Tuesday, 30 August 2016

Kisah Teladan:Keikhlasan Yang Pudar



Keikhlasan Yang Pudar

Dari Ibnul Jauzi Rahimahullah dalam bukunya ‘Tablis Iblis (Perangkap Iblis)’ pernah menerangkan dari Imam Hasan Al Bashgri Rahimahullah, sebuah kisah yang menarik untuk direungi tentang sebuah keikhlasn niat baik, dan godaan iblis kepada manusia. Berikut kisahnya.

Dahulu kala, ada sebuah pohon yang sering disembah dan dikeramatkan. Melihat hal itu, muncullah keinginan pada diri seorang pemuda untuk menebangnya. Maka dia pun bergegas menuju pohon itu dalam keadaan marah karena Allah. Di tengah jalan, dia dihadang oleh iblis yang telah merubah wujudnya dalam bentuk manusia.
“Ke manakah engkau hendak pergi? Tanya Iblis yang berupa manusia.
“Aku hendak menebang pohon yang selama ini selalu disembah dan dikeramatkan dari selain Allah.,” Jawab Si Pemuda.
Jika pohon tersebut di tebang, maka tidak akan ada lagi manusia yang datang menyembah dan meminta pertolongan kepada Iblis melalui pohon besar tersebut.

Sosok Inspiratif Prof Tuty Alawiyah

Sosok Inspiratif Prof Tuty Alawiyah 
Perjuangan Di Bidang Dakwah, Sosial dan Pendidikan



Matahari begitu menyengat siang itu. Jam ditangan menunjukkan pukul 12.30, terlihat sebuah rumah di Jalan Jatiwaringin, dengan halaman luas tertutup pagar. Ketika memasuki rumah ini, kita akan disambut dengan pepohonan besar yang sejuk tertiup angin. Terdapat dua rumah bercat putih besar di sana. Yah, disinilah sosok Tuty Alwawiyah dibesarkan hingga akhir hayatnya. Seorang ulama perempuan yang hebat yang banyak memberikan kontribusi bagi kemajuan bangsa Indonesia, tidak hanya di bidang agama melainkan sosial juga pendidikan.

Bangsa Indonesia memang baru saja kehilangan sosok perempuan hebat ini. Sosok perempuan yang sangat menginspirasi. Tepatnya di Bulan Mei 2016 lalu, perempuan yang akrab di sapa Prof Tuty Alawiyah ini menghembuskan nafas terakhirnya. Kepergian Prof Tuty meninggalkan duka bagi keluarga, kerabat, anak didik serta anggotanya di organisasi besar Islam As Syafi'iyah. Namun, dibalik kedukaan tersebut, keluarga yang ditinggalkan merasa bangga, karena selama hidupnya, Tuty telah berjuang untuk kepentingan umat Islam, tidak hanya untuk agama, tapi juga bangsa dan negara melalui pendidikan Indonesia.

Datang ke rumahnya, aku bertemu sosok yang wajahnya mirip dengan Prof Tuty Alawiyah. Yah, tidak salah lagi dia adalah putri terakhir Prof Tuty Alawiyah, Syifa Fauziah. Sosok yang ramah seperti Alm. Tuty Alawiyah. Sebagai seorang anak, pasti ia bangga dengan apa yang diperjuangkan sang ibu. "Saya sangat bangga dengan ibu saya, ia adalah sosok yang segala bisa. Penceramah iya, pendakwah iya, pendidik iya dan dia juga social worker," kata Syifa saat ditemui di rumahnya.

Selama ini jika kita mendengar nama Prof Tuty Alawiyah, sebagian masyarakat yang mengenalnya pasti berpendapat bahwa ia adalah sosok pendakwah, penceramah, pimpinan organisasi besar islam As Syafiiyah. Sejak kecil Tuty dibesarkan di lingkungan yang agamis. Nama besarnya yang ia dapat semasa hidupnya tidak lepas dari kedua orangtuannya, KH Abdullah Syafi'i dan Hj. Ruqoyah.

Tuesday, 23 August 2016

Kisah Teladan: Pemuda Penolak Maksiat

Berkat rasa takutnya akan maksiat dan balasan Allah Swt. Seorang Pemuda rela melumuri tubuhnya dengan kotoran demi menolak ajakn seorang wanita penggoda. Bau kotoran tersebut Allah ganti dengan aroma harum tubuhnya. Sang pemuda pun dijuluki sebagai ”Al-Miski” atau Orang Yang Seharum Kesturi.

Dalam Kitab Al Akhlaq Al Islamiyyah Lin Nasyi’in ada sebuah kisah yang indah menggetarkan jiwa. Kisah ini terjadi di tanah Syam. Kisah yang banyak disebut dari mulut ke mulut sampai abad ini.
Ini adalah kisah ketakwaan seorang pemuda. Seorang pemuda yang bekerja sebagai penjual kain keliling. Ia berkelDari satu kawasan ke kawasan lain. Masyarakat mengenalnya sebagai Si Penjual Kain Keliling.
Diantara kelebihan pemuda ini adalah postur tubuhnya yang gagah. Kulitnya yang putih. Wajahnya yang mempesona. Dan keramahannya yang luar biasa. Sehingga siapapun yang melihatnya akan terpesona karenanya.

Ajakan Berbuat Maksiat
Suatu hari, ketika ia sedang berkeliling menjajakan dagangannya, tiba-tiba ada seorang wanita memanggilnya. Ia pun segera menghampiri. Wanita ini menyuruhnya masuk ke dalam rumah. Rumah itu sangat mewah. Begitu masuk rumah, dengan sebuah kelihaian wanita itu bisa mengunci pintu. Wanita itu sangat terpesona dengan ketampananya dan tergila-gila padanya.
“Duhai pemuda tampan. Sebenarnya aku memanggilmu tidak untuk membeli barang daganganmu, tapi semata karena aku sangat mencintaimu. Selama ini aku tergila-gila pada ketampananmu.” Kata Si Wanita
Wanita bangsawan itu dengan penuh harap merayunya untuk berzina. Sang pemuda pun mengingatkannya dan menakutinya akan pedihnya siksa Allah. Namun, semua usahanya sia-sia belaka. Setiap perkataan yang diucapkan pemuda itu justru membuat wanita itu semakin menggila dan nekat. Namun pemuda itu tak bergeming dengan keimanannya. Ia menolak dengan tegas.

Kisah Teladan: Keikhlasan Yang Pudar

Dari Ibnul Jauzi Rahimahullah dalam bukunya ‘Tablis Iblis (Perangkap Iblis)’ pernah menerangkan dari Imam Hasan Al Bashgri Rahimahullah, sebuah kisah yang menarik untuk direungi tentang sebuah keikhlasn niat baik, dan godaan iblis kepada manusia. Berikut kisahnya.

Dahulu kala, ada sebuah pohon yang sering disembah dan dikeramatkan. Melihat hal itu, muncullah keinginan pada diri seorang pemuda untuk menebangnya. Maka dia pun bergegas menuju pohon itu dalam keadaan marah karena Allah. Di tengah jalan, dia dihadang oleh iblis yang telah merubah wujudnya dalam bentuk manusia.
“Ke manakah engkau hendak pergi? Tanya Iblis yang berupa manusia.
“Aku hendak menebang pohon yang selama ini selalu disembah dan dikeramatkan dari selain Allah.,” Jawab Si Pemuda.
Jika pohon tersebut di tebang, maka tidak akan ada lagi manusia yang datang menyembah dan meminta pertolongan kepada Iblis melalui pohon besar tersebut.

Kisah Teladan: Pelajaran Dari Tukang Cukur

Ketika berada di Mekkah, Imam Junaidi mendapatkan sebuah pelajaran yang sangat berharga dari tukang cukur. Menolong orang yang meminta pertolongan dengan menyebut nama Allah.

Junaid Al-Baghdadi adalah seorang ulama sufi dan wali Allah yang paling menonjol namanya di kalangan ahli-ahli sufi. Tahun kelahiran Imam Junaid tidak dapat dipastikan. Tidak banyak dapat ditemui tahun kelahiran beliau pada biografi lainnya. Beliau adalah orang yang terawal menyusun dan memperbahaskan tentang ilmu tasauf dengan ijtihadnya. Banyak kitab-kitab yang menerangkan tentang ilmu tasawuf berdasarkan kepada ijtihad Imam Junaid Al-Baghdadi.

