Tidak ada
kebaikan yang tidak akan dibalas oleh Allah Swt, salah satunya adalah menolong
dan mendahulukan orang lanjut lansia. Allah Swt akan memuliakan seseorang yang
mau menghormati dan menolong orang yang sedang kesusaha, termasuk lansia.
Terkadang
orang yang kuat jasmaninya lupa akan keberadaan orang yang sudah tua rentan.
Mereka sering acuh dan tidak peduli. Rasa egois yang tinggi tidak peka terhadap
lingkungan sekitarnya, termasuk ketika melihat seorang lanjut usia yang sedang kesusahan.
Kepentingan duniawi mengalihkan rasa solidaritas, padahal dengan memuliakan
lansia, Allah Swt akan memuliakan derajat kita. Seperti yang dilakukan oleh Ali
bin Abi Thalib.
Menolong
Kakek Tua
Ali
bin Abi Thalib sedang berjalan tergesa-gesa menuju masjid. Ia tak ingin
melewatkan sholat shubuh hari itu dimana Nabi SAW sendiri yang menjadi imannya.
Ditengah jalan Ali terpaksa memperlambat langkahnya. Di depannya jalan seorang laki-laki
tua tertatih-tatih. Ali tidak mau mendahului lelaki tua itu karena rasa
hormatnya. Walhasil Ali pun menjadi terlambat tiba di masjid.
Tiba
di masjid, ternyata lelaki tua itu tidak masuk kedalamnya. Ia terus saja
berjalan tanpa menghiraukan bahwa ia sedang berada di depan sebuah masjid pada
saat dimana waktu sholat shubuh sedang tiba. ”Barangkali lelaki tua itu adalah
seorang yang kafir, atau yang pasti ia bukanlah orang Islam”, begitu pikir Ali
dalam hatinya.
Sewaktu
Ali masuk ke dalam masjid dilihatnya Nabi SAW sedang ruku`. Ini berarti, bahwa
masih tersedia waktu bagi Ali untuk sholat dengan di imami Nabi SAW sebagaimana
yang diniatkan sebelumnya.
Usai
sholat para sahabat bertanya kepada Rasulullah SAW. ”Ada gerangan apa ya
Rasulullah SAW, sehingga engkau lebih memperlama masa ruku` waktu sholat tadi ?
Padahal, sebelumnya hal yang seperti ini belum pernah engkau lakukan ?” Tanya
seorang sahabat.
Mendengar
pertanyaan para sahabat itu, Nabi SAW segera menjawab, ”Saat ruku tadi, yaitu
usai mengucapkan Subhana Rabbiyal `Adzimi, aku bermaksud segera mengangkat
kepalaku. Tetapi, tiba-tiba pada saat yang sama, Jibril datang. Ia menggelar
sayapnya dipunggungku sehingga membuat aku terus saja ruku`. Jibril membuat
demikian lama sekali, selama yang kalian rasakan,” jelas Rosulullah.
Baru
setelah Jibril mengangkat sayapnya, aku dapat berdiri mengangkat kepalaku,”
lanjur ROsulullah.
”Mengapa
bisa terjadi begitu, ya Rasulullah SAW ?” seorang diantara sahabat terus
bertanya.
”Aku
tak sempat menanyakan hal itu”. Kata Rosul
Ternyata
Jibril kembali menemui Nabi SAW. Ia memberikan penjelasan mengenai sebab ruku`
menjadi panjang saat sholat shubuh itu.
“Wahai
Muhammad, tadi itu, Ali sedang tergesa-gesa untuk bisa mengejar sholat
berjama`ah. Tapi ditengah perjalanan ia bertemu dengan seorang lelaki tua
Nasrani yang membuat jalannya menjadi terlambat sampai kesini. Ali tidak tahu
kalau orang itu adalah Nasrani, dan ia biarkan orang tua itu untuk tetap terus
berjalan didepannya. Ali tidak mau mendahuluinya,” kata jibril kepada
Rosulullah.
Allah
SWT kemudian menyuruhku supaya engkau tetap ruku` sehingga memungkinkan Ali
untuk dapat menyusul sholat shubuh berjama`ah. Perintah Allah SWT seperti itu
kepadaku bukan hal yang mengherankan bagiku, yang mengherankan adalah perintah
Allah SWT kepada Mikail agar ia menahan perputaran matahari dengan sayapnya.
Ini tentunya karena perbuatan Ali tadi ,” demikian penjelasan Jibril.
Setelah
memperoleh keterangan dari malaikat Jibril, Nabi SAW pun kemudian bersabda. ”Inilah
derajat orang yang memuliakan orangtua (lansia), meskipun lansia itu adalah
Nasrani,” kata Rosul. *Is
No comments:
Post a Comment