Dikisahkan pada zaman Rosulullah Saw,
tinggallah seorang perajin emas dan pembuat kendi.
Kedua orang ini memiliki sifat yang
sangat berbedam perajin emas itu seorang materialis dan pencinta harta,
sedangkan pembuat kendi seorang yang baik jati dan sederhana. Perajin emas
selalu iri terhadap pembuat kendi padahal ia tidak punya apa-apa. Bagaimana
balasan yang didapat perajin emas?Berikut kisahnya.
Meskipun perajin emas adalah seorang yang kaca raya
dan hidup mewah, hatinya selalu di penuhi sifat iri kepada si pembuat kendi.
Saat berdagagng, Si perajin emas selalu curang dalam mendapatkan harta. Semua
orang tahu bahwa dia tidak mengindahkan kejujuran.
Sebaliknya, pembuat kendi adalah seorang mukmin dan
pekerja keras. Dia dicintai oleh masyarakat. Setiap orang yang memiliki masalah
akan datang meminta bantuannya. Si perajin emas berfikir, mengapa warga kota
begitu menyintai pembuat kendi, padahal dia tidak memiliki harta benda. Menurutnya,
cinta dan kasih sayang bisa diperoleh lewat tipu daya dan makar. Karena itu
timbul rasa dengki si pengrajin emas terhadap pembuat kendi.
Melontarkan Fitnah
Pada salah satu hari, sewaktu petugas kota mengejar
pencuri di pasar, si pengrajin emas melihat bahwa saat itu adalah momen yang
tepat untuk menuntaskan dendamnya terhadap pembuat kendi. Oleh sebab itu, dia
menunjuk si pembuat kendi dan berbohong kepada petugas. “Saya melihat pencuri
masuk ke rumah lelaki ini,” kata perajin emas menunjuk pembuat kendi.
Petugas dengan segera memasuki rumah pembuat kendi dan
ketika dia tidak menemukan tanda-tanda adanya pencuri, ia menyeret paksa
pembuat kendi ke penguasa dan memintanya untuk menyerahkan si pencuri.
Pembuat kendi bersumpah bahwa dia tidak mengetahui
apa-apa. Tapi ada daya, ia tetap dijebloskan ke penjara. Beberapa hari
kemudian, pencuri yang asli tertangkap dan sekaligus membuktikan bahwa pembuat
kendi tidak bersalah. Perajin emaspun semakin kesal.
Diberikan Racun
Setelah peristiwa itu, si perajin emas itu bukan hanya
tidak menyesal atas tindakannya, tetapi malah semakin dibakar oleh api
kedengkian terhadap pembuat kendi. Apalagi, dia menyaksikan bahwa si pembuat kendi
semakin dicintai oleh masyarakat.
Dengki dan hasad sedemikian membakar jiwa dan hatinya
sehingga dia mengambil keputusan yang berbahaya. Dia menyediakan racun dan
memperalat seorang anak muda bodoh untuk meracun pembuat kendi dengan
mengupahnya seratus keping emas.
Perajin emas menanti suara jerit tangis dari rumah
pembuat kendi. Tetapi hal itu tidak terjadi. Sebaliknya pembuat kendi kelihatan
sehat dan segar bugar seperti biasa. Pengrajin emas merasa heran dan dengan
segera dia mencari anak muda itu dan menyelidiki apa yang terjadi. Sadarlah dia
bahwa bukan hanya si pembuat kendi itu tidak diracun, tetapi anak muda tersebut
malah lari dari kota membawa seratus keping emas pemberiaannya.
Jatuh Sakit
Ketika perajin emas ini mendengar berita itu, dia merasa
sangat sedih. Begitu sedihnya sampai ia jatuh sakit. Tidak ada dokter yang bisa
mengobatinya. Tidak ada obat yang bisa menyembuhkan api dendam dan kedengkian.
Lelaki pengrajin emas telah kehilangan segala-galanya dan dunia menjadi gelap
baginya. Hal ini menyebabkan isteri dan anak-anaknya meninggalkannya.
Berita kesendirian pengrajin emas yang sakit itu
diketahui oleh tetangganya, si pembuat kendi yang baik hati. Dia berpikir,
inilah waktunya untuk pergi mengunjungi pengrajin emas. Dia menyediakan makanan
yang enak dan membawanya ke rumah perajin emas.
Pembuat kendi duduk di sisinya dan dengan lemah lembut
menanyakan keadaan dirinya.
“Aku datang karena memenuhi hakmu sebagai tetanggaku,”
katanya. Pengrajin emas menundukkan kepalanya karena malu.
“Aku mengetahui segala apa yang berlaku pada masa
lalu. Anak muda itu satu hari datang kepadaku dan memberitahu apa yang terjadi
dan menyarankan supaya aku meninggalkan kota ini karena sudah tentu nyawa aku
akan tidak selamat dari mu. Tetapi oleh karena aku berharap kepada rahmat dan
karunia Ilahi, setiap hari aku berdoa untuk mu semoga dirimu dibebaskan dari rasa
dengki dan hasad terhadapku,” jelasnya dengan bijak.
Kata-kata pembuat kendi menyebabkan pengrajin emas itu
menangis. Pembuat kendi memegang tangan tetangganya dan berkata. “Sahabat ku,
ketahuilah bahawa kedengkian laksana api yang membakar dan orang yang mula-mula
dibakarnya adalah diri insan itu sendiri,” lanjutnya.
Pengrajin emas berpikir jauh dan lahirlah rasa
penyesalan di wajahnya. Dengan suara yang bergetar, dia meminta maaf atas
segala yang terjadi di masa lalu. Kepada Tuhan dia berjanji bahwa selepas ini
dia akan menggantikan rasa dengki yang memenuhi hatinya dengan kasih sayang dan
persahabatan kepada orang lain.*is
No comments:
Post a Comment