Imam Junaid adalah seorang ahli perniagaan yang berjaya. Beliau memiliki sebuah gedung perniagaan di kota Baghdad yang ramai pelanggannya. Sebagai seorang guru sufi, beliau tidaklah disibukkan dengan menguruskan perniagaannya sebagaimana setengah peniaga lain yang kaya raya di Baghdad.
Waktu perniagaannya sering disingkatkan seketika karena lebih mengutamakan pengajian anak-anak muridnya yang dahagakan ilmu pengetahuan. Apa yang mengkagumkan ialah Imam Junaid akan menutup kedainya setelah selesai mengajar murid-muridnya. Kemudian beliau balik ke rumah untuk beribadat seperti solat, membaca al-Quran dan berzikir.
Setiap malam beliau berada di masjid besar Baghdad untuk menyampaikan kuliahnya. Ramai penduduk Baghdad datang masjid untuk mendengar kuliahnya sehingga penuh sesak. Imam Junaid hidup dalam keadaan zuhud. Beliau redha dan bersyukur kepada Allah SWT dengan segala nikmat yang dikurniakan kepadanya. Beliau tidak pernah berangan-angan untuk mencari kekayaan duniawi dari sumber pekerjaannya sebagai peniaga.

Kisah Teladan: Ketika Ali Berniaga Dengan Malaikat

Berkat sedekah yang diberikan oleh Ali kepada seorang pedagang yang kelaparan di tengah jalan. Ali pun mendapatkan rejeki yang luar biasa dari Allah Swt. Disaat itu pula, Ali sedang berniaga dengan para malaikat Allah Swt.

Dikisahkan pada suatu hari, Sayyidina Ali bin Abi Thalib datang ke rumahnya dan mendapati istrinya Fatimah Az-Zahra, putri Rasulullah saw sedang memintal benang. Ali bertanya. "Ada makanan apa di rumah, wahai istriku,"
"Aku tidak punya makanan apa-apa saat ini, kecuali ini uang sebanyak 6 dirham. Itupun barusan dikasih oleh Sahabat Salman Al-Farisi sebagai upah memintal benang". Jawab Fatimah pada saat baru saja Salman memberikan upah kepadanya.
"Tapi uang itu rencananya akan aku belikan roti buat Hasan dan Husein". Jawab Fatimah lagi.
"Berikan uang itu untuk aku belikan sepotong roti buatnya," Kata Ali.

Bertemu Malaikat
Alipun pergi ke warung dengan berjalan kaki. Namun, di tengah jalan ia bertemu seorang yang lapar. "Siapa yang ingin berniaga dengan Allah swt, berilah aku makan". kata orang tersebut.
Maka Alipun memberikan uang itu kepada si miskin tadi. Melihat Ali pulang lenggang kangkung (tangan kosong), Fatimah pun menangis karena ia ingat kedua buah hatinya pasti akan lapar karena tidak ada makanan di rumah.
Melihat istrinya menangis, Ali pun berkata kepadanya. "Istriku bahwa uang yang 6 dirham tadi aku perdagangkan dengan Allah swt. Pasti akan diganti-nya dengan yang lebih baik". Begitu kira-kira jawaban Ali untuk menenagkan istrinya. Mendengar jawaban itu, Fatimahpun diam dan berhenti menangis.
Karena tidak ada makanan, Ali hendak pergi ke rumah Nabi saw, barangkali ada makanan di rumah beliau untuk kedua cucunya. Belum lagi tiba di tempat, di tengah jalan Ali berjumpa dengan seorang pedangang yang tidak dikenal membawa seekor unta. Lalu dia berkata kepada Ali, "Wahai Ayah Hasan Husen, maukah engkau membeli untaku". tanya sang pedagang.
"Aku sedang tiba punya uang saat ini. Memang berapa kau mau jual," kata Ali.
"Aku jual 100 dirham dan kau boleh membayarnya nanti. Aku hutangin". katanya.
"Baiklah kalau begitu. Aku setuju". Jawab Ali.
Lalu keduanya deal bertransaksi dan keduanya pun berlalu kepada urusan masing-masing. Setelah tidak lama, Ali bertemu dengan seorang pedagang yang lain lagi. Melihat Ali sedang membawa seekor unta, ia pun bertanya kepada Ali. "Apakah engkau mau jual unta itu?".tanyanya.
"Iya,"Aku mau jual seharga 300 dirham". kata ALi. Lalu orang tadi menyetujuinya dan membayar kontan unta Ali seharga 300 dirham itu. Masya Allah.
Tak lama kemudian, Ali tiba di rumah baginda Nabi saw. Begitu bertemu, Nabipun mengajak Ali ke suatu sudut rumah dan berkata, "Aku ingin bercerita". Lalu Nabi pun berkata. "Apakah engkau dahulu yang berkata atau aku". Ali menjawab, "Engkau saja Wahai Rasul".
Lalu Nabi menjelaskan hal ihwal yang terjadi dalam perjalanan Ali menuju rumah beliau, bahwa pedagang yang tadi menjual unta kepadanya adalah Malaikat Jibril. Sedang pedagang yang membeli untanya adalah Malaikat Mikail. Seketika Alipun terkejut mendengar sabda Kanjeng Nabi yang menjelaskan perihal perniagaannya dengan Allah swt melalui orang miskin.

Maka, dengan suka cita Ali kembali ke rumahnya. Dilihatnya Ali demikian sukacita, Fatimah pun bertanya apa yang menyebabkannya gerangan. Lalu Ali menceritakan apa yang terjadi dan memberikan uang sebanyak 300 dirham kepada Fatimah. Fatimah bersyukur dan menitikkan air mata ikhlasnya bahwa Allah swt pasti mengganti kebaikan hambanya yang ikhlas dalam bersedekah.Masya Allah, sungguh Allah menepati janjinya kepada hamba-hambanya yang ihsan dan selalu dekat dengan mereka.*Is

Kisah Teladan: Perintah Menuntut Ilmu

Pada suatu hari Rosulullah bersabda kepada para Sahabat. "Sudikah kalian berutahukan mengenai amal perbuatan para pahlawan? "Wahai ROsulullah, apakah ama perbuatan para pahlawan tersebut? tanya Sahabat. Yaitu mencari ilmu karena sesungguhnya ilmu adalah cahaya orang mukmin di dunia dan di akhirat. Aku adalah kota (gudang ilmu), sedangkan Ali adalah pintu masuknya."Sabda Rosul

Ketika kaum Khawarij mendengar sabda Rasulullah saw. tersebut, timbulah rasa hasud dan dengki pada Ali r.a. Akhirnya, sepuluh orang pembesar di antara mereka berkumpul membuat persekongkolan. Mereka sepakat bahwa masing-masing dari mereka menanyakan masalah yang sama. Jika Ali r.a. menjawab masing-masing dari pertanyaan mereka dengan jawaban yang lain, maka berarti Ali r.a. memang berilmu luas sebagaimana yang disabdakan Rasulullah.

Kisah Teladan: Pribadi Pemurah Dan Dermawan


Kemurahan dan kedermawanan Thalhah bin Ubaidillah patut kita contoh dan kita teladani. Dalam hidupnya ia mempunyai tujuan utama yaitu bermurah dalam pengorbanan jiwa. Semasanya hidup Thalha rela membagikan hartanya kepada sesama muslim.

Thalhah merupakan salah seorang dari delapan orang yang pertama masuk Islam. Sejak awal keislamannya sampai akhir hidupnya dia tidak pernah mengingkari janji. Janjinya selalu tepat. Ia juga dikenal sebagai orang jujur, tidak pernah menipu apalagi berkhianat. Thalhah masuk Islam melalui anak pamannya, Abubakar Assidiq Ra. Dengan disertai Abubakar Assiddiq, Thalhah pergi menemui Rasulullah SAW. Setelah berhasil jumpa dengan Rasulullah SAW, Thalhah mengungkapkan niatnya hendak ikut memeluk Dinul haq, Islam. Maka Rasulullah SAW menyuruhnya mengucapkan dua kalimat syahadat.

