Thursday, 28 January 2016

Kisah Curhat Muslimah (1)


Keluargaku Lebih
Memilih Orang Lain

Karma itu ternyata ada. Kesalahan yang aku perbuat di masa lalu ternyata berdampak pada kehidupan rumah tanggaku sekarang. Suami yang aku cintai lebih memilih perempuan lain, begitupun dengan anak semata wayangku. Mereka lebih memilih dengan orang lain dari hidup denganku.
Perkenalkan, namaku Aminah (nama samaran). Usiaku kini 38 tahun. Aku baru saja bercerai dengan suamiku. Anakku pun pergi meninggalkan aku.
Kesalahan Masa Lalu
Setiap manusia pasti mempunyai masa lalu yang kelam. Begitu juga dalam kehidupanku. Aku adalah mantan pekerja seks komersial. Saat duduk dibangku SMA, aku mulai menggeluti pekerjaan ini. Tidak setiap hari aku melakukan pekerjaan ini. Aku hanya bersenang-senang saja. Dan kehidupan yang pas-pasan membuatku melakukan pekerjaan ini.
Saat itu aku hanya berfikir kesenangan belaka. Tidak pernah memikirkan bagaimana perasaan kedua orangtuaku. Ketika orangtuaku mengetahui pekerjaan haram yang aku lakukan. Mereka sangat marah dan mengusirku dari rumah. Dengan kepercayaan diri yang aku punya,berfikir apa yang aku lakukan selalu benar. Akupun pergi dari rumah, memilih hidup sesuai dengan keinginanku.
Beberapa bulan setelah aku pergi meninggalkan rumah. Aku pun kembali mencari orangtuaku, datang dengan membawa penyesalan. Aku kembali dengan berbadan dua. Semarah-marahnya orang tua, ketika anak mereka mendapat musibah, uluran tangan mereka selalu ada setiap waktu.
Pemuda Yang Ikhlas
Kebingungan menyelimutiku. Aku menyesal dan sadar apa yang aku lakukan dimasa lalu adalah kesalahan yang sangat fatal. Kehamilan di luar nikah membuatku mulai menata diri menjadi orang yang lebih baik. Ada seorang pemuda sebut saja namanya Hamdan. Teman kecil sekaligus cinta monyetku.
Dengan segala kekurangan yang aku miliki ia menerima aku apa adanya. Pernikahan sederhana kami lakukan. Dari dulu Mas Hamdan selalu baik kepadaku, saat pekerjaan hina itu aku lakoni dia hanya bilang, suatu saat aku akan mengerti akan arti kehidupan dengan sendirinya. Saat itui aku menikah di usia 19 tahun.
Aku melahirkan seorang anak perempuan. Meskipun ini bukan buah hati Mas Hamdan, ia sangat menyayanginya. Aku bersyukur memiliki suami sepertinya. Aku pun mulai belajar menjadi istri solehan dari Mas Hamdan. Tanpa melihat masa laluku yang kelam. Kami menjalani kehidupan yang harmonis tanpa ada kemelut.

Suami Mulai Berubah
Hampir 20 tahun usia pernikahanku. Selama itu aku tidak pernah diijinkan bekerja oleh Mas Hamdan. Selama ini aku hanya fokus mengurus keperluan rumah tangga dan anak. Saat ini pun karirnya semakin melonjak. Ia pun jarang pulang ke rumah. Mas Hamdan lebih sering kerja di luar kota.
Perhatiannya kepada keluarga mulai berkurang. Aku hanya berfikir positif, mungkin karena pekerjaan yang terlalu padat dan melelahkan mengakibatkan perhatiannya kepada kami berkurang. Aku hanya berdoa agar Allah Swt selalu menjaga suamiku.
Anakku, Putri pun mulai beranjak dewasa. Aku melihat dirinya tidak jauh berbeda denganku dulu ketika masih muda. Mempunyai sifat tertutup, cenderung menjawab ketika ditanya. Namun begitu ia selalu menuruti perkataanku tanpa pernah membantah.
Tabir Itu Terkuak
Kehidupan keluargaku yang kurasa baik-baik saja selama ini ternyata menyimpan bangkai. Aku terkejut ketika suatu malam,saat suamiku pulang kerja dari luar kota ia pulang bersama seorang perempuan. Bagai tersambar petir di siang hari. Suamiku mengaku bahwa ia telah menjalin hubungan dengan dengan perempuan tersebut. Serasa badan tidak bertulang, seluruh tubuhku lemas tak berdaya mendengar pengakuan suamiku.
Dua tahun sudah Mas Hamdan menjalin hubungan dengan perempuan tersebut. Secara apik dan rapi ia menutupinya dariku. Dan ia meminta ijin kepadaku untuk menikah lagi. Aku benar-benar tak sanggup mendengarnya. Lebih menyakitkan lagi, ternyata anak semata wayangku telah lama mengenal perempuan ini. Anakkupun telah menyetujui ayahnya menikah lagi.
Aku sungguh tak sanggup, kenapa orang yang aku sayangi tega menghianatiku. Baik suami dan anakku. Mungkin rasa sakit ini juga yang pernah orangtuaku rasakan ketika aku pergi meninggalkan rumah.
Aku tak sanggup jika dimadu. Aku memutuskan untuk berpisah dengan suamiku. Suamiku tidak mau melepaskan perempuan tersebut. Aku lebih baik mengalah, mungkin ini nasib dan jalan takdir buatku. Anakku pun ikut dengan suamiku. Kami berpisah secara baik-baik. (Tulisan ini ditulis untuk rubrik Curhat di Tabloid NURANi)

No comments:

Post a Comment