Dikisahkan oleh sahabat
Nabi, Umar Bin Khattab, ketika beliau menjalani kehidupan rumah tangga, ia
selalu bijaksana dan tidak pernah menjadikan amarah istrinya sebagai bentuk
penindasan kepada dirinya. Berikut Kisahnya.
Sebagai
seorang pemimpin keluarga kita harus lebih bijaksana dalam menanggapi
permasalahan keluarga. Jangan menjadikan amarah seorang istri sebagai bentuk
penindasan kepada suami. Tapi hal tersebut adalah bentuk kasih sayang, seperti
yang dicontohkan oleh Khalifah Umar Bin Khattab.
Sahabat
Umar bin Khatab adalah salah seorang sahabat Nabi Muhammad yang juga adalah
khalifah kedua Islam (634-644). Umar juga merupakan satu diantara empat orang
Khalifah yang digolongkan sebagai Khalifah yang diberi petunjuk Khulafaur
Rasyidin.
Umar
dilahirkan di kota Mekkah dari suku Bani Adi, salah satu rumpun suku Quraisy,
suku terbesar di kota Mekkah saat itu. Ayahnya bernama Khattab bin Nufail Al
Shimh Al Quraisyi dan ibunya Hantamah binti Hasyim. Umar memiliki julukan yang
diberikan oleh Muhammad yaitu Al-Faruk yang berarti orang yang bisa memisahkan
antara kebenaran dan kebatilan. Umar juga tergolong orang yang tabah dalam
menghadapi istri dan kondisi yang menimpa rumah tangganya.
Amarah
Sorang Istri
Dalam
kisah rumah tangga sahabat Umar, diriwayatkan bahwa, ada seseorang bermaksud menghadap
Umar Bin Khattab hendak mengadukan perihal perangai buruk istrinya. Sampai ke
rumah yang dituju orang itu menanti Umar Ra di depan pintu. Saat itu ia
mendengar istri Umar mengomeli dirinya, sementara Umar sendiri hanya berdiam
diri saja tanpa bereaksi. Orang itu bermaksud balik kembali sambil melangkahkan
kaki seraya bergumam,”Kalau keadaan Amirul mukminin saja begitu, bagaimana
halnya dengan diriku.”
Bersamaan
itu Umar keluar, ketika melihat orang itu hendak kembali. Umar memanggilnya,
”Ada
keperluan penting?”.
”Amirul
mukminin, kedatanganku ini sebenarnya hendak Mengadukan perihal istriku
lantaran suka memarahiku. Aku mendengar istrimu sendiri berbuat serupa, maka
aku bermaksud kembali.,”kata orang tersebut.
“Dalam
hatiku berkata kalau keadaan amirul mukminin saja diperlakukakan Istrinya
seperti itu, bagaimana halnya dengan diriku.”kata orang itu lagi.
Lalum
Umar berkata kepadanya,”Saudara, sesungguhnya aku rela menanggung perlakuan seperti
itu dari istriku, karena adanya beberapa hak yang ada padanya. Istriku
bertindak sebagai juru masak makananku, Ia selalu membuatkan roti untukku,”kata
Umar.
“Ia
selalu mencucikan pakaian-pakaianku. Ia Menyusui anak-anakku, padahal semua itu
bukan kewajibannya. Aku cukup tentram tidak melakukan perkara Haram lantaran
pelayanan istriku. Karena itu aku menerimanya sekalipun dimarahi.”jelasnya
lagi.
”Amirul
Mukminin, demikian pulakah terhadap istriku?”, Tanya orang tersebut.
”Ya
terimalah marahnya. Karena yang dilakukan istrimu tidak akan lama, hanya sebentar
saja,” kata Umar bijak.
Menyayangi
Istri
Umar
adalah sosok yang sangat menghargai perempuan, terutama istrinya. Berbeda
dengan suami jaman sekarang bila dimarahi istri. Sebagian besar dari kita
mungkin langsung berselisih, karena suami merasa diinjak-injak oleh istri.
Bukan hanya itu saja bahkan suami malah memukul istrinya, dan lebih parah lagi
bila tidak terbendung marahnya suami sampai mengeluarkan kata-kata kurang
pantas seperti kata-kata cerai dan sebagainya.
Jadikanlah
rumah tangga kalian seperti yang dicontohkan oleh rumah tangga Rasulullah Saw
dengan Siti Khadijah, Nabi Yusuf dengan Siti Zulaikha, dan rumah tangga sahabat
Ali dan Siti Fatimah dan juga perlakuan Umar kepada istrinya.*is
No comments:
Post a Comment