Seorang Yang Dermawan
Pernahkah anda melihat sungai yang airnya mengalir terus menerus mengairi dataran dan lembah?. Begitulah Thalhah bin Ubaidillah. Ia adalah seorang dari kaum muslimin yang kaya raya, tapi pemurah dan dermawan. Istrinya bernama Su'da binti Auf. Pada suatu hari istrinya melihat Thalhah sedang murung dan duduk termenung sedih. Melihat keadaan suaminya, sang istri segera menanyakan penyebab kesedihannya.
"Kenapa kau tampak murung suamiku?," tanya sang istri.
"Uang yang ada di tanganku sekarang ini begitu banyak sehingga memusingkanku. Apa yang harus kulakukan ?" jawab Thalha.
"Uang yang ada ditanganmu itu bagi-bagikanlah kepada fakir-miskin." JAwab Sang istri.
Maka dibagi-bagikannyalah seluruh uang yang ada ditangan Thalhah tanpa meninggalkan sepeserpun.Ia hidup berkecukupan dan bahagia bersama sang istri. Thalhah pun tidak pernah diliputi rasa kekurangan, ia terus bersama nabi menebarkan agama Islam.
Dari sahabatnya, Assaib bin Zaid berkata tentang Thalhah, katanya. "Aku berkawan dengan Thalhah baik dalam perjalanan maupun sewaktu bermukim. Aku melihat tidak ada seorangpun yang lebih dermawan dari dia terhadap kaum muslimin. Ia mendermakan uang, sandang dan pangannya."
Dari sahabat yang lain pun, Jaabir bin Abdullah bertutur."Aku tidak pernah melihat orang yang lebih dermawan dari Thalhah walaupun tanpa diminta. Oleh karena itu patutlah jika dia dijuluki "Thalhah si dermawan", "Thalhah si pengalir harta", "Thalhah kebaikan dan kebajikan". kata Jaabir

Kisah Teladan: Larangan Menelan Makanan Haram

Abu Bakar adalah orang yang sangat beriman. Selama hidupnya ia tidak pernah memakan makanan haram. Saat mengetahui makanan yang ditelannya adalah makanan haram, ia pun segera mengeluarkan dari mulut dan perutnya.

Abu Bakar merupakan sahabat Rasulullah yang masuk dalam golongan Assabbikhunal Awwalun (pertama masuk Islam). Dia mendapat gelar As Siddiq karena meyakini kenabian Muhammad petama kali sebelum orang lain. Abu Bakar juga merupakan sosok yang sangat berhati-hati dalam menjalankan segala aktivitas. Bahkan, untuk makan pun, dia sangat menjaga agar makanan yang dia makan tidak tergolong haram.

Suatu ketika, Abu Bakar disodorkan makanan oleh pembantunya. Abu Bakar kemudian langsung memakan makanan itu satu suap. Sang pembantu merasa heran dengan perilaku Abu Bakar. Sebab, biasanya Abu Bakar selalu bertanya dari mana asal makanan yang disuguhkan padanya kepada sang pembantunya. Pembantu itu lantas bertanya. "Kenapa kau tidak bertanya kepadaku dari mana asal makanan itu, seperti biasanya?" tanyanya.
Abu Bakar teringat kebiasaannya, kemudian bertanya kepada sang pembantu. "Dari mana asal makanan yang kau suguhkan padaku ini?"
"Makanan ini berasal dari seseorang yang pada masa jahiliah memintaku membuat jampi-jampi sihir untuknya. Makanan ini adalah upahku darinya," jawab pembantu itu.
Mendengar jawaban itu, Abu Bakar terkaget dan segera memasukkan jarinya ke dalam kerongkongan. Dia berusaha memuntahkan makanan yang telah dimakannya agar tidak memenuhi perutnya. Setelah itu, Abu Bakar berkata, "Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda, 'Setiap anggota tubuh yang tumbuh dari sesuatu yang tidak halal, tentunya api neraka itu lebih berhak baginya

Kisah Teladan: Istri Saleha Untuk Pemuda Buruk Rupa

Pada zaman Rasulullah SAW terdapat seorang pemuda yang kurang menarik raut wajahnya dan tubuhnya agak pendek. Pemuda tersebut bernama bernama Julaibib. Dia sedang berusaha untuk mencari seorang perempuan yang sesuai untuk dijadikan isterinya tetapi malangnya tidak ada seorang pun yang sudi untuk bermenantu atau bersuamikan Julaibib.

Maka pergilah Julaibib bertemu Rasulullah SAW untuk mengadukan masalahnya itu. Apabila diketahui oleh Rasulullah SAW akan masalah Julaibib, lantas baginda sendiri berusaha mencarikan jodoh buat Julaibib. Maka bertemulah Rasulullah SAW dengan salah seorang sahabatnya dan menyatakan keperluannya.
”Wahai fulan, engkau nikahkan aku dengan anak gadismu.” Kata Rosulullah.
”Baiklah, aku terima dengan senang hati,” jawab sahabat tersebut.
”Tetapi pinangan ini bukan untuk aku,” kata Rasulullah selanjutnya.
“Untuk siapa?”. Pada mulanya dia sangka Rasulullah SAW ingin meminang anaknya untuk dirinya sendiri. ”Untuk Julaibib,” jawab Rasulullah SAW.
”Wahai Rasulullah, kalau begitu berilah aku waktu agar dapat aku bermusyawarah bersama ibunya dahulu.” Kata sahabat tersebut.
Dia pun segera pulang ke rumahnya. Di dalam hatinya timbul pertanyaan bagaimanakah nanti kalau isterinya menolak hajat Rasulullah. Jika menolak pinangan Rasulullah tentulah tidak baik bagi orang mukmin. Tetapi kalau dia menerima pun dia tidak setuju jika anaknya menikah dengan Julaibib. Ternyata dugaan sahabat Rosulullah benar, ibu sang gadis menolak anaknya menikah dengan Julaibib.

Kisah Teladan: Tujuh Batu Saksi Amal Manusia

Dalam sebuah hadis menceritakan adalah seorang laki-laki yang bernama Syahdan. Ia mempunyai batu yang ia gunakan sebagai saksi perbuatannya selama di dunia. Apakah kesaksian batu tersebut saat di akhirat membawanya kepada pintu neraka atau surge? BErikut ceritanya.

Pada zaman dahulu ada seorang lelaki wukuf di Arafah. Dia berhenti di lapangan luas itu. Pada waktu itu, orang sedang melakukan ibadat haji. Wukuf di Arafah adalah rukun haji yang sangat penting. Bahkan wukuf di Arafah itu disebut sebagai haji yang sebenarnya karena apabila seorang itu berwukuf di padang Arafah dianggap hajinya telah sempurna walaupun yang lainnya tidak sempat dilakukan.

Laki-laki tersebut adalah Syahdan, dia berdiri di depan padang Arafah. Sementara di tangannya menggenggam tujuh butir batu. Lalu ia berkata. “ Wahai batu, berilah kesaksian untukku kelak di hadapan Tuhan, bahwa aku bersaksi sesungguhnya tidak ada Tuhan selain Allah dan aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah.” Katanya pada diri sendiri sembari melihat tujuh batu yang ada di tangannya.

Kemudian, ia pun kembali ke rumahnya. Saat ia duduk bersantai, ia pun tertidur pulas. Ketika ia tidur ia bermimpi, seakan-akan hari kiamat benar-benar terjadi. Diapun dihisab dan ternyata dari hasil perhitungan amalnya itu ia harus masuk neraka. Maka malaikat segera menggiring dan membawanya ke neraka.

Kisah Teladan: Satu Amalan Sang Pendeta

Suatu hari Ibnu Mubarak bermimpi bertemu dengan Rasullah Swt. Ia pun diperintahkan untuk menyampaikan salam kepada seorang pendeta bernama Bahram. Apa keistimewaaan sang pendeta tersebut, sampai Rasulullah menyampaikan salam kepadanya?Berikut kisahnya.

