keras. Aku memulainya dari bawah sebagai karyawan biasa.Di puncak karirku ini,terpaksa ku hentikan karena seorang pemuda pekerja keras yang mampu memikat hatiku. Dia adalah Ridho, rekan kerjaku sendiri.

Perkenalkan namaku Hanifah (nama Samaran), aku baru saja memutuskan bercerai dengan suamiku, dua bulan lalu di pengadilan Agama Kota Jawa Barat. Pernikahan yang baru saya kami bangun dua tahun ini harus kandas karena sebuah jabatan. Suamiku tega mengkhianatiku, wanita yang banyak berkorban untuk karirnya. Ia pun memilih berhubungan gelap dengan wanita, karena dia hanya sekadar mengejar jabatan semata.

Resign Kerja
Bisa dibilang perusahaan tempat aku bekerja memiliki jasa yang sangat penting bagi kehidupanku. Di tempat inilah aku dan Mas Ridho dipertemukan dalam sebuah kesempatan. Aku lebih dulu bekerja di perusahaan ini sebelum Mas Ridho bekerja.
WAktu itu dia adalah karyawan baru, dan aku sebagai supervisor harus membimbingnya, memeprkenalkan teknis kerja dan segala macamnya. Mas Ridho memang terkenal sebagai orang yang sangat cekatan, dibanding dengan karyawan baru lainnya, Mas Ridho lebih unggul, tidak butuh waktu lama untuk menjadi karyawan tetap, perusahaanpun mengangkatnya sebagai karyawan tetap.
Dibawah bimbinganku sebagai siupervisor, disitulah intensitas pertemuan kami saat bekerja. Saat itu kami pun sama-sama single, sedang tidak menjalin hubungan dengan laki-laki atau perempuan mananpun. Lambat laun, karena sering mengobrol, dan tukar fikiran dari mulai pekerjaan, hingga permasalahan pribadi, kami berduapun merasa saling mempunyai kecocokan satu sama lain.
Hubungan yang tidak hanya sebatas rekan kerja pun kami jalanai sekitar setengah tahun. Hal ini pun tanpa sepengatahuan perusahaan, karena di awal kontrak kerja yang kami tanda tangani, dilarang menjalin hubungan dengan sesama rekan kerja apalagi menjadi suami istri, salah satu diantara dua pasangan ini harus keluar dari perusahaan.
Setelah enam bulan kami menjalin hubungan, kami pun berfikir untuk serius, usia kamu pun sudah mencukupi untuk melangkah ke jenjang sebuah pernikahan. Kita tahu konsekuensi yang kami terima jika kami berdua menikah adalah, salah satu diatara kami berdua harus kekluar dari perusahaan.
Setelah yakin dengan keputusan yang diambil secara musyawarah antara aku dan Mas Ridho, juga kedua keluarga besar kami berdua, aku memutuskan untuk keluar dari perusahaan. MEskipun karirku saat ini bisa dibilang di titik keemasan, aku mengalah, biarlah Mas Ridho yang terus bekerja disana, aku yakin karirnya pun cepat melejit karena analisis pasar, dan ide-idenya untuk memajukan perusahaan yang bagitu bagus, pasti ia akan cepat di promosikan jabatan yang lebih tinggi. AKu akan mencari pekerjaan lain, atau menjadi ibu rumah tangga,mengurus keperluan keluarga.


Bisnis Lancar
Kami pun resmi menikah. Awal kehidupan kami jalanin begitu sederhana. Aku yang tidak ingin diam di rumah, Mas Ridho membukakan sebuah toko baju untukku. AKu pun menikmati pekerjaanku sebagai ibu rumah tangga sekaligus seorang bisnis woman. Sedangkan Mas Ridho pun juga sangat konsen dengan pekerjaannya.
Ternyta prediksiku sebelum menikah benar, seorang Mas Ridho yang begitu cekatan, cerdas, dan ulet bekerja tidak butuh waktu lama untuk mencapai karirnya di perusahaan tempat aku bekerja dulu.
Ia pun diangkat perusahaan sebagai Asisten Wakil Manager. Diangkatnya dia sebagai manager pastilah membawa kebahagiaan buatku sebagai seorang istri. Kehidupan kami pun semakin baik dan bahagia. Namun, setahun kami menikah kami belum juga di karuniai seorang anak.
Sebagai asisten WAkil MAnager, pekerjaan MAs Ridho semakin padat, ia sering menggantikan Ibu Feni, Wakil Manager Perusahaan, untuk rapat dan menemui berbagai klien.
KEsibukannya pun sering kali membuat dirinya tidak pulang ke rumah. AKu pun mulai merasakan bahwa waktu bersama dan bercengkrama denganku pun mulai berkurang. AKu tahu suamiku ini adalah seorang pekerja keras, aku pun tidak pernah mempermasalahkan hal tersebut. Akupun disibukkan dengan bisnis baju yang semakin ramai.

