Tuesday, 23 August 2016

Kisah Teladan: Derajat Orang Memuliakan Lansia

Tidak ada kebaikan yang tidak akan dibalas oleh Allah Swt, salah satunya adalah menolong dan mendahulukan orang lanjut lansia. Allah Swt akan memuliakan seseorang yang mau menghormati dan menolong orang yang sedang kesusaha, termasuk lansia.

Terkadang orang yang kuat jasmaninya lupa akan keberadaan orang yang sudah tua rentan. Mereka sering acuh dan tidak peduli. Rasa egois yang tinggi tidak peka terhadap lingkungan sekitarnya, termasuk ketika melihat seorang lanjut usia yang sedang kesusahan. Kepentingan duniawi mengalihkan rasa solidaritas, padahal dengan memuliakan lansia, Allah Swt akan memuliakan derajat kita. Seperti yang dilakukan oleh Ali bin Abi Thalib.

Menolong Kakek Tua

Ali bin Abi Thalib sedang berjalan tergesa-gesa menuju masjid. Ia tak ingin melewatkan sholat shubuh hari itu dimana Nabi SAW sendiri yang menjadi imannya. Ditengah jalan Ali terpaksa memperlambat langkahnya. Di depannya jalan seorang laki-laki tua tertatih-tatih. Ali tidak mau mendahului lelaki tua itu karena rasa hormatnya. Walhasil Ali pun menjadi terlambat tiba di masjid.
Tiba di masjid, ternyata lelaki tua itu tidak masuk kedalamnya. Ia terus saja berjalan tanpa menghiraukan bahwa ia sedang berada di depan sebuah masjid pada saat dimana waktu sholat shubuh sedang tiba. ”Barangkali lelaki tua itu adalah seorang yang kafir, atau yang pasti ia bukanlah orang Islam”, begitu pikir Ali dalam hatinya.
Sewaktu Ali masuk ke dalam masjid dilihatnya Nabi SAW sedang ruku`. Ini berarti, bahwa masih tersedia waktu bagi Ali untuk sholat dengan di imami Nabi SAW sebagaimana yang diniatkan sebelumnya.
Usai sholat para sahabat bertanya kepada Rasulullah SAW. ”Ada gerangan apa ya Rasulullah SAW, sehingga engkau lebih memperlama masa ruku` waktu sholat tadi ? Padahal, sebelumnya hal yang seperti ini belum pernah engkau lakukan ?” Tanya seorang sahabat.
Mendengar pertanyaan para sahabat itu, Nabi SAW segera menjawab, ”Saat ruku tadi, yaitu usai mengucapkan Subhana Rabbiyal `Adzimi, aku bermaksud segera mengangkat kepalaku. Tetapi, tiba-tiba pada saat yang sama, Jibril datang. Ia menggelar sayapnya dipunggungku sehingga membuat aku terus saja ruku`. Jibril membuat demikian lama sekali, selama yang kalian rasakan,” jelas Rosulullah.
Baru setelah Jibril mengangkat sayapnya, aku dapat berdiri mengangkat kepalaku,” lanjur ROsulullah.
”Mengapa bisa terjadi begitu, ya Rasulullah SAW ?” seorang diantara sahabat terus bertanya.
”Aku tak sempat menanyakan hal itu”. Kata Rosul
Ternyata Jibril kembali menemui Nabi SAW. Ia memberikan penjelasan mengenai sebab ruku` menjadi panjang saat sholat shubuh itu.
“Wahai Muhammad, tadi itu, Ali sedang tergesa-gesa untuk bisa mengejar sholat berjama`ah. Tapi ditengah perjalanan ia bertemu dengan seorang lelaki tua Nasrani yang membuat jalannya menjadi terlambat sampai kesini. Ali tidak tahu kalau orang itu adalah Nasrani, dan ia biarkan orang tua itu untuk tetap terus berjalan didepannya. Ali tidak mau mendahuluinya,” kata jibril kepada Rosulullah.
Allah SWT kemudian menyuruhku supaya engkau tetap ruku` sehingga memungkinkan Ali untuk dapat menyusul sholat shubuh berjama`ah. Perintah Allah SWT seperti itu kepadaku bukan hal yang mengherankan bagiku, yang mengherankan adalah perintah Allah SWT kepada Mikail agar ia menahan perputaran matahari dengan sayapnya. Ini tentunya karena perbuatan Ali tadi ,” demikian penjelasan Jibril.

Setelah memperoleh keterangan dari malaikat Jibril, Nabi SAW pun kemudian bersabda. ”Inilah derajat orang yang memuliakan orangtua (lansia), meskipun lansia itu adalah Nasrani,” kata Rosul. *Is

No comments:

Post a Comment