Ibnu Mubarak pergi ke Makkah untuk menunaikan ibadah haji. Sesampainya di Makkah, ia pun langsung menuju Ka’bah untuk bertawaf. Kemudian, ia istirahat di Hijir Ismail untuk sekadar melepaskan lelahnya sehingga tertidur di tempat itu.
Dalam tidurnya, Ibnu Mubarak bermimpi bertemu dengan Rasulullah SAW. Beliau berkata kepadanya. “Jika engkau telah kembali ke Baghdad, carilah Bahram dan sampaikan salamku kepadanya. Dan katakan bahwa Allah SWT telah rela kepadanya.”
Ibnu Mubarak pun terbangun kaget dan mengucapkan. “Laa haulaa wa laa quwwata illaa billaah.” Dalam hatinya pun ia berkata, “Ini mimpi dari setan.”
Kemudian, ia mengambil air wudhu dan kembali bertawaf keliling Ka’bah sampai berulang kali. Karena kelelahan, Ibnu Mubarak kembali tertidur dan kembali bermimpi dengan mimpi yang serupa sampai tiga kali. Dalam hatinya ia berontak. “Tidak mungkin sosok pendeta seperti Bahram mendapat salam dari Rasulullah SAW serta ridha dari Allah SWT.” Katanya.
Tapi, mimpi itu dirasa sangat nyata oleh Ibnu Mubarak. Karena setan tidak mungkin dapat menjelma menjadi Rasulullah SAW.

Kisah Teladan: Perampok Yang Bertobat

Diceritakan, bahwa Fudhail bin Iyadh adalah seorang mantan perampok yang menjadi seorang sufi. Setiap hari ia pergi untuk melakukan perampokan dari suatu tempat ke tempat lain. Namun, karena sebuah anak panah yang yang berisi Ayat Alqur’an, ia pun bertobat.

Fudhail bin Iyadh, nama adalah seorang perompak yang sangat ditakuti di tempat kelahirannya dan di daerah Khurasan, tempat ia dibesarkan dan dewasa. Tidak ada satu pun orang atau pedangang yang melewati dua kota tersebut kecuali selalu dihinggapi ketakutan akan dijarah oleh Fudhail bin Iyadh dan anak buahnya.

Tiga Panah Allah
Suatu ketika Fudhail dan anak buahnya sedang beristirahat di tempat persembunyiannya seperti biasanya. Lewatlah pedagang yang kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang pemberani, sekaligus saleh.
“Fudhail dan anak buahnya berada di tempat ini, kita harus bagaimana?,” Kata salah seorang adri mereka.
“Kita panah saja mereka, jika ia terkena dan lari menghindar, kita lanjutkan perjalanan. Jika tidak, kita kembali saja!!” timpal yang lainnya.
Mereka sepakat dan mempersiapkan panah-panah mereka. Ketika tampak bayangan-bayangan hitam yang akan menghadang perjalanan mereka, salah satu dari mereka melepaskan anak panahnya sambil membaca ayat al Qur’an. “Alam ya’ni lilladziina aamanuu an takhsya’a quluubuhum li dzikrillaah,(Belum datangkah waktunya bagi orang-orang yang beriman untuk tunduk hati-hati mereka mengingat Allah),”
Fudhail pun menjerit keras sekali dan terjatuh ketika anak panah itu meluncur disertai lantunan ayat Al Qur’an. Anak buahnya mengerumuninya, disangkanya anak panah itu mengenai pimpinan mereka dan melukainya.
Tetapi mereka sama sekali tidak menemukan luka pada tubuhnya, Fudhail bangkit sambil berseru, “Aku tertimpa panah Allah!” teriaknya.
Salah seorang lainnya di kafilah itu melepaskan anak panahnya lagi, dan ia juga melantunkan ayat Qur’an mengikuti temannya tadi. “Fafirruu ilallaahi innii lakum minhu nadziirun mubiin, (Maka segeralah kembali kepada Allah. Sesungguhnya aku seorang pemberi peringatan yang nyata dari Allah untukmu).”
Kembali Fudhail menjerit dan terjatuh, dan ketika anak buahnya memeriksanya, sama sekali ia tidak terluka karena panah tersebut meleset. Ia hanya bangkit lagi sambil berkata. “Aku terkena panah Allah!” teriak Fudhail lagi.
Kemudian, satu orang lagi melepaskan anak panah ke kelompok perompak Fudhail bin Iyadh, dan ia juga melantunkan satu ayat Al Qur’an. “Wa aniibuu ilaa rabbikum, wa aslimuu lahu min qabli an ya’tiyakumul ‘adzaabu tsumma laa tunshoruun, (dan kembalilah (bertaubatlah) kamu kepada Tuhanmu, dan berserah dirilah kepada-Nya sebelum datang azab kepadamu kemudian kamu tidak dapat ditolong (lagi).
Lagi-lagi Fudhail menjerit lebih keras walau anak panah itu tidak mengenai dirinya, ia berkata kepada anak buahnya. “Kalian semua pulanglah! Aku menyesal telah melakukan semua kejahatan ini, hatiku takut kepada Allah. Aku akan meninggalkan semua yang telah aku lakukan selama ini,” kata FUdhail dengan penuh kesakitan.

KisahTeladan: Pemimpin Rumah Tangga Yang Bijak

Dikisahkan oleh sahabat Nabi, Umar Bin Khattab, ketika beliau menjalani kehidupan rumah tangga, ia selalu bijaksana dan tidak pernah menjadikan amarah istrinya sebagai bentuk penindasan kepada dirinya. Berikut Kisahnya.

Sebagai seorang pemimpin keluarga kita harus lebih bijaksana dalam menanggapi permasalahan keluarga. Jangan menjadikan amarah seorang istri sebagai bentuk penindasan kepada suami. Tapi hal tersebut adalah bentuk kasih sayang, seperti yang dicontohkan oleh Khalifah Umar Bin Khattab.

Sahabat Umar bin Khatab adalah salah seorang sahabat Nabi Muhammad yang juga adalah khalifah kedua Islam (634-644). Umar juga merupakan satu diantara empat orang Khalifah yang digolongkan sebagai Khalifah yang diberi petunjuk Khulafaur Rasyidin.

Umar dilahirkan di kota Mekkah dari suku Bani Adi, salah satu rumpun suku Quraisy, suku terbesar di kota Mekkah saat itu. Ayahnya bernama Khattab bin Nufail Al Shimh Al Quraisyi dan ibunya Hantamah binti Hasyim. Umar memiliki julukan yang diberikan oleh Muhammad yaitu Al-Faruk yang berarti orang yang bisa memisahkan antara kebenaran dan kebatilan. Umar juga tergolong orang yang tabah dalam menghadapi istri dan kondisi yang menimpa rumah tangganya.

Kisah Teladan: Pemuda Yang Takut Dosa

Dahulu ada seorang Pemuda Bani Israel yang sangat tampan dan saleh. Berkat Ketakutannya terhadap dosa, ia berani menentang seorang putri kerjaan untuk berbuat maksiat. Karena ketaatannya tersebut, Allah Swt memberikan pahala yang berlimpah padanya.

Pemuda tersebut sangat tampan,s etiap harinya ia berjualan keranjang. Ia biasa berkeliling menjajakan barang dagangannya setiap hari. Suatu ketika ia melewati istana Raja, dan seorang pelayan wanita keluar dari dalam istana. Melihat ketampanan si pemuda, wanita itu segera masuk lagi untuk memberitahu putri raja.
“Tuan, di luar ada seorang pemuda yang sedang menjajakan keranjang dari pelepah pohon kurma,” katanya sambil terengah-engah.
“Lalu? Apa istimewanya untukku? Bukankah tiap hari juga banyak penjual keranjang yang lewat di depan istana?” tanya Putri.
“Tuan, pemuda yang satu ini beda. Ia luar biasa tampan!” kata pelayan itu setengah berseru.
“Benarkah?” tanya Putri dengan mata berbinar. “Suruh dia masuk!”
Pelayan wanita itu segera berlari keluar memanggil si pemuda dan membawanya masuk untuk menghadap Putri. Setelah pemuda itu masuk, pelayan wanita itu segera mengunci pintu.

