Berkat
kejujuran yang dimiliki oleh Al-Qadhi Abu Bakar Muhammad bin abdul Baqi bin Muhammad Al-Bazzar
Al-Anshar dalam menjaga barang milik orang lain dan tidak pernah mengambil
barang yang bukan miliknya. Ia diberikan oleh Allah Swt rahmat yang luar biasa.
Suatu hari Al-Qadhi Abu Bakar
Muhammad bin abdul Baqi bin Muhammad Al-Bazzar Al-Anshari pernah berada di
Makkah, saat itu ia merasa kelaparan. Tidak ada satu pun sesuatu yang bisa
dimakan. Tiba-tiba ia menemukan sebuah kantong dari sutera yang diikat dengan
kaos kaki yang terbuat dari sutera pula. Ia memungutnya dan membawanya pulang
ke rumah. Ketika ia buka, ia dapatkan di dalamnya sebuah kalung permata yang
tak pernah ia lihat sebelumnya.
Kalung Permata
Al Qadhi lalu keluar dari rumah, dan
saat itu ada seorang bapak tua yang berteriak mencari kantongnya yang hilang
sambil memegang kantong kain yang berisi uang lima ratus dinar. Dia mengatakan.
“Ini adalah bagi orang yang mau mengembalikan kantong sutera yang berisi
permata,” kata bapak tua.
Al Qadhi berkata pada diriku. “Aku
sedang membutuhkan, aku ini sedang lapar. Aku bisa mengambil uang dinar emas
itu untuk aku manfaatkan dan mengembalikan kantong sutera ini padanya,”. Maka aku
berkata pada bapak tua itu, “Hai, kemarilah,”
Lalu Al Qadhi membawa ke rumahnya.
Setibanya di rumah, dia menceritakan padanya ciri kantong sutera itu, ciri-ciri
kaos kaki pengikatnya, ciri-ciri permata dan jumlahnya berikut benang yang
mengikatnya.
Maka Al Qadhi mengeluarkan dan
memberikan kantong itu kepadanya dan dia pun memberikan untukku lima ratus
dinar, tetapi ia tidak mau mengambilnya.
Aku katakan padanya, “Memang
seharusnya aku mengembalikannya kepadamu tanpa mengambil upah untuk itu,”
Ternyata bapak tua itu bersikeras,
“Kau harus mau menerimanya,” sambil memaksaku terus-menerus. Aku tetap pada
pendirianku, tak mau menerima. akhirnya bapak tua itu pun pergi meninggalkan Al
Qadhi, beberapa waktu setelah kejadian itu
Al Qadhi keluar dari kota Makkah dan berlayar dengan perahu.
Di tengah laut, perahu tumpangan itu
pecah, orang-orang semua tenggelam dengan harta benda mereka. Tetapi ia selamat,
dengan menumpang potongan papan dari pecahan perahu itu. Untuk beberapa waktu
ia tetap berada di laut, tak tahu ke mana hendak pergi.
Berkah Jujur dan Ikhlas
Akhirnya ia tiba di sebuah pulau
yang berpenduduk. Al Qadhi duduk di
salah satu masjid sambil membaca ayat-ayat Al-Qur’an. Ketika mereka tahu
bagaimana ia membacanya, tak seorang pun dari penduduk pulau tersebut kecuali
dia datang kepadaku dan mengatakan, “Ajarkanlah Al-Qur’an kepadaku,” kata
seseorang.
Al Qdhi memenuhi permintaan mereka.
Dari mereka dirinya mendapat harta yang banyak. Di dalam masjid, ia menemukan
beberapa lembar dari mushaf, aku mengambil dan mulai membacanya. Lalu mereka
bertanya, “Kau bisa menulis?”.
“Ya,” jawab Al Qudhi.
Mereka berkata, “Kalau begitu,
ajarilah kami menulis,”
Mereka pun datang dengan anak-anak juga
dan para remaja mereka. Al Qudhi mengajari mereka tulis-menulis. Dari itu juga dirinya
mendapat banyak uang. Setelah itu mereka berkata, “Kami mempunyai seorang
puteri yatim, dia mempunyai harta yang cukup. Maukah kau menikahinya?,” kata
seorang warga.
Al Qudhi menolak, tapi mereka terus
mendesaknya. Akhirnya Al Qudhi menuruti keinginan warga tersbeut. Mereka
membawa anak perempuan itu kehadapanku, aku pandangi dia. Tiba-tiba Al Qudhi
melihat kalung permata yang dulu pernah ia temukan di Makkah melingkar di
lehernya.
Salah seorang warga pun menceritakan
kepada Al-Qudhi bahwa orang tua yang mengambil kalung darimu saat itu adalah
ayag anak perempuan itu. Orang tua itu mengatakan bahwa ia tidak pendapatkan
seorang muslim di dunia sebaik orang yang telah mengembalikan kalung itu
kepadanya. Ia pun berdoa kepada Allah agar mempertemukan dia dengan pemuda
tersebut sehingga ia bisa menikahkan anaknya dengan pemuda tersebut, dan
sekarang menjadi kenyataan.
Al Qudhi mulai mengarungi kehidupan
bersama anak bapak tua dan hidup bahagia. *Is
No comments:
Post a Comment