Tuesday 23 August 2016

Kisah Teladan: Pemuda Ahli Kubur Yang Berwajah Murung


Orang yang sudah meninggal dapat merasa tersakiti ketika keluarganya melakukan kejelekan, dan tidak pernah berdoa serta bersedekah untuknya. Akan merasa gembira ketika keluarga yang ditinggalkan melakukan kebaikan.

Tsabit Al Banani adalah orang yang biasa berziarah kubur setiap malam Jumat. Dia bermunajat pada Tuhannya sampai subuh. Pada suatu ketika, disaat ia tenggelam dalam munajatnya, ia tertidur dan bermimpi. Dalam mimpinya itu, ia menyaksikan bahwa semua penduduk alam kubur keluar dari kuburan masing-masing dengan pakaian bagus dan wajah berseri-seri.

Masing-masing dari mereka menghadapi hidangan makanan yang beraneka ragam. Di tengah-tengah kegembiraan mereka melahap kelezatan hidangan masing-masing, terdapat seorang pemuda berwajah pucat dan murung, rambutnya berlumuran debu, hatinya gundah gulana, pakaian kumal, kepalanya tertunduk, air matanya bercucuran dan tidak ada kehidupan yang menyenangkan di hidupnya.

Kemudian penduduk alam kubur tersebut kembali ke kuburannya masing-masing dengan suka cita dan riang gembira. Sementara pemuda itu, kembali ke kuburnya dengan putus asa, berwajah murung dan berduka cita.

Doa Sedekah Dari Keluarga

Lalu pemuda itu berkata bahwa tidak ada seorang pun di dunia yang mau mendoakan dan bersedekah untuknya. Sedangkan ahli-ahli kubur yang lain mempunyai keluarga yang sering berdoa serta bersedekah untuk mereka pada setiap malam Jumat.

Ibunya masih hidup, tetapi setelah menikah lagi dia lupa untuk berdoa dan bersedekah untuknya. Tsabit pun bertanya mengenai ibunya dan berjanji akan menceritakan keadaan pemuda itu kepada ibunya.
“Wahai pemuda, beritahulah aku di mana tempat tinggal ibumu?aku akan memberitahukan kepadanya mengenai dirimu dan keadaanmu,” kata Tsabit.
“Wahai imam orang-orang muslim, dia tinggal di tempat seperti ini, dan di rumah seperti ini. Sampaikanlah keadaanku kepadanya. Jika ia tidak mempercayaimu maka katakan padanya, ’Di kantongmu terdapat seratus mitsqol emas, warisan dari ayahnya. Emas itu adalah menjadi haknya’. Maka ibuku akan mempercayaimu dengan tanda yang dapat mengingatkannya itu,” Jelas pemuda tersebut kepada Tsabit.

Akhirnya, Tsabit mendatangi dan mencari ibunya, hingga dapat menemukan dan berjumpa dengannya. Ketika ia bertemu dengan wanita tersebut, Tsabit memberitahukan padanya mengenai anaknya dan mitsqol emas yang berada di kantongnya.  Mendengar apa yang diceritakan oleh Tsabit, seketika sang ibu tak sadarkan diri (pingsan).

Ketika sadar, ia menyerahkan seratus mitsqol kepada Tsabit Al Banani dan berkata, “Aku mewakilkan kepadamu untuk menyedekahkan dirham-dirham ini untuk putraku yang sedang terasing,” kata wanita itu. Maka Tsabit menerimanya dan menyedekahkan untuk pemuda tersebut, yang tak lain adalah anak sang ibu itu.

Ketika malam Jum’at tiba, Tsabit Al Banani pergi berziarah, sebagaimana yang biasa ia lakukan. Lalu dia tertidur dan bermimpi seperti yang ia impikan pertama kali, pada malam sebelumnya. Namun, kali ini ia melihat pemuda tersebut berpakaian terbagus, wajahnya berseri-seri dan hatinya bersuka cita. Lalu pemuda tersebut berkata,”Wahai imam orang-orang muslim, semoga Allah Swt merahmatimu, sebagaimana Dia telah merahmatiku, sebab kebaikan yang kau perbuat padaku,” katanya.*Is


No comments:

Post a Comment