Kisah Teladan: Pembuat Kendi Dan Perajin Emas

Dikisahkan pada zaman Rosulullah Saw, tinggallah seorang perajin emas dan pembuat kendi.
Kedua orang ini memiliki sifat yang sangat berbedam perajin emas itu seorang materialis dan pencinta harta, sedangkan pembuat kendi seorang yang baik jati dan sederhana. Perajin emas selalu iri terhadap pembuat kendi padahal ia tidak punya apa-apa. Bagaimana balasan yang didapat perajin emas?Berikut kisahnya.

Meskipun perajin emas adalah seorang yang kaca raya dan hidup mewah, hatinya selalu di penuhi sifat iri kepada si pembuat kendi. Saat berdagagng, Si perajin emas selalu curang dalam mendapatkan harta. Semua orang tahu bahwa dia tidak mengindahkan kejujuran.
Sebaliknya, pembuat kendi adalah seorang mukmin dan pekerja keras. Dia dicintai oleh masyarakat. Setiap orang yang memiliki masalah akan datang meminta bantuannya. Si perajin emas berfikir, mengapa warga kota begitu menyintai pembuat kendi, padahal dia tidak memiliki harta benda. Menurutnya, cinta dan kasih sayang bisa diperoleh lewat tipu daya dan makar. Karena itu timbul rasa dengki si pengrajin emas terhadap pembuat kendi.

Kisah Teladan: Berkah Sebuah Ketaqwaan

Konon ada seorang pemuda yang bertakwa, tetapi dia sangat lugu. Suatu kali dia belajar pada seorang Syaikh. BErkat keluguan dan ketaqwaannya, pemuda tersebutpun tidak bisa melakukan kejahatan. Sebaliknya, ia mendapat berkah.

Setelah lama menuntut ilmu, sang syaikh menasehati sang pemuda dan teman-temannya. “Kalian tidak boleh menjadi beban orang lain. Sesungguhnya, seorang alim yang menadahkan tangannya kepada orang-orang berharta, tak ada kebaikan dalam dirinya. Pergilah kalian semua dan bekerjalah dengan pekerjaan ayah kalian masing-masing. Sertakanlah selalu ketakwaan kepada Allah dalam menjalankan pekerjaan tersebut.” Jelasnya.
Maka pergilah pemuda tadi menemui ibunya seraya bertanya. “Ibu, apakah pekerjaan yang dulu dikerjakan ayahku?,” tanyanya.
“Ayahmu sudah meninggal. Apa urusanmu dengan pekerjaan ayahmu?” Jawab sang ibu sambil bergetar. Si pemuda ini terus memaksa agar diberitahu, tetapi si ibu selalu mengelak. Namun akhirnya si ibu terpaksa angkat bicara juga, dengan nada jengkel dia berkata. “Ayahmu itu dulu seorang pencuri.”
“Guruku memerintahkan kami – murid-muridnya, untuk bekerja seperti pekerjaan ayahnya dan dengan ketakwaan kepada Allah dalam menjalankan pekerjaan tersebut.” Katanya kepada sang ibu.
“Hai, apakah dalam pekerjaan mencuri itu ada ketakwaan?,” ibunya menyela.
 “Ya, begitu kata guruku.” Kata sang anak menjawab dengan polosnya.

Kisah Teladan: Wanita Saleh Penakluk Sang Raja

Diceritakan ada seorang gubernur pada zaman Khalifah Al-Mahdi, dia sangat kaya raya, namun dia tidak mempunyai ketaatan yang tinggi kepada Tuhannya. Sampai akhirnya ia jatuh cinta kepada seorang perempuan miskin dan berwajah jelek. Sang Raja jatuh cinta karena kesalehannnya.

Pada suatu hari, Sang Gubernur mengumpulkan sejumlah tetangganya dan menaburkan uang dinar dihadapan mereka. Semuanya saling berebutan memunguti uang itu dengan suka cita. Kecuali seorang wanita kumal, berkulit hitam dan berwajah jelek. Ia terlihat diam saja tida bergerak, sambil memandangi para tetangganya yang sebenarnya lebih kaya dari dirinya, tetapi berbuat seolah-olah mereka orang-orang yang kekurangan harta.
Melihat wanita tersebut diam, dan tidak berebut uang sama seperti tetangganya yang lain. “Mengapa engkau tidak ikut memunguti uang dinar itu seperti tetangga engkau?” Dengan keheranan sang Gubernur bertanya.
“Sebab yang mereka cari uang dinar sebagai bekal dunia. Sedangkan yang saya butuhkan bukan dinar melainkan bekal akhirat.” Janda bermuka buruk itu menjawab.
“Maksud engkau?” tanya sang Gubernur mulai tertarik akan kepribadian perempuan itu.
“Maksud saya, uang dunia sudah cukup. Yang masih saya perlukan adalah bekal akhirat, yaitu shalat, puasa dan zikir. Sebab perjalanan di dunia amat pendek dibanding dengan pengembaraan di akhirat yang panjang dan kekal.” Jelas wanita itu.

Kisah Teladan: Maksiat Penghambat Rejeki

Dalam sebuah riwayat dijelaskan, bahwa pada zaman Nabi Musa as, kaum bani Israil pernah ditimpa musim kemarau panjang. Ia meminta pertolongan Musa as. Musa pun meminta petunjuk kepada Allah Swt. Kemarau tersebut disebabkan oleh seorang pembuat maksiat selama 40 tahun.

Tanah yang kering dan hujan pun tak kunjung datang, masyarakat bani Israel berkumpul menemui Nabi Musa as dan berkata. “Wahai Kalamullah, tolonglah doakan kami kepada Tuhanmu supaya Dia berkenan menurunkan hujan untuk kami!”
Kemudian berdirilah Nabi Musa as bersama kaumnya dan mereka bersama-sama berangkat menuju ke tanah lapang. Dalam suatu pendapat dikatakan bahwa jumlah mereka pada waktu itu lebih kurang tujuh puluh ribu orang.

Satu Pembuat Maksiat
Setelah mereka sampai ke tempat yang dituju, maka Nabi Musa as mulai berdoa. Diantara isi doanya itu ialah, “Tuhanku, siramlah kami dengan air hujan-Mu, taburkanlah kepada kami rahmat-Mu dan kasihanilah kami terutama bagi anak-anak kecil yang masih menyusu, hewan ternak yang memerlukan rumput dan orang-orang tua yang sudah bongkok. Sebagaimana yang kami saksikan pada saat ini, langit sangat cerah dan matahari semakin panas,” demikian doa yang dipanjatkan oleh Musa as.
Tuhanku, jika seandainya Engkau tidak lagi menganggap kedudukanku sebagai Nabi-Mu, maka aku mengharapkan keberkatan Nabi yang ummi yaitu Muhammad SAW yang akan Engkau utus untuk Nabi akhir zaman.
Kepada Nabi Musa as Allah menurunkan wahyu-Nya yang isinya. “Aku tidak pernah merendahkan kedudukanmu di sisi-Ku, sesungguhnya di sisi-Ku kamu mempunyai kedudukan yang tinggi. Akan tetapi bersama denganmu ini ada orang yang secara terang-terangan melakukan perbuatan maksiat selama empat puluh tahun. Engkau boleh memanggilnya supaya ia keluar dari kumpulan orang-orang yang hadir di tempat ini! Orang itulah sebagai penyebab terhalangnya turun hujan untuk kamu semuanya.”
Nabi Musa kembali berkata, “Wahai Tuhanku, aku adalah hamba-Mu yang lemah, suaraku juga lemah, apakah mungkin suaraku ini akan dapat didengarnya, sedangkan jumlah mereka lebih dari tujuh puluh ribu orang?”
Lantas Allah berfirman. “Wahai Musa, kamulah yang memanggil dan Aku-lah yang akan menyampaikannya kepada mereka!”

