Pada zaman Rasulullah SAW
terdapat seorang pemuda yang kurang menarik raut wajahnya dan tubuhnya agak
pendek. Pemuda tersebut bernama bernama Julaibib. Dia sedang berusaha untuk
mencari seorang perempuan yang sesuai untuk dijadikan isterinya tetapi malangnya
tidak ada seorang pun yang sudi untuk bermenantu atau bersuamikan Julaibib.
Maka
pergilah Julaibib bertemu Rasulullah SAW untuk mengadukan masalahnya itu.
Apabila diketahui oleh Rasulullah SAW akan masalah Julaibib, lantas baginda
sendiri berusaha mencarikan jodoh buat Julaibib. Maka bertemulah Rasulullah SAW
dengan salah seorang sahabatnya dan menyatakan keperluannya.
”Wahai
fulan, engkau nikahkan aku dengan anak gadismu.” Kata Rosulullah.
”Baiklah,
aku terima dengan senang hati,” jawab sahabat tersebut.
”Tetapi
pinangan ini bukan untuk aku,” kata Rasulullah selanjutnya.
“Untuk
siapa?”. Pada mulanya dia sangka Rasulullah SAW ingin meminang anaknya untuk
dirinya sendiri. ”Untuk Julaibib,” jawab Rasulullah SAW.
”Wahai
Rasulullah, kalau begitu berilah aku waktu agar dapat aku bermusyawarah bersama
ibunya dahulu.” Kata sahabat tersebut.
Dia
pun segera pulang ke rumahnya. Di dalam hatinya timbul pertanyaan bagaimanakah
nanti kalau isterinya menolak hajat Rasulullah. Jika menolak pinangan
Rasulullah tentulah tidak baik bagi orang mukmin. Tetapi kalau dia menerima pun
dia tidak setuju jika anaknya menikah dengan Julaibib. Ternyata dugaan sahabat
Rosulullah benar, ibu sang gadis menolak anaknya menikah dengan Julaibib.
Menerima
Pinangan
Saat
itu juga sang anak gadis mendengar pembicaraan kedua orangtuanya tersebut, dia
pun marah dan kesal karena menolak pinangan Julaibib yang berarti menolak
ketentuan Rasulullah.
“Apakah
ibu dan ayah akan menolak keputusan Rasulullah SAW?” Anak gadis itu bertanya
kepada kedua ibu bapanya.
”Beritahukan
kepada Rasulullah SAW aku menerimanya kerana baginda tidak akan membiarkan aku
tersia-sia.” Katanya.
Demikian
yakinnya gadis itu kepada keputusan Rasulullah SAW. Mendengar ketegasan anaknya, sahabat itu pun
segera kembali bertemu Rasulullah. ”Permintaan tuan diterima,” katanya kepada
Rasulullah. Maka Rasulullah pun segera menikahkan Julaibib dengan anak
perempuannya itu.
”Ya
Allah, limpahkanlah keberkahan atas pernikahan dua pemuda ini. Janganlah Engkau
biarkan hidupnya dalam keadaan susah payah,” Doa Rasulullah SAW untuk pasangan
pengantin baru itu.
Akhirnya,
Julaibib menemukan jodohnya, seorang gadis yang dengan ikhlas menerimanya
karena dia tidak ingin menghianati dan menolak keberkahan yang diberikan oleh
Rosulullah. Tidak lama pernihakannya
berlangsung, Julaibib tewas dalam pepeerangan bersama Rasulullah. Ia pun
meninggal dalam keadaan Syahid. Sang istri meskipun dalam hidupnya tidak ada
ketertarikan dengan Julaibib, dia setia mengantar dan mengurusi Julaibib
diakhir hayatnya.
Istri
Saleha
Tatkala
sang istri menerima ketentuan Allah dan Rasul-Nya, pandangannya jauh ke depan.
Dia tidak sedikit pun buruk sangka dengan Rasulullah SAW yang menjodohkannya
dengan Julaibib yang terkenal buruk rupa. Dia ikhlas dan sadar, itulah jodohnya
yang sesuai buat dirinya. Dia tahu sesungguhnya Allah Maha Pengasih dan Maha
Penyayang, dan kasih sayang Allah lebih dari sayangnya seorang ibu terhadap
anaknya.
Jadi
tentulah Allah tidak saja-saja hendak mempersia-siakan hidupnya dengan
menjodohkannya dengan Julaibib. Sudah pasti ada hikmah besar dibalik
pernikahannya itu nanti. Sebab itulah dia ridha dengan pilihan Rasulullah SAW
untuk dirinya.
Begitulah
ketinggian imannya, dia menghargai pilihan Rasulullah yang mana dia yakin tentu
Rasulullah tidak akan membuatnya terhina dengan menikahkannya dengan Julaibib.
Keputusan sang gadis untuk menerima pinangan menjadi teladan umat Islam kala
itu. Biala ada orang datang yang meminang, jangan dipentingkan tentang rupa dan
kedudukan, tetapi utamakan akhlak, ilmu dan agama yang ada. Agar memebrikan
kebahagiaan dunia dan akhirat adalah suami yang beriman yang mampu membimbing
isteri dan keluarganya mencapai kebahagiaan, seperti yang dilakukan oleh
Julaibib sampai di akhir hayatnya.*IS
No comments:
Post a Comment