Tuesday, 23 August 2016

Kisah Teladan: Perampok Yang Bertobat

Diceritakan, bahwa Fudhail bin Iyadh adalah seorang mantan perampok yang menjadi seorang sufi. Setiap hari ia pergi untuk melakukan perampokan dari suatu tempat ke tempat lain. Namun, karena sebuah anak panah yang yang berisi Ayat Alqur’an, ia pun bertobat.

Fudhail bin Iyadh, nama adalah seorang perompak yang sangat ditakuti di tempat kelahirannya dan di daerah Khurasan, tempat ia dibesarkan dan dewasa. Tidak ada satu pun orang atau pedangang yang melewati dua kota tersebut kecuali selalu dihinggapi ketakutan akan dijarah oleh Fudhail bin Iyadh dan anak buahnya.

Tiga Panah Allah
Suatu ketika Fudhail dan anak buahnya sedang beristirahat di tempat persembunyiannya seperti biasanya. Lewatlah pedagang yang kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang pemberani, sekaligus saleh.
“Fudhail dan anak buahnya berada di tempat ini, kita harus bagaimana?,” Kata salah seorang adri mereka.
“Kita panah saja mereka, jika ia terkena dan lari menghindar, kita lanjutkan perjalanan. Jika tidak, kita kembali saja!!” timpal yang lainnya.
Mereka sepakat dan mempersiapkan panah-panah mereka. Ketika tampak bayangan-bayangan hitam yang akan menghadang perjalanan mereka, salah satu dari mereka melepaskan anak panahnya sambil membaca ayat al Qur’an. “Alam ya’ni lilladziina aamanuu an takhsya’a quluubuhum li dzikrillaah,(Belum datangkah waktunya bagi orang-orang yang beriman untuk tunduk hati-hati mereka mengingat Allah),”
Fudhail pun menjerit keras sekali dan terjatuh ketika anak panah itu meluncur disertai lantunan ayat Al Qur’an. Anak buahnya mengerumuninya, disangkanya anak panah itu mengenai pimpinan mereka dan melukainya.
Tetapi mereka sama sekali tidak menemukan luka pada tubuhnya, Fudhail bangkit sambil berseru, “Aku tertimpa panah Allah!” teriaknya.
Salah seorang lainnya di kafilah itu melepaskan anak panahnya lagi, dan ia juga melantunkan ayat Qur’an mengikuti temannya tadi. “Fafirruu ilallaahi innii lakum minhu nadziirun mubiin, (Maka segeralah kembali kepada Allah. Sesungguhnya aku seorang pemberi peringatan yang nyata dari Allah untukmu).”
Kembali Fudhail menjerit dan terjatuh, dan ketika anak buahnya memeriksanya, sama sekali ia tidak terluka karena panah tersebut meleset. Ia hanya bangkit lagi sambil berkata. “Aku terkena panah Allah!” teriak Fudhail lagi.
Kemudian, satu orang lagi melepaskan anak panah ke kelompok perompak Fudhail bin Iyadh, dan ia juga melantunkan satu ayat Al Qur’an. “Wa aniibuu ilaa rabbikum, wa aslimuu lahu min qabli an ya’tiyakumul ‘adzaabu tsumma laa tunshoruun, (dan kembalilah (bertaubatlah) kamu kepada Tuhanmu, dan berserah dirilah kepada-Nya sebelum datang azab kepadamu kemudian kamu tidak dapat ditolong (lagi).
Lagi-lagi Fudhail menjerit lebih keras walau anak panah itu tidak mengenai dirinya, ia berkata kepada anak buahnya. “Kalian semua pulanglah! Aku menyesal telah melakukan semua kejahatan ini, hatiku takut kepada Allah. Aku akan meninggalkan semua yang telah aku lakukan selama ini,” kata FUdhail dengan penuh kesakitan.


Segera Bertobat.
Fudhail segera pulang, kemudian ia berkemas untuk meninggalkan tempatnya bergelimang dengan kejahatan tersebut. Ia berniat ‘hijrah’ ke Makkatul Mukaramah dan tinggal di sana untuk menebus semua kesalahannya selama ini dengan bertaubat dan beribadah di Tanah Haram tersebut.
Ketika ia tiba di Naharwan, ia berkunjung kepada Khalifah Harun al Rasyid, raja dari Bani Abbasiyah yang terkenal saleh dan sangat menghargai ilmu pengetahuan. “Hai Fudhail, sesungguhnya dalam mimpiku aku mendengar seruan, Fudhail takut kepada Allah, ia memilih untuk mengabdi-Nya, maka sambutlah dia!,” Kata sang Khalifah menyambut kedatangan Fudhail.
Mendengar  ucapan tersebut, Fudhail menjerit dan berkata. “Ya Allah, dengan kemuliaan dan kebesaran-Mu, Engkau cintai hamba-Mu yang penuh dosa ini, yang telah meninggalkan-Mu selama empat puluh tahun dalam gelimang dosa,” kata Fudhail.
Sejakn saat itu, Fudhaiil pun bertobat dan ia pun membubarkan kelompok perompaknya dan menyuruh anak buahnya untuk pulang ke rumahnya masing-masing. Ia sendiri memutuskan untuk bertobat dan pindah ke Makkah, dan mengisi sisa hidupnya dengan ibadah demi ibadah.


No comments:

Post a Comment