Tuesday, 23 August 2016

Kisah Teladan: Berkah Sebuah Ketaqwaan

Konon ada seorang pemuda yang bertakwa, tetapi dia sangat lugu. Suatu kali dia belajar pada seorang Syaikh. BErkat keluguan dan ketaqwaannya, pemuda tersebutpun tidak bisa melakukan kejahatan. Sebaliknya, ia mendapat berkah.

Setelah lama menuntut ilmu, sang syaikh menasehati sang pemuda dan teman-temannya. “Kalian tidak boleh menjadi beban orang lain. Sesungguhnya, seorang alim yang menadahkan tangannya kepada orang-orang berharta, tak ada kebaikan dalam dirinya. Pergilah kalian semua dan bekerjalah dengan pekerjaan ayah kalian masing-masing. Sertakanlah selalu ketakwaan kepada Allah dalam menjalankan pekerjaan tersebut.” Jelasnya.
Maka pergilah pemuda tadi menemui ibunya seraya bertanya. “Ibu, apakah pekerjaan yang dulu dikerjakan ayahku?,” tanyanya.
“Ayahmu sudah meninggal. Apa urusanmu dengan pekerjaan ayahmu?” Jawab sang ibu sambil bergetar. Si pemuda ini terus memaksa agar diberitahu, tetapi si ibu selalu mengelak. Namun akhirnya si ibu terpaksa angkat bicara juga, dengan nada jengkel dia berkata. “Ayahmu itu dulu seorang pencuri.”
“Guruku memerintahkan kami – murid-muridnya, untuk bekerja seperti pekerjaan ayahnya dan dengan ketakwaan kepada Allah dalam menjalankan pekerjaan tersebut.” Katanya kepada sang ibu.
“Hai, apakah dalam pekerjaan mencuri itu ada ketakwaan?,” ibunya menyela.
 “Ya, begitu kata guruku.” Kata sang anak menjawab dengan polosnya.


Niat Mencuri
Lalu dia pergi bertanya kepada orang-orang dan belajar bagaimana para pencuri itu melakukan aksinya. Sekarang dia mengetahui tehnik mencuri. Inilah saatnya beraksi. Dia menyiapkan alat-alat mencuri, kemudian shalat isya’ dan menunggu sampai semua orang tidur. Sekarang dia keluar rumah untuk menjalankan profesi ayahnya, seperti perintah sang guru (syaikh).
Dimulailah dengan rumah tetangganya. Saat hendak masuk ke dalam rumah dia ingat pesan syaikhnya agar selalu bertakwa. Padahal mengganggu tetangga tidaklah termasuk takwa. Akhirnya, rumah tetangga itu ditinggalkannya. Ia lalu melewati rumah lain, dia berbisik pada dirinya. “Ini rumah anak yatim, dan Allah memperingatkan agar kita tidak memakan harta anak yatim.” Ia pun mengurungkan niat untuk mencuri di rumah anak yatim tersebut.
Dia terus berjalan dan akhirnya tiba di rumah seorang pedagang kaya yang tidak ada penjaganya. Orang-orang sudah tahu bahwa pedagang ini memiliki harta yang melebihi kebutuhannya. “Ha, di sini”, gumamnya.

Ketaqwaan Yang Tinggi
Pemuda tadi memulai aksinya. Dia berusaha membuka pintu dengan kunci-kunci yang disiapkannya. Setelah berhasil masuk rumah itu ternyata besar dan banyak kamarnya. Dia berkeliling di dalam rumah, sampai menemukan tempat penyimpanan harta. Dia membuka sebuah kotak, didapatinya emas, perak dan uang tunai dalam jumlah yang banyak. Dia tergoda untuk mengambilnya.
“Eh, jangan, syaikhku berpesan agar aku selalu bertakwa. Barangkali pedagang itu belum mengeluarkan zakat hartanya. Kalau begitu, sebaiknya aku keluarkan zakatnya terlebih dahulu.” Kata sang anak berbicara dengan dirinya sendiri.
Dia mengambil buku-buku catatan di situ dan menghidupkan lentera kecil yang dibawanya. Sambil membuka lembaran buku-buku itu dia menghitung. Dia hitung semua harta yang ada dan memperkirakan berapa zakatnya. Kemudian dia pisahkan harta yang akan dizakatkan. Dia masih terus menghitung dan menghabiskan waktu berjam-jam. Saat menoleh, dia lihat fajar telah menyingsing.
Dia kembali berbicara dengan sendiri. “Ingat takwa kepada Allah! Kau harus melaksanakan shalat dulu!”. Kemudian dia keluar menuju ruang tengah rumah, lalu berwudhu di bak air untuk selanjutnya melakukan shalat sunnah.
Tiba-tiba tuan rumah itu terbangun. Dilihatnya dengan penuh keheranan, ada lentera kecil yang menyala. Dia lihat pula kotak hartanya dalam keadaan terbuka dan ada orang sedang melakukan shalat. “Kurang ajar, siapa kau dan ada apa ini?,” kata pemilik rumah.
“Shalat dulu, baru bicara . Ayo pergilah berwudhu’ lalu shalat bersama. Tuan rumahlah yang berhak jadi imam.” Kata si pencuri.

Setelah salat, si pencuri menjelaskan bahwa zakat yang harus dikeluarkan dari harta si pemilik rumah sangat banyak, ia pun menjelaskan maksud tujuannya datang untuk mencuri. Namun, karena ketaqwaan kepada Allah dan ingat pesan sang guru, niat mencuri tersebut batal. Melihat kepintaran sang pencuri, pemliki rumahpun lulu dan kaget. Kemudian dia dinikahkan dengan anaknya, Inilah berkah dari sebuah ketaqwaan.*IS

No comments:

Post a Comment