Keluargaku
Lebih
Memilih
Orang Lain
Karma itu ternyata ada. Kesalahan yang aku perbuat
di masa lalu ternyata berdampak pada kehidupan rumah tanggaku sekarang. Suami
yang aku cintai lebih memilih perempuan lain, begitupun dengan anak semata
wayangku. Mereka lebih memilih dengan orang lain dari hidup denganku.
Perkenalkan, namaku Aminah (nama samaran). Usiaku kini 38 tahun. Aku
baru saja bercerai dengan suamiku. Anakku pun pergi meninggalkan aku.
Kesalahan Masa Lalu
Setiap
manusia pasti mempunyai masa lalu yang kelam. Begitu juga dalam kehidupanku.
Aku adalah mantan pekerja seks komersial. Saat duduk dibangku SMA, aku mulai
menggeluti pekerjaan ini. Tidak setiap hari aku melakukan pekerjaan ini. Aku
hanya bersenang-senang saja. Dan kehidupan yang pas-pasan membuatku melakukan
pekerjaan ini.
Saat
itu aku hanya berfikir kesenangan belaka. Tidak pernah memikirkan bagaimana
perasaan kedua orangtuaku. Ketika orangtuaku mengetahui pekerjaan haram yang
aku lakukan. Mereka sangat marah dan mengusirku dari rumah. Dengan kepercayaan
diri yang aku punya,berfikir apa yang aku lakukan selalu benar. Akupun pergi
dari rumah, memilih hidup sesuai dengan keinginanku.
Beberapa
bulan setelah aku pergi meninggalkan rumah. Aku pun kembali mencari orangtuaku,
datang dengan membawa penyesalan. Aku kembali dengan berbadan dua. Semarah-marahnya
orang tua, ketika anak mereka mendapat musibah, uluran tangan mereka selalu ada
setiap waktu.
Pemuda Yang Ikhlas
Kebingungan
menyelimutiku. Aku menyesal dan sadar apa yang aku lakukan dimasa lalu adalah
kesalahan yang sangat fatal. Kehamilan di luar nikah membuatku mulai menata
diri menjadi orang yang lebih baik. Ada seorang pemuda sebut saja namanya
Hamdan. Teman kecil sekaligus cinta monyetku.
Dengan
segala kekurangan yang aku miliki ia menerima aku apa adanya. Pernikahan
sederhana kami lakukan. Dari dulu Mas Hamdan selalu baik kepadaku, saat
pekerjaan hina itu aku lakoni dia hanya bilang, suatu saat aku akan mengerti
akan arti kehidupan dengan sendirinya. Saat itui aku menikah di usia 19 tahun.
Aku
melahirkan seorang anak perempuan. Meskipun ini bukan buah hati Mas Hamdan, ia
sangat menyayanginya. Aku bersyukur memiliki suami sepertinya. Aku pun mulai
belajar menjadi istri solehan dari Mas Hamdan. Tanpa melihat masa laluku yang
kelam. Kami menjalani kehidupan yang harmonis tanpa ada kemelut.
Suami Mulai Berubah
Hampir
20 tahun usia pernikahanku. Selama itu aku tidak pernah diijinkan bekerja oleh
Mas Hamdan. Selama ini aku hanya fokus mengurus keperluan rumah tangga dan
anak. Saat ini pun karirnya semakin melonjak. Ia pun jarang pulang ke rumah.
Mas Hamdan lebih sering kerja di luar kota.
Perhatiannya
kepada keluarga mulai berkurang. Aku hanya berfikir positif, mungkin karena
pekerjaan yang terlalu padat dan melelahkan mengakibatkan perhatiannya kepada
kami berkurang. Aku hanya berdoa agar Allah Swt selalu menjaga suamiku.
Anakku,
Putri pun mulai beranjak dewasa. Aku melihat dirinya tidak jauh berbeda
denganku dulu ketika masih muda. Mempunyai sifat tertutup, cenderung menjawab
ketika ditanya. Namun begitu ia selalu menuruti perkataanku tanpa pernah
membantah.
Tabir Itu Terkuak
Kehidupan
keluargaku yang kurasa baik-baik saja selama ini ternyata menyimpan bangkai.
Aku terkejut ketika suatu malam,saat suamiku pulang kerja dari luar kota ia
pulang bersama seorang perempuan. Bagai tersambar petir di siang hari. Suamiku
mengaku bahwa ia telah menjalin hubungan dengan dengan perempuan tersebut. Serasa
badan tidak bertulang, seluruh tubuhku lemas tak berdaya mendengar pengakuan
suamiku.
Dua
tahun sudah Mas Hamdan menjalin hubungan dengan perempuan tersebut. Secara apik
dan rapi ia menutupinya dariku. Dan ia meminta ijin kepadaku untuk menikah
lagi. Aku benar-benar tak sanggup mendengarnya. Lebih menyakitkan lagi,
ternyata anak semata wayangku telah lama mengenal perempuan ini. Anakkupun
telah menyetujui ayahnya menikah lagi.
Aku
sungguh tak sanggup, kenapa orang yang aku sayangi tega menghianatiku. Baik
suami dan anakku. Mungkin rasa sakit ini juga yang pernah orangtuaku rasakan
ketika aku pergi meninggalkan rumah.
Aku
tak sanggup jika dimadu. Aku memutuskan untuk berpisah dengan suamiku. Suamiku
tidak mau melepaskan perempuan tersebut. Aku lebih baik mengalah, mungkin ini nasib
dan jalan takdir buatku. Anakku pun ikut dengan suamiku. Kami berpisah secara
baik-baik. (Tulisan ini ditulis untuk rubrik Curhat di Tabloid NURANi)
No comments:
Post a Comment