Jodoh Itu Datang
Lalu Pergi
Dibalik kesuksesanku dalam mencapai karir,
ternyata tidak diimbangi dengan kemudahan dalam mencari jodoh. Aku harus terus
bersabar dan bersabar, menunggu kebahagiaan lain yang Allah berikan kepadaku.
Nama saya Aini (bukan nama sebenarnya). Sebuah pernikahan yang
indah dan bahagia selalu diimpikan oleh seorang wanita, khususnya seperti aku
yang kini berusia 45 tahun. Di usia ini memang cukup terlambat untuk memikirkan
sebuah pernikahan. Setelah sekian lama aku menunggu jodoh datang kepadaku, Allah
pun menjawab doa-doaku. Namun, Allah ternyata terlalu cepat mengambil
kebahagiaan ini, usia pernikahannku baru saja empat bulan, suamiku pergi meninggalkanku
untuk selama-lamanya. Allah mengambilnya dari sisiku.
Karir dan Pendidikan
Bisa dibilang, aku adalah wanita yang gila
akan pendidikan, dan gila karir. Selama hidup, aku tidak pernah memikirkan
persoalan asmara. Selama duduk dibangku sekolah dan kuliah aku hanya sekali menjalin
hubungan dengan seorang laki-laki. Waktu itu aku berfikir tak penting kita
memikirkan persoalan cinta, yang terpenting bagiku adalah pendidikan dan karir.
Usai lulus kuliah di manajemen akutansi
Universitas Indonesia, aku langsung bekerja di sebuah perusahaan milik negara. Sembari
bekerja, aku pun tidak ingin berhenti mengenyam pendidikan. Aku pun melanjutkan
pendidikan pasca sarjana di kampus yang serupa.
Sebagai seorang wanita, mungkin orang
melihat hidupku ini sangat sempurna, berpendiidkan tinggi, bekerja dan
mempunyai posisi yang bagus di sebuah perusahaan. Buatku, kesuksesan ini aku
raih dengan segala kerja keras, usaha dan doa selama ini.
Dengan waktu yang singkat, aku pun dengan
cepat menyelesaikan gelar magister ekonomi. Dengan rejeki yang berkecukupan aku
pun juga mengambil langkah cepat untuk segera menyelesaikan pendidikan dokterku
di kampus yang sama. Karir dan pendidikan Allah berikan dengan mudah kepadaku,
aku jalani semua itu dengan baik, Allah benar-benar sayang kepadaku.
Jodoh Tak Kunjung Datang
Sampai di usiaku sampai 38 tahun aku menikmati
semua pekerjaanku. Akupun tidak pernah meninggalkan kewajibanku sebagai seorang
hamba tuhan dan sebagai seorang anak. Aku selalu menjalankan kewajibanku
sebagai seorang muslimah, tak lupa aku pun membagi kebahagiaanku dengan kedua
orangtuaku.
Ditengah-tengah puncak karir, dan usiaku
semakin bertambah. Aku pun tak pernah memikirkan pernikahan. Aku senang dengan
kehidupanku yang saat itu. Entah kenapa persoalan pernikahan, suami! Rumah
tangga aku tak pernah fikirkan.
Memang hidup bukan untuk diriku sendiri, saat
usiaku 30 tahun, keluargaku pun mulai cemas akan jodoh dan pendamping hidupku.
Orangtuaku pun mulai mencoba menjodohkanku dengan beberapa laki-laki. Bagiku,
persoalan jodoh aku tak pernah ambil pusing. Jika ada seorang laki-laki yang
mau meminangku, orangtuaku cocok, aku hanya pasrah dengan keputusan mereka. Terus
terang saja, persoalan jodoh sama sekali tak pernah aku fikirkan. Aku pasrahkan
semua kepada Allah dan orangtuaku.
Sampai dalam satu tahun ini, silih berganti
laki-laki datang ke rumah untuk meminangku, namun tak satupun dari laki-laki
tersebut jadi meminangku, selalu saja ada persoalan. Salah satunya adalah Mas
Ahmad, dia seorang dosen. Awalnya dari keluargaku dan keluarga mas Ahmad sudah cocok,
tapi Allah menghendaki lain, saat menentukan tanggal pernikahan, ternyata
tanggal lahir kita tidak cocok. Dalam tradisi jawa, hal ini tidaklah tabu, bertanya
kepada kyai atau ulama, mencocokkan tanggal lahir dengan melihat nanti masa
depan bagaimana saat kita berumah tangga, ternyata tidak cocok. Kami pun hanya
mengikuti kata orangtua. Pernikahanpun gagal.
Tidak hanya mas Ahmad yang demikian, beberapa
laki-laki yang ingin meminangku pun gagal melamarku, ada saja halangan yang
datang.
Hari berganti hari. Tahun berganti tahun,
usiaku pun semakin bertambah. Kekhawatiran orangtuaku pun semakin memuncak
karena sang anak tidak lagi menjadi anak gadis, tpi perawan tua, di usia
semakin bertambah anaknya pun tak kunjung menikah.
Pernikahan Singkat
Doa dan usaha telah kami lakukan, aku dan
keluargaku. Aku pun pasrah, sampai di usiaku ke 45 tahun ini. Aku pun menjalani
kehidupanku seperti biasanya. Sampai akhirnya doa kami pun terjawab. Laki-laki
itu adalah Mas Afandi, dia datang untuk melamarku, usianya tidak jauh beda
denganku 43 tahun, dua tahun lebih tua dari usiaku. Mas Afandi adalah seorang Pegawai
negeri sipil (PNS). Pernikahan sederhana kami gelar, dan kamipun resmi menjadi
suami istri.
Empat bulan usia pernikahan kami dipenuhi
dengan kebahagiaan. Kita layaknya muda mudi yang sedang melakukan pendekatan
satu sama lain.Maklum saja kami sebelumnya tidak pernah saling mengenal.
Kebahagiaan yang Allah berikan ternyata hanya
sesaat saja. Allah mempunyai rencana lain atas kehidupanku. Tiba-tiba Mas Afandi
sakit, kanker usus,yah ternyata penyakit ini sudah lama dideritanya, dan kenapa
saat dia bersamaku, menumbuhkan benih-benih kebahagiaan buatku, kemudian harus
pergi untuk selamanya.
Allah memang punya rencana lain buatku.
Dibalik kemudahanku dalam mencapai karir, ternyata di tidak untuk kehabagiaan
rumah tangga dan jodohku, aku harus bersabar untuk mencari kebahagiaan ini. (Tulisan ini ditulis untuk rubrik Curhat di Tabloid NURANi)
No comments:
Post a Comment