Kisah Teladan: Muallah dan Setalam Emas

Pada zaman Malik bin Dinar, terdapat dua orang bersaudara pengikut setia agama Majusi. Salah seorang dari keduanya telah menyembah api selama tujuh puluh tiga tahun, sementara yang lainnya menyembah api selama tiga puluh lima tahun. Lalu sang adik memutuskan untuk masuk Islam.

Suatu ketika dua pemuda ini ingin membuktikan keangunan Tuhan yang mereka sembah selama ini. Ia melakukan uji coba terhadap api yang ia sembah bertahun-tahun. “Kemarilah kanda, mari kita melakukan uji coba terhadap api yang telah kita sembah bertahun-tahun lamanya, apakah api ini memuliakan (tidak membakar) kita ataukah masih tetap membakar kita. Jika tidak, maka kita tidak usah menyembahnya lagi.” katanya. Kakaknya pun menjawab.”Baiklah,”
Lalu keduanya menyalakan api. Sang adik berkata pada kakakny. “Apakah engkau yang lebih dulu memasukkan tangan ke dalam nyala api ini ataukah aku?”
Kakaknya menjawab. “Engkaulah yang lebih dulu melakukannya.”
Lalu sang adik memasukkan tangannya ke dalam api. Api itu langsung melahap dan membakar jari-jemarinya. Langsung ia menjerit kesakitan dan segera mencabut tangannya dari nyala api itu. Sambil mengerang kesakitan ia berkata. “Wahai api, aku telah menyembahmu selama tiga puluh lima tahun lamany,tetapi engkau masih menyakiti dan membakar jari-jemariku.” Keluhnya.
KEmudian ia pun berkata kepada kakaknya. “Wahai kanda, mari kita tinggalkan menyembahnya dan hanya menyembah Tuhan Yang Esa. Sandainnya, sekalipun kita berdosa dan meninggalkan perintah-Nya selama lima puluh tahun. Dia akan tetap mengampuni dosa-dosa kita bila kita melakukan kebaktian dan menyembah-Nya serta memohon ampun walau sekali saja. Karena Dia adalah Maha Pengampun lagi Maha Penerima tobat.” Jelas sang adik. Saudara tua itu menyetujui ide adiknya. Lalu dia berkata. “Kalau begitu, marilah kita mencari orang yang dapat menunjukkan pada jalan yang lurus dan mengajari kita tentang agama Islam.” Kata sang kakak.

Kisah Teladan: Lima Perkara Pemberi Nasehat

Abu Laits as-Samarqandi adalah seorang ahli fiqh yang masyur. Suatu ketika dia pernah berkata, ayahku menceritakan bahawa antara Nabi-nabi yang bukan Rasul ada menerima wahyu dalam bentuk mimpi dan ada yang hanya mendengar suara.

Lima Perkara
Maka salah seorang Nabi yang menerima wahyu melalui mimpi itu, pada suatu malam bermimpi diperintahkan yang berbunyi, “Esok engkau dikehendaki keluar dari rumah pada waktu pagi menghala ke barat. Engkau dikehendaki berbuat, pertama, apa yang engkau lihat (hadapi) maka makanlah, kedua, engkau sembunyikan, ketiga, engkau terimalah, keempat, jangan engkau putuskan harapan, yang kelima, larilah engkau daripadanya.”

Pada keesokan harinya, Nabi itu pun keluar dari rumahnya menuju ke barat dan kebetulan yang pertama dihadapinya ialah sebuah bukit besar berwarna hitam. Nabi itu kebingungan sambil berkata, “Aku diperintahkan memakan pertama aku hadapi, tapi sungguh aneh sesuatu yang mustahil yang tidak dapat dilaksanakan.” Kata sang Nabi.

Maka, Nabi itu terus berjalan menuju ke bukit itu dengan hasrat untuk memakannya. Ketika dia menghampirinya, tiba-tiba bukit itu mengecilkan diri sehingga menjadi sebesar buku roti. Maka Nabi itu pun mengambilnya lalu disuapkan ke mulutnya. Bila ditelan terasa sungguh manis bagaikan madu. Dia pun mengucapkan syukur ‘Alhamdulillah’.

Kemudian Nabi itu meneruskan perjalanannya lalu bertemu pula dengan sebuah mangkuk emas. Dia teringat akan arahan mimpinya supaya disembunyikan, lantas Nabi itu pun menggali sebuah lubang lalu ditanamkan mangkuk emas itu, kemudian ditinggalkannya. Tiba-tiba mangkuk emas itu keluar semula. Nabi itu pun menanamkannya semula sehingga tiga kali berturut-turut.

Kisah Teladan: Batal Mencuri Dikaruniai Istri

Ada seorang pemuda di Damaskus yang tinggal di Masjid At-Taubah. Ia sangat miskin dan kekurangan, namun ia selalu menjaga dan kehormatannya. SAmpai akirnya, buah dari kejujurannya tersebut dibalas Allah dengan menghadirkan seorang istri perempuan yang cantik.

Masjid Damaskus adalah sebuah masjid yang penuh keberkahan. Di dalamnya ada ketenangan dan keindahan. Sejak tujuh puluh tahun, di masjid itu ada seorang syaikh pendidik yang alim dan mengamalkan ilmunya. Dia sangat alim sehingga menjadi contoh dalam kealimannya dalam menahan diri dari meminta, dalam kemuliaan jiwanya dan dalam berkhidmat untuk kepentingan orang lain.

Pemuda Yang Jujur
Saat itu, ada pemuda yang bertempat di sebuah kamar dalam masjid. Sudah dua hari berlalu tanpa ada makanan yang dapat dimakannya. Dia tidak mempunyai makanana ataupun uang untuk membeli makanan. Saat datang hari ketiga dia merasa bahwa dia akan mati, lalu dia berfikir tentang apa yang akan dilakukan. Menurutnya, saat ini dia telah sampai pada kondisi terpaksa yang membolehkannya memakan bangkai atau mencuri sekadar untuk bisa menegakkan tulang punggungnya. Itulah pendapatnya pada kondisi semacam ini.
Masjid tempat dia tinggal itu, atapnya bersambung dengan atap beberapa rumah yang ada disampingnya. Hal ini memungkinkan sesorang pindah dari rumah pertama sampai terakhir dengan berjalan diatas atap rumah-rumah tersebut.
Maka, dia pun naik ke atas atap masjid dan dari situ dia pindah kerumah sebelah. Di situ dia melihat orang-orang wanita, maka dia memalingkan pandangannya dan menjauh dari rumah itu. Lalu dia lihat rumah yang di sebelahnya lagi. Keadaannya sedang sepi dan dia mencium ada bau masakan berasal dari rumah itu. Rasa laparnya bangkit, seolah-olah bau masakan tersebut magnet yang menariknya.
Rumah-rumah dimasa itu banyak dibangun dengan satu lantai, maka dia melompat dari atap ke dalam serambi. Dalam sekejap dia sudah berada di dalam rumah dan dengan cepat dia masuk ke dapur lalu mengangkat tutup panci yang ada disitu. Dilihatnya sebuah terong besar dan sudah dimasak.
Lalu dia ambil satu, karena rasa laparnya dia tidak lagi merasakan panasnya, digigitlah terong yang ada ditangannya dan saat itu dia mengunyah dan hendak menelannya, dia ingat dan timbul lagi kesadaran beragamanya.
Langsung dia berkata dalam hati, “A’udzu billah! Aku adalah penuntut ilmu dan tinggal di masjid , pantaskah aku masuk kerumah orang dan mencuri barang yang ada di dalamnya?,” Dia merasa bahwa ini adalah kesalahn besar, lalu dia menyesal dan beristigfar kepada Allah, kemudian mengembalikan lagi terong yang ada ditangannya.

Kisah Telada: Ketika Abu Yazid Bersama Para Pemabuk

Pada suatu hari Abu Yazid Al Bustomi mendapatkan mimpi dan isyarat. Ia harus menemui sesorang yang menjadi tetangganya di surge. Namun saat ditemui,orang tersebut berada di kerumunan orang yang suka bermabuk-mabukkan. Diakah tetangga ahli surge tersebut?Berikut kisahnya.

