Tuesday, 23 August 2016

Kisah Teladan: Muallah dan Setalam Emas

Pada zaman Malik bin Dinar, terdapat dua orang bersaudara pengikut setia agama Majusi. Salah seorang dari keduanya telah menyembah api selama tujuh puluh tiga tahun, sementara yang lainnya menyembah api selama tiga puluh lima tahun. Lalu sang adik memutuskan untuk masuk Islam.

Suatu ketika dua pemuda ini ingin membuktikan keangunan Tuhan yang mereka sembah selama ini. Ia melakukan uji coba terhadap api yang ia sembah bertahun-tahun. “Kemarilah kanda, mari kita melakukan uji coba terhadap api yang telah kita sembah bertahun-tahun lamanya, apakah api ini memuliakan (tidak membakar) kita ataukah masih tetap membakar kita. Jika tidak, maka kita tidak usah menyembahnya lagi.” katanya. Kakaknya pun menjawab.”Baiklah,”
Lalu keduanya menyalakan api. Sang adik berkata pada kakakny. “Apakah engkau yang lebih dulu memasukkan tangan ke dalam nyala api ini ataukah aku?”
Kakaknya menjawab. “Engkaulah yang lebih dulu melakukannya.”
Lalu sang adik memasukkan tangannya ke dalam api. Api itu langsung melahap dan membakar jari-jemarinya. Langsung ia menjerit kesakitan dan segera mencabut tangannya dari nyala api itu. Sambil mengerang kesakitan ia berkata. “Wahai api, aku telah menyembahmu selama tiga puluh lima tahun lamany,tetapi engkau masih menyakiti dan membakar jari-jemariku.” Keluhnya.
KEmudian ia pun berkata kepada kakaknya. “Wahai kanda, mari kita tinggalkan menyembahnya dan hanya menyembah Tuhan Yang Esa. Sandainnya, sekalipun kita berdosa dan meninggalkan perintah-Nya selama lima puluh tahun. Dia akan tetap mengampuni dosa-dosa kita bila kita melakukan kebaktian dan menyembah-Nya serta memohon ampun walau sekali saja. Karena Dia adalah Maha Pengampun lagi Maha Penerima tobat.” Jelas sang adik. Saudara tua itu menyetujui ide adiknya. Lalu dia berkata. “Kalau begitu, marilah kita mencari orang yang dapat menunjukkan pada jalan yang lurus dan mengajari kita tentang agama Islam.” Kata sang kakak.


Memilih Masuk Islam
Akhinya kedua bersaudara itu sepakat untuk pergi kepada Malik bin Dinar agar ia sudi mengajarinya tentang Islam. Lalu keduanya pegi menuju Malik bin Dinar. Keduanya bertemu Malik bin Dinar di kota Bashrah sedang duduk di tengah-tengah jama’ah memberikan pengajaran dan nasehat.
Ketika pandangan keduanya tertuju pada Malik bin Dinar, saudara tertua berkata pada adiknya. “Pendirianku berubah, aku tidak jadi masuk Islam. Karena sebagian besar usiaku telah aku habiskan untuk menyembah api. Seandainya aku masuk Islam mengikuti agama Muhammad Saw maka keluarga dan tetangga-tetanggaku akan menghinaku. Biarlah aku nanti di bakar di dalam Neraka daripada dihina mereka.” Kata sang kakak.
Mendengar penjelasan kakaknya, Sang adik tetap dalam pendiriannya. Ia tetap ingin belajar agama Islam. Kemudian ia berkata kepada kakaknya “Jangan kau lakukan hal itu, karena hinaan mereka akan segera hilang seiring bergulirnya waktu. Sedangkan siksaan neraka bersifat abadi dan terus menerus, tidak pernah surut apalagi punah,” jelas Sang Adik.
Tetapi apa boleh dikata, nasehat adiknya bagaikan angin lalu, tak dapat merubah pendirian sang kakak. Sang adik pun terus berusaha menjelaskan dan membujuk sang kakak. “Engkau dengan keputusan yang kau ambil itu, menjadikanmu sebagai orang yang celaka dan putra orang celaka. Di dunia dan akhirat.” Kata Sang adik lagi. Namun, Saudara tuanya itu tetap pada pendiriannya, tidak jadi masuk Islam dan kembali pulang.
Tinggallah sang adik bersama keluarga, anak-anak dan istrinya datang dan masuk ke dalam majlis Malik bin Dinar. Mereka duduk sampai Malik bin Dinar selesai memberikan ceramah dan nasehatnya. Kemudian pemuda itu-yang tak lain adalah adik dari seorang kakak yang tak jadi masuk Islam-bangkit menghadap Malik bin Dinar dan menceritakan kisah yang dialami bersama kakanya. Selanjutnya ia meminta kepada Malik bin Dinar untuk mengajari Islam secara benar dan mendalam kepada diri dan keluarganya.
Maka Malik bin Dinar menjelaskan kepada mereka tentang Islam yang sebenarnya, hingga mereka dengan sadar dan penuh keyakinan masuk Islam. Sementara para jama’ah yang menyaksikan menangis menangis merasa haru bercampur dengan gembira. Malik bin Dinar berkata kepadanya. “Duduklah, tunggulah sebentar, biar aku kumpulkan untukmu sedikit harta benda.” Kata Malik. “Aku tidak menjual agama dengan harta benda.” Kata pemuda itu menolak dengan keras.

