Karena Jabatan
Suamiku Tega Tinggalkanku
Laki-laki
yang aku cintai ternyata lebih memilih jabatan dari pada diriku. Untuk
menghalalkan langkahnya tersebut, ia pun rela menjalin hubungan gelap dengan
perempuan lain,yang tidak lain adalah mantan atasannku sendiri. Astagfirullah!
Aku terlahir sebagai seorang perempuan
sederhana, hidup di tengah-tengah keluarga yang sederhana pula. Karirku sebagai
supervisor sebuah perusahaan tekstil tekenal di Jawa Barat aku peroleh dari usaha
yang cukup keras. Aku memulainya dari bawah sebagai karyawan biasa.Di puncak
karirku ini,terpaksa ku hentikan karena seorang pemuda pekerja keras yang mampu
memikat hatiku. Dia adalah Ridho, rekan kerjaku sendiri.
Perkenalkan namaku Hanifah (nama Samaran),
aku baru saja memutuskan bercerai dengan suamiku, dua bulan lalu di pengadilan
Agama Kota Jawa Barat. Pernikahan yang baru saya kami bangun dua tahun ini
harus kandas karena sebuah jabatan. Suamiku tega mengkhianatiku, wanita yang
banyak berkorban untuk karirnya. Ia pun memilih berhubungan gelap dengan
wanita, karena dia hanya sekadar mengejar jabatan semata.
Resign Kerja
Bisa dibilang perusahaan tempat aku
bekerja memiliki jasa yang sangat penting bagi kehidupanku. Di tempat inilah
aku dan Mas Ridho dipertemukan dalam sebuah kesempatan. Aku lebih dulu bekerja
di perusahaan ini sebelum Mas Ridho bekerja.
WAktu itu dia adalah karyawan baru, dan
aku sebagai supervisor harus membimbingnya, memeprkenalkan teknis kerja dan
segala macamnya. Mas Ridho memang terkenal sebagai orang yang sangat cekatan,
dibanding dengan karyawan baru lainnya, Mas Ridho lebih unggul, tidak butuh
waktu lama untuk menjadi karyawan tetap, perusahaanpun mengangkatnya sebagai
karyawan tetap.
Dibawah bimbinganku sebagai siupervisor,
disitulah intensitas pertemuan kami saat bekerja. Saat itu kami pun sama-sama
single, sedang tidak menjalin hubungan dengan laki-laki atau perempuan
mananpun. Lambat laun, karena sering mengobrol, dan tukar fikiran dari mulai
pekerjaan, hingga permasalahan pribadi, kami berduapun merasa saling mempunyai
kecocokan satu sama lain.
Hubungan yang tidak hanya sebatas rekan
kerja pun kami jalanai sekitar setengah tahun. Hal ini pun tanpa sepengatahuan
perusahaan, karena di awal kontrak kerja yang kami tanda tangani, dilarang
menjalin hubungan dengan sesama rekan kerja apalagi menjadi suami istri, salah
satu diantara dua pasangan ini harus keluar dari perusahaan.
Setelah enam bulan kami menjalin
hubungan, kami pun berfikir untuk serius, usia kamu pun sudah mencukupi untuk
melangkah ke jenjang sebuah pernikahan. Kita tahu konsekuensi yang kami terima
jika kami berdua menikah adalah, salah satu diatara kami berdua harus kekluar
dari perusahaan.
Setelah yakin dengan keputusan yang
diambil secara musyawarah antara aku dan Mas Ridho, juga kedua keluarga besar
kami berdua, aku memutuskan untuk keluar dari perusahaan. MEskipun karirku saat
ini bisa dibilang di titik keemasan, aku mengalah, biarlah Mas Ridho yang terus
bekerja disana, aku yakin karirnya pun cepat melejit karena analisis pasar, dan
ide-idenya untuk memajukan perusahaan yang bagitu bagus, pasti ia akan cepat di
promosikan jabatan yang lebih tinggi. AKu akan mencari pekerjaan lain, atau
menjadi ibu rumah tangga,mengurus keperluan keluarga.
Bisnis Lancar
Kami pun resmi menikah. Awal kehidupan
kami jalanin begitu sederhana. Aku yang tidak ingin diam di rumah, Mas Ridho
membukakan sebuah toko baju untukku. AKu pun menikmati pekerjaanku sebagai ibu
rumah tangga sekaligus seorang bisnis woman. Sedangkan Mas Ridho pun juga
sangat konsen dengan pekerjaannya.
Ternyta prediksiku sebelum menikah
benar, seorang Mas Ridho yang begitu cekatan, cerdas, dan ulet bekerja tidak
butuh waktu lama untuk mencapai karirnya di perusahaan tempat aku bekerja dulu.