Abu Yazid adalah seorang yang harum kalbunya, seorang syekh panutan umat muslim. Suatu hari sukmanya melayang membumbung tinggi jauh ke langit menunuju Arasy. Ia berujar di dalam lubuk hati yang terdalam."Ini adalah tempat Muhammad, pemimpin para rosul. Semoga kau menjadi tetangga beliau di surga," Ketika terdasar, dia mendengar bisikan dari dalam kalbunya menyerukan. "Si Fulan, seorang hamba, di suatu negeri seperti ini, dia adalah tetanggamu di surge,”

Mencari Ahli Surga
Ketika sadar dia pergi mencari si Fulan yang diisyaratkan akan menjadi tetangganya di surga, sehingga bisa bertemu dan melihat wajahnya. Dia lalu berangkat pergi menempuh perjalanan yang sangat jauh, mecapai ratusan kilo meter lebih. Ketika ia sampai di negeri sebagaimana yang diisyaratkan padanya itu, dia bertanya mengenai seorang hamba atau syekh yang diisyaratkan dalam munajatnya. Orang-orang menjawab."Mengapa anda bertanya mengenai orang fasik dan peminum minuman keras. Sementara wajah anda mengisyaratkan tanda-tanda sebagai orang saleh,"kata seseorang. Ketika Abu Yazid mendengar ucapan tersebut. Dia menyesal dan bersedih. Dia berkata dalam hati. "Mungkinkah bisikan pangatagilan itudari setan," pikirnya mulai ragu.
Ketika dia hendak pulang ke negerinya, dia kembali berfikir dan berkata dalam hatinya."Aku telah diba di sni,sedangkanaku belum melihatwajah orang yang aku cari, mengapa aku harus pulang?," pikirnya lagi.
Kemudian ia mulai berjalan kembali, dan bertanya lagi kepada penduduk akan keberadaan calon tetangganya di surga nanti. "Dimana rumah dan tempat tinggal si fulan?," tanya Abu Yazid kepada salah seorang penduduk. Mereka memberi tahupadanya, sambil berkata. "Dia sibuk dengan minuman kerasnya di tempat seperti ini,"kata seorang sembaari menunjukkan sebuah tempat.
Maka Abu Yazid pergi ke tempat yang ditunjukkan oleh seorang penduduk tersebut. Dia melihat empat puluh orang berkumpul ditempat itu, mereka berpesta khamar dan bermabuk-mabukan. Sementara si Fulan, hamba yang dicarinya itu, duduk di antara mereka. Ketika melihat keadaan itu, Abu Yazid kembali cemas dan putus asa.
Dalam kecemasan dan kebingungan itu, tiba-tiba si Fulan, hamba yang dicarinya itu memanggil dan berkata. "Hai Abu Yazid, hai imamnya kaum muslimin, mengapa anda tidak masuk ke dalam. Anda datang kepada kami dari tempat yang jauh dengan susah paya untuk mencari tetanggamu di surga," kata si Fulan.
Ia pun melanjutkan perkataannya. "Lalu, apakah anda mendapatiku. Namun anda segera pulang tanpa mengucapkan salam, tanpa berbicara dan tanpa menjumpaiku," kata di Fulan lagi.
Abu Yazid menjadi bingung dan heran, sambil berkata dalam dirinya. "Perjalananku ini sangat rahasia.Bagaimana dia bisa mengetahuinya,"kata Abu Yazid dalam hati.
Si Fulan itu kembali berkata."Wahai Syekh, jangan merenung dan heran. Tuhan yang mengirim anda kemari telah memberi tahu kepadaku mengenai kehadiran anda. Masuklah, wahai syekh, dan duduklah sebentar bersama kami," papar si Fulan.

Tobatnya Pemabuk
Lalu, Abu Yazid masuk dan duduk disisinya. Dilihatnya puluhan orang sedang asik mabuk dan tidak mempedulikan satu sama lain. Mereka asik menikmati minuman haram itu.
"Hai si Fulan, tempat macam apa ini?," tanya Abu Yazid.
"Bukanlah tujuan seseorang masuk ke surga hanya bersama satu orang saja. Dulu mereka ini sebanyak delapan puluh orang fasik. Aku telah berusaha untuk menyadarkan mereka agar kembali ke jalan yang benar, dan empat puluh orang dari mereka telah bertobat dan meninggalkan kefasikannya. Sehingga mereka menjadi teman-temanku dan tetanggaku di surga," jawab si Fulan.

Dan kini, tinggal empat puluh orang belum sadar. Maka dengan kehadiran Abu Yazid kesana, maka kewajibannya adalah untuk membuat sesuatu agar mereka sadar dan kembali pada jalan yang benar dan diridhai Allah Swt. Dan ketika empatpuluh orang tersebut mendengar perbincangan antara keduanyadan mengetahui bahwa Syekh itu adalah Abu Yazid Al Bustomi, maka mereka semua menjadi bertobat. Hingga delapanpuluh duaorang itu menjadi mitra bertetangga di dalam surga.*Is

Kisah Teladan: Wanita Pengunjung Surga dan Neraka

Diceritakan dari Aisyah r.a, bahwa pada suatu ketika ada seorang wanita datang kepada Rosulullah Saw, tangan kanannya menderita sakit kering. Kemudian Ia menceritakan bahwa ia berkunjung ke surga dan neraka bertemu dengan orangtuanya.

Wanita tersebut merasa kesakitan. Tangan kanannya tak kunjung juga sembuh. Sang wanita pun menemui Rosulullah untuk meminta doa agar Allah Swt member kesembuhan.
”Wahai Rosulullah, berdoalah kepada Allah untukku, sehingga Dia menyembuhkan dan mengembalikan kondisi tangan kananku sebagaimana keadaan semula,” kata sang wanita.
”Apa yang membuat tanganmu menjadi kering,?” Tanya Rosulullah Saw kepadanya.
“Aku bermimpi, seakan-akan hari kiamat telah terjadi. Sedangkan neraka Jahim telah  berkobar-kobar dansurga telah disiapkan,”jawabnya.
“Terdapat jurang-jurang yang curam dan mencekam di dalam neraka. Aku melihat ibuku berada di salah satu jurang neraka Jahanam. Ditangannya terdapat sepotong lemak, sementara tangan yang lainnya memegang sesobek kain, yang dipergunakan untuk melindungi diri dari api neraka,” lanjutnya.

Balasan Amalan Buruk
Melihat sosok sang ibu berdiri dengan kehausan dan hanya mengengam sepotong lemak dan sesobek kain untuk melindungi diri dari api neraka. Sang wanita sekaligus seorang anak tersebut sangat penasaran dengan keadaan yang menimpa ibunya. Kemudian ia bertanya mengenai keadaan sang ibu tersebut.
“Mengapa aku melihatmu dalam jurang ini,wahai ibuku? Padahal anda orang yang taat pada Tuhan, dan diridahai oleh suami anda,” Tanya sang wanita heran melihat keadaan sang ibu.
“Wahai puteriku,aku dulu di dunia seorang yang kikir, dan ini adalah tempat bagi orang-orang yang kikir,” ungkapnya.
“Apa dan mengapa tangan anda memegang lemak, sementara tangan yang satunya memegang sesobek kain,” Tanya sang anak lagi.
“Ini adalah sedekah yang pernah aku perbuat di dunia. Aku tidak perneh sedekah sepanjang umurku kecuali lemak dan sobekan kain ini. Sekarang hal itu diberikan kepadaku yang dapat aku gunakan untuk melindungi diri dari api neraka. Aku telah memberikannya. Maka aku gunakan berlindung dari neraka. Siksaan ini, sebab perbuatanku sendiri,”jelasnya kemudian.
“Dimanakah ayah?,” Tanya sang anak
“Dia dulu dermawan, maka dia berada di tempat orang-orang yang dermawan di dalam surga,” jawab sang ibu.

Kisah Teladan: Meninggalkan Hianat, Mendapat Rahmat

Berkat kejujuran yang dimiliki oleh Al-Qadhi Abu Bakar Muhammad bin abdul Baqi bin Muhammad Al-Bazzar Al-Anshar dalam menjaga barang milik orang lain dan tidak pernah mengambil barang yang bukan miliknya. Ia diberikan oleh Allah Swt rahmat yang luar biasa.