Hubungan Gelap
Lambat laun, aku merasa kesibukan Mas Ridho dengan pekerjaannya makin lama tidak wajar. Hampir dalam seminggu dia full pekerja, tidak ada waktu untuku, atau berkunjung ke rumah keluarga. Pulangnya pun larut malam. sebelumnya, MAs Ridho sering mendiskusikan soal pekerjaan kepadaku ketika mau tidur. Tapi, hampir dua bulan ini tidak ada komunikasi seperti itu, dia pulang larut malam, kemudian langsung tidur tanpa berkata apapaun.
Keanehan ini semakin menjadi, saat aku bertanya kenapa dia sering sekali menggantikan Bu Feni atau menemani Bu Feni untuk meeting atau bertemu dengan klien. BUkankah seorang asisten pekerjaannya tidak sebanyak itu.
Tiada angin tiada hujan, pertanyaan sederhana tersebut disambutnya dengan sebuah amarah besar. Sarapan pagi yang aku buatkan pun ia banting tanpa alasan. Sejak saat itu, hubungan kami tidak membaik, entah apa yang membuatnya begitu. Salahkah aku bertanya demikian?
Sebelumnya, perlu diketahui, Bu Feni adalah janda muda kaya raya yang menjadi salah satu punggawa dari perusahaan tempat kami bekerja dulu. Sebelum Mas Ridho bekerja disana, saaat aku menjadi karyawan biasa, aku sering mendengar rumor yang tidak enak tentangnya. Bu Feni selalu dikabarkan suka menjalin hubungan gelap dengan ebberapa karyawannya.
Saat itu, aku sebagia karyawan tidak pernah memikirkan gosip-gosip tidak jelas, aku hanya bekerja dan melaksanakan kewajibannku sebagai karyawan.
Ternyata, bangkai yang disimpan dengan sangat rapi, pasti akan tercium. Malam itu, Mas Ridho pulang larut malam. Seperti biasanya ia langsung pergi tidur. Saat itu, hatiku tidak tenang, melihat wajah suamiku yang aku cintai tidu disamping aku, rasanya sangat berbeda, ia sudah ebrbeda, ia tidak perhatian dan terbuka seperti dulu.
Tiba tiba terdengar dering sms terdengar dari hp mas ridho. Tak biasanya aku curiga dengan sms atau telon dari hapenya. Kali ini hatiku tergelitik, siapa yang sms malam-malam begini. AKu buka perlahan pesan tersbut, ternyata dari Bu Feni. Disana tertulis ucapan terimaksih, karena selama ini telah memberikan kebahagiaan secara batin untuknya, dan dua hari lagi ia akan di promosikan jabatan yang lebih tinggi, dan sebuah proyek akan diserahkan kepadanya. Membaca sms tersebutt, hatiku terasa tertusuk. Malamku pun semakin sunyi dengan diliputi berbagai parsangka dan pertanyaan.

Aku Dikhianati
Paginya, aku pun menanyakan kebenaran pesan tersebut. Tanpa perasaan bersalah, MAs Ridho menjelaskan bahwa dirinya selama ini mempunyai hubungan dengan Bu Feni di belakangku. Yang lebih menyakitkan lagi, hubungan itu tidak hanya sebatas teman kencan, tapi sudah jauh dari hubungan layaknya suami istri. Hatiku benar-benar tertusuk. AKu dikhianati.

Aku memutuskan untuk bercerai dengannya, aku tidak ingin hidup bersama laki-laki yang menyia-nyiakan seorang wanita hanya sebuah jabatan. Kami pun resmi bercerai. Saat ini pun Mas Ridho diangkat menjadi Asisten Manager, Bu Feni mengundurkan diri. Terdengar kabar nan jauh diasana, setelah resmi bercerai denganku, Mas Ridho tinggal dengan Bu Feni, menjalani hidup dengannya.(Tulisan ini ditulis untuk rubrik Curhat di Tabloid NURANi)

No comments:

Post a Comment