Ia pun diangkat perusahaan sebagai
Asisten Wakil Manager. Diangkatnya dia sebagai manager pastilah membawa
kebahagiaan buatku sebagai seorang istri. Kehidupan kami pun semakin baik dan
bahagia. Namun, setahun kami menikah kami belum juga di karuniai seorang anak.
Sebagai asisten WAkil MAnager, pekerjaan
MAs Ridho semakin padat, ia sering menggantikan Ibu Feni, Wakil Manager
Perusahaan, untuk rapat dan menemui berbagai klien.
KEsibukannya pun sering kali membuat
dirinya tidak pulang ke rumah. AKu pun mulai merasakan bahwa waktu bersama dan
bercengkrama denganku pun mulai berkurang. AKu tahu suamiku ini adalah seorang
pekerja keras, aku pun tidak pernah mempermasalahkan hal tersebut. Akupun
disibukkan dengan bisnis baju yang semakin ramai.
Hubungan Gelap
Lambat laun, aku merasa kesibukan Mas
Ridho dengan pekerjaannya makin lama tidak wajar. Hampir dalam seminggu dia
full pekerja, tidak ada waktu untuku, atau berkunjung ke rumah keluarga.
Pulangnya pun larut malam. sebelumnya, MAs Ridho sering mendiskusikan soal
pekerjaan kepadaku ketika mau tidur. Tapi, hampir dua bulan ini tidak ada
komunikasi seperti itu, dia pulang larut malam, kemudian langsung tidur tanpa
berkata apapaun.
Keanehan ini semakin menjadi, saat aku
bertanya kenapa dia sering sekali menggantikan Bu Feni atau menemani Bu Feni
untuk meeting atau bertemu dengan klien. BUkankah seorang asisten pekerjaannya
tidak sebanyak itu.
Tiada angin tiada hujan, pertanyaan
sederhana tersebut disambutnya dengan sebuah amarah besar. Sarapan pagi yang
aku buatkan pun ia banting tanpa alasan. Sejak saat itu, hubungan kami tidak
membaik, entah apa yang membuatnya begitu. Salahkah aku bertanya demikian?
Sebelumnya, perlu diketahui, Bu Feni
adalah janda muda kaya raya yang menjadi salah satu punggawa dari perusahaan
tempat kami bekerja dulu. Sebelum Mas Ridho bekerja disana, saaat aku menjadi
karyawan biasa, aku sering mendengar rumor yang tidak enak tentangnya. Bu Feni
selalu dikabarkan suka menjalin hubungan gelap dengan ebberapa karyawannya.
Saat itu, aku sebagia karyawan tidak
pernah memikirkan gosip-gosip tidak jelas, aku hanya bekerja dan melaksanakan
kewajibannku sebagai karyawan.
Ternyata, bangkai yang disimpan dengan
sangat rapi, pasti akan tercium. Malam itu, Mas Ridho pulang larut malam.
Seperti biasanya ia langsung pergi tidur. Saat itu, hatiku tidak tenang,
melihat wajah suamiku yang aku cintai tidu disamping aku, rasanya sangat
berbeda, ia sudah ebrbeda, ia tidak perhatian dan terbuka seperti dulu.
Tiba tiba terdengar dering sms terdengar
dari hp mas ridho. Tak biasanya aku curiga dengan sms atau telon dari hapenya.
Kali ini hatiku tergelitik, siapa yang sms malam-malam begini. AKu buka
perlahan pesan tersbut, ternyata dari Bu Feni. Disana tertulis ucapan
terimaksih, karena selama ini telah memberikan kebahagiaan secara batin
untuknya, dan dua hari lagi ia akan di promosikan jabatan yang lebih tinggi,
dan sebuah proyek akan diserahkan kepadanya. Membaca sms tersebutt, hatiku
terasa tertusuk. Malamku pun semakin sunyi dengan diliputi berbagai parsangka
dan pertanyaan.
Aku Dikhianati
Paginya, aku pun menanyakan kebenaran
pesan tersebut. Tanpa perasaan bersalah, MAs Ridho menjelaskan bahwa dirinya
selama ini mempunyai hubungan dengan Bu Feni di belakangku. Yang lebih
menyakitkan lagi, hubungan itu tidak hanya sebatas teman kencan, tapi sudah
jauh dari hubungan layaknya suami istri. Hatiku benar-benar tertusuk. AKu
dikhianati.
Aku memutuskan untuk bercerai dengannya,
aku tidak ingin hidup bersama laki-laki yang menyia-nyiakan seorang wanita
hanya sebuah jabatan. Kami pun resmi bercerai. Saat ini pun Mas Ridho diangkat
menjadi Asisten Manager, Bu Feni mengundurkan diri. Terdengar kabar nan jauh
diasana, setelah resmi bercerai denganku, Mas Ridho tinggal dengan Bu Feni,
menjalani hidup dengannya.(Tulisan ini ditulis untuk rubrik Curhat di Tabloid NURANi)
No comments:
Post a Comment