Suatu hari Al-Qadhi Abu Bakar Muhammad bin abdul Baqi bin Muhammad Al-Bazzar Al-Anshari pernah berada di Makkah, saat itu ia merasa kelaparan. Tidak ada satu pun sesuatu yang bisa dimakan. Tiba-tiba ia menemukan sebuah kantong dari sutera yang diikat dengan kaos kaki yang terbuat dari sutera pula. Ia memungutnya dan membawanya pulang ke rumah. Ketika ia buka, ia dapatkan di dalamnya sebuah kalung permata yang tak pernah ia lihat sebelumnya.

Kalung Permata
Al Qadhi lalu keluar dari rumah, dan saat itu ada seorang bapak tua yang berteriak mencari kantongnya yang hilang sambil memegang kantong kain yang berisi uang lima ratus dinar. Dia mengatakan. “Ini adalah bagi orang yang mau mengembalikan kantong sutera yang berisi permata,” kata bapak tua.
Al Qadhi berkata pada diriku. “Aku sedang membutuhkan, aku ini sedang lapar. Aku bisa mengambil uang dinar emas itu untuk aku manfaatkan dan mengembalikan kantong sutera ini padanya,”. Maka aku berkata pada bapak tua itu, “Hai, kemarilah,”
Lalu Al Qadhi membawa ke rumahnya. Setibanya di rumah, dia menceritakan padanya ciri kantong sutera itu, ciri-ciri kaos kaki pengikatnya, ciri-ciri permata dan jumlahnya berikut benang yang mengikatnya.
Maka Al Qadhi mengeluarkan dan memberikan kantong itu kepadanya dan dia pun memberikan untukku lima ratus dinar, tetapi ia tidak mau mengambilnya.
Aku katakan padanya, “Memang seharusnya aku mengembalikannya kepadamu tanpa mengambil upah untuk itu,”
Ternyata bapak tua itu bersikeras, “Kau harus mau menerimanya,” sambil memaksaku terus-menerus. Aku tetap pada pendirianku, tak mau menerima. akhirnya bapak tua itu pun pergi meninggalkan Al Qadhi, beberapa waktu setelah kejadian itu  Al Qadhi keluar dari kota Makkah dan berlayar dengan perahu.
Di tengah laut, perahu tumpangan itu pecah, orang-orang semua tenggelam dengan harta benda mereka. Tetapi ia selamat, dengan menumpang potongan papan dari pecahan perahu itu. Untuk beberapa waktu ia tetap berada di laut, tak tahu ke mana hendak pergi.

Kisah Teladan: Berlipat Ganda Rejeki dari Allah

Kisah ini datang dari sahabat Nabi Al-Fudhail bin Iyadh. Dulu ada  seorang laki-laki yang keluar membawa benang tenun, lalu ia menjualnya satu dirham untuk membeli tepung. Namun, karena kebaikannya kepada seorang fakir, satu dirham tersebut Allah Swt ganti dengan kepingan ribuan dirham kepingan uang.

Suatu ketika saat laki-laki sahabat Al Furdhail bin Iyadh pulang, ia melewati dua orang laki-laki yang masing-masing menjambak kepal kawannya.
“Ada apa?,” Tanya laki-laki tersebut.
Beberapa orang yang menyaksikan perkelahian diantara dua orang ini pun memberitahunya bahwa keduanya bertengkar karena uang satu dirham. Maka, ia berikan uang satu dirham kepada keduanya, dan ia pun tak memiliki barang dan uang lagi.
Lalu laki-laki tersebut mendatangi isterinya seraya mengabarkan apa yang telah terjadi. Sang isteri lalu mengumpulkan perkakas rumah tangga. Laki-laki itu pun berangkat kembali untuk menggadaikannya, tetapi barang-barang itu tidak laku.

Menolong Fakir
DAlam perjalanan ia berpapasan dengan laki-laki yang membawa ikan yang menebar bau busuk. Orang itu lalu berkata kepadanya. “Engkau membawa sesuatu yang tidak laku, demikian pula dengan yang saya bawa. Apakah anda mau menukarnya dengan barang (daganganku)?,” katanya
Ia pun menerima tawaran laki-laki pembawa ikan. Ikan itu pun dibawanya pulang. Kepada isterinya ia berkata, “Dindaku, segeralah masak ikan ini, kita hampir tak berdaya karena lapar,” kata Laki-laki tersebut.
Maka sang isteri segera mengurus ikan tersebut. Lalu dibelahnya perut ikan tersebut. Tiba-tiba sebuah mutiara keluar dari perut ikan tersebut. Sunggurh terkejut dan berbahagialah pasangan suami istri ini. Sebuah keajaiban dating kepada mereka.
“Suamiku, dari perut ikan ini keluar sesuatu yang lebih kecil daripada telur ayam, ia hampir sebesar telur burung dara,”  kata wanita itu dengan gembira.
“Perlihatkanlah kepadaku,” kata sang suami.
Merekaa melihat sesuatu yang tak pernah dilihatnya sepanjang hidupnya. Pikirannya melayang, hatinya berdebar. Ia lalu berkata kepada isterinya, “Tahukah engkau berapa nilai mutiara ini?,”
“Tidak, tetapi aku mengetahui siapa orang yang pintar dalam hal ini’, jawab suaminya.

Ribuan Keping Uang

Ia lalu mengambil mutiara itu. Ia segera pergi ke tempat para penjual mutiara. Ia menghampiri kawannya yang ahli di bidang mutiara. Ia mengucapkan salam kepadanya, sang kawan pun menjawab salamnya. Selanjutnya ia berbicar kepadanya seraya mengeluarkan sesuatu sebesar telur burung dara.
”Tahukah Anda, berapa nilai ini?, ia bertanya.
 Kawannya memperhatikan barang itu begitu lama, baru kemudian ia berkata, “Aku menghargainya 40 ribu. Jika Anda mau, uang itu akan kubayar kontan sekarang juga kepadamu. Tapi jika Anda menginginkan harga lebih tinggi, pergilah kepada si fulan, dia akan memberimu harga lebih tinggi dariku,” jelasnya.
Maka,  ia pun pergi kepadanya. Orang itu memperhatikan barang tersebut dan mengakui keelokannya. Ia kemudian berkata, “Aku hargai barang itu 80 ribu. Jika Anda menginginkan harga lebih tinggi, pergilah kepada si fulan, saya kira dia akan memberi harga lebih tinggi dariku,” kata pedagang yang kedua.
Segera ia bergegas menuju kepadanya. Orang itu berkata, “Aku hargai barang itu 120 ribu. Dan saya kira, tidak ada orang yang berani menambah sedikitu pun dari harga itu!’, kata pedagang ke tiga.
“Ya, saya seutuju pun setuju,” Jawab laki-laki tersebut.
Lalu harta itu ditimbangnya. Maka pada hari itu, ia membawa dua belas kantung uang. Pada masing-masingnya terdapat 10.000 dirham. Uang itu pun ia bawa ke rumahnya untuk disimpan. Tiba-tiba di pintu rumahnya ada seorang fakir yang meminta-minta.
“Saya punya kisah, karena itu masuklah,” kata laki-laki tersebut kepada si fakir.
Faikr itu pun masuk kerumahnya. Tidak disangka-sangka ia memberikan uang hasil penjualan mutiara tersebut kepada si fakir.
“Ambillah separuh dari hartaku ini,” katanya seraya menyerahkan bebeberapa kantung uang.

Maka, orang fakir itu mengambil enam kantung uang dan dibawanya. Setelah agak menjauh, ia kembali lagi berkata, “Sebenarnya aku bukanlah orang miskin atau fakir, tetapi Allah telah mengutusku kepadamu, yakni Dzat yang telah mengganti satu dirhammu dengan 20 qirath. Dan ini yang diberikanNya kepadamu adalah baru satu qirath daripada-nya, dan Dia menyimpan untukmu 19 qirath yang lain,” kata utusan Allah tersebut.*Is