Bukti Kekuatan Doa dan Ikhtiar
Kemudian ia pergi meninggalkan majlis, menuju hutan. Di dalam hutan itu ia menemukan sebuah bangunan rumah kecil tak berpenghuni, maka ia dan keluarganya menempati rumah itu.
Selama menempati rumah tersebut, tidak ada makanan sedikiti pun yang ia punya, karena ia telah meninggalkan hiudp bersama kakaknya.
Namun tak seorangpun yang memberinya pekerjaan, tidak pula ada memanfaatkan jasa dan tenaganya, hingga ia tidak mendapatkan upah apapun. Dalam hatinya ia berkata. “Jika begini keadaannya lebih baik akub ekerja (beribadah) pada Allah Swt saja. Lalu dia masuk ke masjid shalat di dalamnya hingga malam tiba. Kemudian diapulang ke rumahnya dengan tangan hampa tak membawa makanan apapun. Sang istri bertanya. “Apakah engkau tidak mendapatkan sesuatu pada hari ini?” Dia menjawab: “Aku telah bekerja atau beramal untuk Sang Raja hari ini. Tetapi Dia belum memberikan sesuatu,s emoga besok Dia memberikan upah.” Maka dia dan keluarganya melewati malam itu dalam keadaan lapar.
Ketika pagi hari Jum’at tiba, laki-laki itu segera berangkat pergi ke pasar. Setelah ke sana ke mari mencari pekerjaan tidak mendapatkannya,maka ia beranjak menuju ke masjid,sebagaimana yang ia lakukan sebelumnya.
Sesampainya di dalam masjid dia shalat  dua rakaat, kemudian mengangkat tangannya ke langit seraya berdoa. “Ya Ilahi, Tuhanku, Engkau sang pelindung Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang, Engkau telah memuliakan aku dengan Islam, memakaikan mahkota islam dan memberikan hidayah keagungan  kepadaku. Aku memohon kepada-Mu, angkat dan usirlah kesibukan akan urusan nafkah keluargaku dari ruang hatiku, anugrahkan kepada kami rizki yang datang dari arah yang tak terduga-duga. Ya Allah,”.
Sementara keluarga, istri dan anak-anaknya di rumah, didera kelaparan yang luar biasa, karena sudah beberapa hari tidak makan. Tiba-tiba datang seorang lelaki mengetuk pintu rumah. Ternyata si pengetuk pintu itu ialah seorang pemuda yang berwajah tampan nan rupawan,di tangannya memegang talam penuh dengan emas yang di tutupi sapu tangan berwarna keemasan. Lalu ia menyodorkan pada wanita itu,seraya berkata: “Terimalah talam berisi emas ini!katakan pada suamimu,ini adalah upah pekerjaannya selama dua hari. Katakan kepadanya,hendaklah ia bekeja lebih baik pada Sang Raja, maka ia akan melipat gandakan upah baginya. Pada hari ini, hari jum’at pelipatgandaan upah bagi pekerja demi mengabdi pada Sang Raja Yang Maha Kuasa lagi Maha Perkasa begitu besar.” Wanita itu terpaku,terbelalak hampir tak percaya,tetapi akhirnya dia terima juga talam yang berisi emas itu. Dan ternyata setelah ia buka talam itu berisi seribu dinar.

Pemuda tersebut telah membuktikan , dia benar-benar berdoa dan memohon kepada Allah Swt. Dengan hak dan kemuliaan hari jum’at, dari arah yang tak pernah ia duga. Maka demikian pula bagi kita,jika kita berdoa kepada Allah pada hari jum’at dengan sungguh-sungguh dan penuh keyakinan. Semoga Allah Swt.mengabulkan hajat dan memenuhi kebutuhan-kebutuhan kita. Karena Dia Tuhan Yang Maha Pengasih lagi Maha Mulia.

No comments:

Post a Comment